Rupa-rupanya pandemi tidak hanya dipenuhi oleh kabar penderitaan, keputusasaan dan kesedihan. Tapi juga kebahagiaan, optimis dan kegembiraan. Yaitu berupa semakin tumbuhnya para pelaku usaha kecil, terlepas apakah kemunculannya sebagai sebuah pilihan yang sengaja sejak awal dipilih atau sebaliknya, the power of kepepet. Sebuah upaya agar bisa survive di tengah keadaan ekonomi yang sedang lesu. Perkembangan internet juga turut membuat tumbuhnya usaha kecil itu bak jamur di musim hujan. Dan menariknya, para pelakunya adalah para perempuan. Baik yang sudah menikah (ibu rumah tangga) maupun yang masih single. Dengan modal gawai di tangan mereka memasarkan sendiri barang yang diproduksi. Aktivitas tersebut tidak saja mendatangkan keuntungan ekonomi, tapi juga meningkatkan persepsi positif bagi kaum perempuan atas dirinya. Bermunculannya para perempuan-perempuan tangguh itu juga berlangsung di desa Lebo. Sekitar 73 perempuan di Desa yang berpenduduk sekitar 5.832 jiwa ini yang secara aktif melakukan usaha produktif. Mulai dari produksi makanan, jamu, peternakan, jasa dan lain-lain. Hanya saja mereka masih jalan sendirisendiri. Belum ada satu wadah pemasaran bersama—yang relevan dan kontekstual dengan kondisi sekarang—yang bisa memperkuat merk (branding) produk yang mereka buat. Sekaligus dapat meningkatkan kualitas produk dan jasa serta memperluas serapan pasar. Padahal sekarang ini eranya para pelaku ekonomi untuk saling melengkapi. Perkecil kompetisi, perbanyak kolaborasi. Atas dasar pemetaan kondisi riel di lapangan tersebut, kami, para perempuan yang tergabung dalam KILAU (Komunitas Ibu-Ibu Lebo Asyik Usaha) Desa Lebo berinisiatif membuat satu pasar online bersama (marketplace) bernama TUMBAS. Dalam bahasa jawa tumbas bermakna “beli”. Kata itu memiliki spirit makna yang sama dengan marketplace beli-beli.com atau shopee.com yang mana dua marketplace ini sudah sangat akrab di telinga publik Indonesia. Kabupaten Batang kini telah mempunyai kawasan industri yang akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Batang khususnya Kecamatan Gringsing. Keresahan demi keresahan mulai muncul dalam internal KILAU (Komunitas IbuIbu Lebo Asyik Usaha) yang mana tidak semua masyarakat Kecamatan Gringsing khususnya Desa Lebo bisa menjadi pekerja di KITB karena usia yang tidak lagi produktif untuk bekerja sebagai buruh. Disini kami semakin yakin kehadiran Marketplace TUMBAS dan keberadaan KILAU bisa menjadi solusi dari berbagai keresahan yang muncul.
 

TUMBAS mempunyai keunggulan dapat diakses kapan saja konsumen butuh dan inginkan untuk terhubung dengan para seller selama jam operasionalnya masih buka. Penggunaan WhatsApp dan Instagram ini relevan karena lebih praktis dalam mengaksesnya mengingat remaja hingga dewasa mempunyai aplikasi tersebut sebagai media komunikasi. Marketplace TUMBAS tidak hanya menyediakan produk makanan, minuman, kedai, fashion, toko/kelontong saja melainkan sudah merambah ke jasa titip belanja pasar, jasa kurir, jasa pijat, dan jasa bersih rumah yang mana memberdayakan pelaku usaha perempuan dan masyarakat umum di desa lebo sekitarnya.