Tahapan Inovasi | : | Penerapan |
Inisiator Inovasi | : | RSJD Dr. Arif Zainudin |
Jenis Inovasi | : | Non Digital |
Bentuk Inovasi | : | Inovasi pelayanan publik |
Urusan Inovasi | : | kesehatan |
Rancang Bangun dan Pokok Perubahan Yang Dilakukan | : | Gangguan jiwa skirzofrenia di Jawa Tengah terdapat prevalensi rumah tangga sebesar 8,7 0/00. Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan jumlah rata- rata angka prevalensi Indonesia sebesar 7 0/00. Secara global, kontributor terbesar beban penyakit (DALYs) dan penyebab kematian saat ini adalah penyakit kardiovaskuler (31,8%). Namun jika dilihat dari Years Lived with Disability/ YLDs (tahun hidup dengan kondisi disabilitas), maka presentase kontributor lebih besar pada gangguan mental atau ODGJ sebesar 14,4%. ODGJ kehilangan produktivitasnya rata-rata 22,9 % dari usianya (Whiteford et al., 2010). Gejala-gejala yang dialami ODGJ mempengaruhi hampir semua aspek yang menyebabkan sebagian ODGJ mengalami kecacatan di sepanjang hidupnya (Lieberman et al., 2006; Moore et al., 2013). Sebagian ODGJ telah mendapatkan pengobatan, namun obat saja masih belum bisa mengembalikan kemandirian dan produktivitas ODGJ. Sering kali didapatkan bahwa ODGJ ditolak oleh keluarga atau warga pada saat kembali ke rumah atau ke masyarakat setelah mendapatkan perawatan di RSJD. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya dipasung agar tidak menambah beban oleh keluarga. Data yang didapatkan yaitu sebanyak 390 ODGJ yang dipasung di Jawa Tengah pada tahun 2021. Untuk itu perlu dilakukan usaha promotive, kuratif, preventif, dan juga rehabilitative untuk menangani berbagai masalah yang kemungkinan bisa diakibatkan oleh peningkatan prevalensi gangguan jiwa. Salah satu usaha tersebut yaitu dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Salah satu masalah kesejahteraan sosial yang menjadi sasaran Pemerintah melalui penanganan pasien ODGJ yang merupakan penyandang disabilitas dengan kecacatan mental. Pada kenyataan di masyarakat sekarang masih adanya stigma yang berkembang terhadap ODGJ mengakibatkan trauma, sehingga ODGJ menjadi terlantar dan tidak dapat diterima kembali di keluarga dan di masyarakat, dengan adanya stigma serta tidak diberikannya kesempatan bekerja di masyarakat sehingga menjadikan tingkat kekambuhan ODGJ semakin tinggi. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka perlu diberikan bekal keterampilan dan kesempatan untuk menumbuhkan kemandirian ODGJ di bidang ekonomi dan sosial dengan adanya Djuminten Dolan (Dinten Jum’at Ketemuan lan Dodolan). |
Tujuan Inovasi | : | Program ini memiliki berbagai tujuan untuk klien ODGJ maupun care giver yang selalu mendampingi dan merawat klien. Salah satu tujuan untuk klien ODGJ yaitu untuk melatih kemandirian ekonomi dan sosial klien. Seperti yang telah diketahui bahwa klien ODGJ mengalami kehilangan kemandirian dalam produktivitas. Untuk mengatasi ini klien yang dirawat bisa mengikuti Djuminten dolan untuk menawarkan barang-barang hasil karyanya untuk dijual. Barang-barang hasil dari klien juga bisa dibantu dipasarkan melalui platform digital atau pun media sosial. Kemandirian sosial klien juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas klien. Hal ini terlihat ketika klien menawarkan produknya dan terjadi tawar-menawar untuk harga dan jumlah yang diinginkan oleh pembeli. Komunikasi yang intens terjadi antara klien dan pembeli sehingga menunjukkan adanya peningkatan harga diri klien. Tujuan yang lain yaitu klien jadi lebih tertib dalam rutin berobat/ kontrol. Pelaksanaan Duminten dolan setiap bulan sekali, dimana hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh klien untuk kontrol/ berobat rutin. Selain dengan rutin, klien jadi lebih menghemat waktu dan biaya ke rumah sakit jiwa karena tidak harus bolak balik ke RSJ untuk berobat dan mengikuti Djuminten dolan. Adapun tujuan lain dari Djuminten dolan yaitu klien diberikan edukasi baik untuk kesehatan maupun strategi untuk memasarkan barang-barangnya. Edukasi diberikan setelah kegiatan jual-beli dan diisi oleh berbagai tenaga kesehatan seperti psikiater, psikolog, perawat, dan tenaga kesehatan yang lainnya. Kegiatan jual beli yang dilakukan diharapkan dapat mendorong klien ODGJ yang sedang dirawat untuk menyadari bahwa klien lain juga mampu untuk mandiri dan lebih produktif. Sehingga klien lebih termotivasi untuk semangat dalam menjaga kesehatan dan menjalani tugas perkembangan kehidupan klien. Selain berorientasi pada klien, kegiatan Djuminten dolan juga memperhatikan dari kesehatan care giver. Care giver ini yang mendampingi dan merawat klien selama di rumah. Sering kali care giver tidak menghiraukan gangguan kesehatan yang dialami, sehingga ketika dievaluasi ada yang menunjukkan tekanan darah yang tinggi dan keluhan lainnya. |
Manfaat Yang Diperoleh | : |
|
Hasil Inovasi | : | Inovasi ini telah berhasil memotivasi klien ODGJ untuk bekerja melalui berjualan hasil karyanya atau karya orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah peserta yang mengikuti pelatihan di rehabilitasi psikososial baik dari rawat jalan maupun rawat inap. Data yang didapatkan dari kunjungan day care tahun 2021 sebanyak 82 pasien sedangkan kunjungan day care rehabilitasi psikososial tahun 2022 sampai dengan bulan juli meningkat menjadi 170 pasien. Selain dengan meningkatnya jumlah kunjungan day care, kepercayaan klien juga meningkat terlihat dari beberapa klien sudah mandiri dengan mengikuti Djuminten Dolan dan berobat tanpa didampingi oleh keluarga atau care giver. |
Waktu Uji Coba Inovasi | : | 12-11-2021 |
Waktu Implementasi | : | 12-11-2021 |