Paradigma pengelolaan sampah pada awalnya memiliki konsep kumpul – angkut - buang. Konsep ini memiliki keunggulan waktu pengelolaan sampah relatif lebih cepat karena hanya melalui 3 tahapan akan tetapi tidak efisien karena sampah yang diangkut masih bercampur antara organik dan anorganik, karena belum adanya pemilahan. Dalam metode tersebut jumlah timbulan sampah tidak mengalami pengurangan karena belum dilakukan pengurangan timbulan sampah dari sumber timbulan.
Sampah telah menjadi isu dalam rangka pembangunan di daerah, bahkan penanganan sampah menjadi salah satu visi misi Bupati Semarang. Potensi sampah di Kabupaten Semarang per hari kurang lebih 520 ton, sedangkan yang dapat dikirim ke TPA di Blondo Kecamatan Bawen hanya kurang lebih 120 ton. Sangat memprihatikan sekali, jika dilihat di sungai, saluran irigasi, pinggir jalan banyak sekali sampah plastic dan popok, pembalut yang dibuang secara sembarangan oleh masyarakat, mengingat masyarakat belum memiliki solusi pengelolaan sampah.
Wujud keprihatinan itu, kemudian Kawasan Widuri yang ada di Dusun Galeh Desa Wonokerto Kecamatan Bancak Menyusun suatu skema pengelolaan sampah, baik sampah plastic maupun sampah berupa popok dan pembalut dengan menciptakan mesin. Kawasan Widuri ini memiliki konsep bahwa sampah ini agar dapat dikelola di tingkat desa sehingga tidak perlu sampai ke TPA Blondo dan dapat dimanfaatkan secara ekonomis dengan berbagai kajian. Kawasan Widuri membangun pengelolaan sampah dari hulu ke hilir. Dari hulu dengan berkoordinasi dengan kelompok perempuan, Kelompok PKH dan masyarakat lain mengenai pengelolaan sampah rumah tangga, kemudian dilakukan pemilihan dan dilakukan Kerjasama pengelolaan dengan Kawasan Widuri.
Kawasan Widuri menciptakan mesin pencacah plastic, peleleh dan pembuat biji plastic serta mesin yang disebut TAPASTA (Tempat Pembakaran Sampah Tanpa Asap). Mesin pencacah dan peleleh biji plastic sudah beroperasi, sedangkan mesin Tapasta sedang dalam tahap pengujian serta kemampuan mesin untuk memenuhi skala desa atau kecamatan.
Sampah selalu menjadi persoalan yang rumit untuk diselesaikan, sejak dari level desa hingga negara. Penyebab dari persolan tersebut sangat beraneka ragam, dimulai dari budaya membuang sampah sembarangan yang semakin mengakar, program penanganan sampah yang masih parsial, konsep pengelolaan sampah yang hanya berfokus pada Tempat Pengolahan Akhir (TPA) tanpa menyelesaikan dari sumbernya, dan minimnya terobosan penanganan sampah yang efektif dan efisien.
Nama | : | Maskub Asyadi, S.Kel, M.H |
Alamat | : | Jalan Galeh, Dusun Galeh, Desa Wonokerto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang |
No. Telepon | : | 081329529860 |