Biskuit merupakan salah satu produk pangan olahan yang berbahan dasar tepung terigu. Biskuit dapat dinikmati dari bayi sampai lansia dengan komposisi biskuit yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Biskuit mempunyai daya simpan lebih lama dan praktis dibawa sebagai bekal makanan yang sehat dan bergizi. Sejak tahun 2009, tepung terigu sebagai bahan baku biskuit diperoleh bukan dari dalam negeri (impor), yang berarti membutuhkan biaya besar untuk memperoleh bahan baku tersebut. Pengembangan produksi biskuit menggunakan pati garut dan waluh memiliki nilai gizi tinggi dan mudah didapat dalam produksinya untuk meningkatkan nilai gizi biskuit. Biskuit dari pati garut dan waluh merupakan salah satu produk diversifikasi pangan dengan memanfaatkan potensi produk lokal untuk meningkatkan nilai guna pati garut dan tepung waluh.
Kata kunci: biskuit, pati garut, twaluh
Biskuit merupakan salah satu produk pangan olahan yang berbahan dasar tepung terigu. Biskuit dapat dinikmati dari bayi sampai lansia dengan komposisi biskuit yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya. Biskuit mempunyai daya simpan lebih lama dan praktis dibawa sebagai bekal makanan yang sehat dan bergizi. Sejak tahun 2009, tepung terigu sebagai bahan baku biskuit diperoleh bukan dari dalam negeri (impor), yang berarti membutuhkan biaya besar untuk memperoleh bahan baku tersebut. Pengembangan produksi biskuit semakin bervariasi yaitu dengan mensubtitusi tepung terigu dengan tepung lainnya yang memiliki nilai gizi tinggi dan mudah didapat dalam produksinya untuk meningkatkan nilai gizi biskuit. Produksi biskuit juga dikembangkan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang menjadi potensi daerah lokal (UU No. 18 Tahun 2012).
Pati garut merupakan salah satu bentuk karbohidrat alami yang paling murni dan memiliki kekentalan yang tinggi. Komposisi kimia pati garut yaitu air 8,6%; abu 0,2%; protein 0,65%; lemak 0,26%; serat kasar 0,125%; dan amilosa 31,35%. Menurut Tejasari (2005) amilosa merupakan prebiotik dalam tubuh yang fungsinya serupa serat makanan yang tidak dapat dicerna usus halus, namun dapat dicerna dalam usus besar sehingga dapat menurunkan kolesterol darah dan peningkatan gula darah. Pati mempunyai sifat mudah larut dan dicerna sehingga cocok untuk makanan bayi dan orang sakit maag (Richana, 2012). Pati garut digunakan sebagai bahan untuk bubur dan bahan subtitusi tepung terigu pada kue atau biskuit untuk bayi, roti tawar, mie kering, dan cookies.
Waluh atau Labu Kuning (Cucurbita moschata, Poir.) merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai gizi tinggi dan mudah didapat, namun pemanfaatannya belum optimal. Waluh dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna makanan alami karena memiliki warna kuning dari kandungan beta karoten dan sebagai penunjang ketahanan pangan nasional melalui proses diversifikasi pangan. Selain itu, waluh berfungsi sebagai bahan fortifikasi vitamin A pada produk pangan olahan dengan mengolah waluh menjadi tepung. Tepung waluh mempunyai kualitas tepung yang baik karena mempunyai sifat gelatinasi yang baik, sehingga dapat membentuk adonan dengan konsisten, kekenyalan, viskositas, maupun elastisitas yang baik (Hendrasty, 2003). Tepung waluh lebih unggul dari tepung terigu dan tepung beras karena kandungan gizinya. Hasil penelitian Ripi (2011) kandungan gizi dari tepung waluh dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan untuk mengurangi penggunaan tepung terigu. Salah satu pemanfaatan tepung waluh adalah sebagai bahan pembuatan roti atau cake.
Maka, berdasarkan latar belakang tersebut, biskuit dari pati garut dan tepung waluh merupakan salah satu produk diversifikasi pangan dengan memanfaatkan potensi produk lokal untuk meningkatkan nilai guna pati garut dan tepung waluh.
Nama | : | Prihatin Suryaningtyas |
Alamat | : | Jl. Untung Suropati, Togaten, Mangunsari, Kota Salatiga |
No. Telepon | : | 082242368513 |