ABSTRAK
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah, terutama hasil pertanian. Buah buahan adalah salah satu potensi terbesar yang ada di Indonesia. Tercatat pada 2020 produksi buah nasional berdasarkan SIMSPH BPS sebesar 24,8 juta ton, sementara awal tahun 2021 hingga 1 agustus jumlahnya telah mencapai 7,9 ton. Umumnya buah mengalami masa pembusukan setelah 7 hari setelah dipetik dari pohonnya. Pembusukan buah terjadi jika telah dipetik dari pohonnya, hal ini dikarenakan 90% dari buah terdiri dari air. Ketika mencabutnya , kita memutus asupan utama dari buah. Buah juga dapat diletakkkan didalam kulkas dengan suhu 2,7-70C untuk memperlambat masa pembusukan buah. akan tetapi, udara kulkas yang kering juga dapat menyebabkan buah layu dan tidak layak dikonsumsi lagi, sebaliknya udara yang terlalu lembab juga bisa menjadi tempat bertumbuhnya mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur. Sehingga cara diatas masi belum efektif untuk memperpanjang masa simpan buah oleh karna itu, kita menggunakan daun mangga sebagai pengawet alami buah tropis sebagai salah satu upaya dalam memperpajang masa simpan buah. Daun mangga diketahui mengandung flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, dan polifenol. Salah satunya Kandungan flavonoid dalam daun mangga telah diteliti memiliki antivitas antibakteri yang dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membrane sel bakteri itu. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi digesti dilakukan dengan cara maserasi kinetic (pengadukan kontinyu) menggunakan pemanasan lemah pada suhu 400-5000C. Daun mangga yang sudah dicuci bersih kemudian dipotong dengan ukuran 3-4 cm lalu ditimbang dengan berat 10g untuk dimasukkan kedalam 2 gelas beker yang berbeda. Masukkan 100 ml aquades ke gelas baker masing-masing untuk di maserasi dengan suhu 80-900C selama 60 menit. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya pengawetan buah alami yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Kata kunci: daun mangga, pengawetan, buah, antibakteri
Latar Belakang
Meningkatnya impor buah-buahan di sejumlah negara di dunia merupakan peluang emas yang harus dimanfaatkan oleh pelaku agribisnis buah-buahan Indonesia, terutama petani buah-buahan. Salah satu faktor pendukung tercapainya masyarakat makmur yang berkeadilan adalah berkembangan industri buah nasional. Meningkatnya konsumsi buah nasional akan meningkatkan asupan gizi masyarakat yang pada gilirannya akan mendukung ketahanan pangan nasional Manuwoto (2010).
Sekarang ini tingkat konsumsi buah Indonesia baru mencapai 40 kg per kapita per tahun. Sementara menurut standar WHO, tingkat konsumsi buah ideal adalah 70 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa industri buah-buahan nasional masih sangat berpeluang untuk terus dikembangkan. Akan tetapi, Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Buah mengandung air dalam jumlah yang banyak dan nutrisi yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Buah yang baru dipanen sebenarnya telah ditumbuhi oleh berbagai macam mikroorganisme (mikroflora) dari yang tidak menyebabkan pembusukan sampai yang menyebabkan pembusukan. Mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh bila kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dan sebagainya. Mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran merupakan faktor pembatas utama di dalam memperpanjang masa simpan buah Utama (2001: 3). Oleh karena itu, pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Maka sebab itu diperlukan adanya inovasi pengawet buah alami dengan menggunakan ekstrak etanol dari daun mangga. Pengunaan pengawet ini diharapkan dapat memperpanjang masa simpan buah tropis tanpa mengubah rasa, warna dan juga manfaat buah tersebut (Tietze, 2002).
Mangga merupakan buah yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Buah mangga termasuk salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat herbal. Kementrian pertanian (2012) mengatakan bahwa ketersediaan mangga lebih banyak dibandingkan dengan buah lain, pemanfaatan tanaman mangga lebih banyak sebagai makanan sebesar 11,13% pada tahun 2007-2011dan sisanya tidak digunakan pada tahun 2007-2011.Ekstrak daun Mangga diketahui mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, polifenol dan glikosida yang berfungsi sebagai senyawa antimikrobia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Masibo dan He; 2009). Salah satu kandungan ektrak daun mangga yaitu flavonoid, dalam daun mangga telah diteliti memiliki antivitas antibakteri yang dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membrane sel bakteri itu (Martiasih et al., 2012). Daun mangga yang sudah dicuci bersih kemudian dipotong dengan ukuran 3-4 cm lalu ditimbang dengan berat 10g untuk dimasukkan kedalam 2 gelas beker yang berbeda. Masukkan 100 ml aquades ke gelas baker masing-masing untuk di maserasi dengan suhu 80-900C selama 60 menit.
Penelitian dengan judul “Efektifitas Ekstrak Etanol Daun Mangga (Mangifera indica) Terhadap Bakteri Pembusuk Buah Dalam Upaya Pengawetan Buah Tropis” bertujuan untuk Pengunaan bahan pengawet untuk memperpanjang masa simpan buah tropis tanpa mengubah rasa, warna dan juga manfaat buah tersebut.
Keunggulan
Pengawet buah alami mempunyai beberapa keunggulan diantaranya:
Sebagai sarana Pengunaan bahan pengawet untuk memperpanjang masa simpan buah tanpa mengubah rasa, warna dan juga manfaat buah tersebut. Dan lebih aman untuk dikomsumsi tidak ada efek samping.
Nama | : | Sari Fathul Zahroh |
Alamat | : | larikrejo rt3 rw2 undaan Kudus |
No. Telepon | : | 085728807670 |