Puskesmas Kebumen II sejak Januari tahun 2020 sudah melaksanakan pembinaan asuhan mandiri toga kepada masyarakat. Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah untuk membantu dalam upaya preventif dan promotif beberapa gangguan kesehatan di wilayah puskesmas kebumen II sesuai Permenkes No 9 Tahun 2016. Berdasarkan data pada bulan Januari 2021 UPTD Puskesmas Kebumen II mempunyai jumlah balita sebanyak 2555 balita diantaranya 101 balita tergolong sangat pendek, 402 balita tergolong pendek, 121 Balita mengalami gizi kurang dan 4 balita mengalami gizi buruk. Prevalensi Stunting balita di wilayah UPTD Puskesmas Kebumen II cukup tinggi 19.7 %. Dengan tingginya angka stunting tersebut akan berakibat fatal diantaranya adalah otak yang kurang berkembang sampai terjadinya kematian dini pada balita. Pada pembinaan kesehatan tradisional yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan provinsi jawa tengah kepada pengelola program kesehatan tradisional di wilayah kabupaten kebumen salah satunya adalah tentang “Penanggulangan Stunting dengan Kesehatan Tradisional”.
Kerangka Konsep penurunan stunting berdasarkan perspektif kesehatan tradisional meliputi Promosi Asi Eksklusif, Peningkatan nafsu makan, Peningkatan daya tahan tubuh, Pencegahan anemia. Untuk mencapai kerangka konsep tersebut upaya penurunan stunting dilaksanakan dengan dengan tanaman obat dan pijat akupresure. Beberapa jenis tanaman obat yang berguna untuk promosi asi eksklusif adalah daun kelor. Selain itu daun kelor juga bisa mengatasi cacingan pada balita. Akibat balita yang menderita cacingan akan mengalami pertumbuhan berat badan yang lebih lambat. Daun kelor juga berfungsi untuk mencegah anemia, menambah nafsu makan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Ganyong merupakan tanaman liar yang jarang diketahuo oleh masyarakat manfaat dan khasiatnya. Di wilayah kabupaten kebumen kecamatan kebumen banyak tanaman ganyong yang tumbuh dipinggir jalan, di pekarangan warga tetapi kurang dimanfaatkan. Menurut penelitian Dr Ir Eni Harmayani, MSc bidang pangan dan gizi dari UGM tahun 2016 mengemukakan bahwa ganyong bisa digunakan sebagai makanan balita untuk mengatasi masalah gizi buruk karena mengandung fosfor, Protein dan kalsium yang cukup tinggi. Fosfor, Protein dan kalsium merupakan zat penting yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan balita.
Zat yang dibutuhkan oleh balita untuk mengatasi stunting hampir sama dengan zat yang dibutuhkan untuk mengatasi gizi buruk. Zat tersebut adalah Fosfor, Protein, Kalsium, zink. Menurut penelitian Listyani kusumadewi tahun 2016 bahwa ganyong bisa menutup luka pada mukosa lambung dan mencegah kanker usus besar. Umbi ganyong memberi rasa dingin pada lambung sehingga aman dikonsumsi balita. Selain untuk pertumbuhan bisa untuk mencegah penyakit lambung sehingga organ pencernaan tetap aman.
Mie instan adalah makanan favorit hampir setiap kalangan usia, selain mudah didapat, harga terjangkau, dan rasanya yang lezat, mie instan menjadi salah satu jenis makanan yang banyak dikonsumsi oleh orang dewasa hingga anak-anak.Konsumsi mie instan yang berlebihan bisa bersifat toksik karena mie sulit untuk dicerna dalam tubuh sehingga bisa mengakumulasi dalam tubuh.
Proses pencernaan mie didalam tubuh membutuhkan waktu 3 hari. Hampir semua kalangan dari dewasa hingga anak-anak suka makan mie instan dengan berbagai macam rasa tetapi mie instan dikategorikan makanan yang tidak sehat karena mengandung garam, pengawet, hingga pewarna. Bahan-bahan ini dapat memberikan efek buruk pada kesehatan. Dampak kesehatan yang timbul jika anak terlalu sering makan mie instan adalah memiliki nutrisi yang rendah dan menyebabkan anak berisiko terkena obesitas, Menyebabkan pencernaan anak menjadi tergganggu, Propylene glycol yang berisiko mengganggu organ tubuh anak yang belum berkembang sempurna, Mengandung MSG yang bisa menyebabkan kerusakan pada otak anak, Kandungan karsinogenik yang berisiko menyebabkan kanker pada anak, Kandungan sodium yang tinggi dapat mempengaruhi organ vital tubuh anak, Berisiko menyebabkan organ hati anak rusak dan melemahkan sistem kekebalan tubuhnya.
Mie instan yang beredar tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak dibawah 3 tahun karena resiko yang terjadi lebih besar dan menghambat tumbuh kembang balita. Mie instan yang beredar dipasaran mayoritas mie yang terbuat dari tepung terigu. Tepung terigu memiliki kadar energy yang tinggi tetapi terbatas untuk jumlah protein, kalsium, fosfor, zat besi dan suplemen lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk itu perlu dilakukan substitusi bahan guna peningkatan gizi pada mie instan. Selain itu perlu ditambahkan juga zat organic yang mengandung antioksidan guna mengurangi dan menetralisir zat-zat yang berbahaya pada mie instan.Tepung ganyong merupakan bahan alternative untuk substistusi tepung terigu pada pembuatan mie instan ini.
Bahan campuran lain yang digunakan adalah daun kelor. Daun kelor bisa sebagai pewarna dan pengawet alami serta banyak mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan balita seperti fosfor, kalsium, protein, vitamin E, Vitamin A dan lain-lain. Mie instan dari tepung ganyong dan campuran daun kelor ini bisa dikonsumsi semua kalangan termasuk balita dibawah 3 tahun. Selain aman dikonsumsi bisa untuk mencegah gizi buruk dan menambah tinggi badan karena tepung ganyong dengan campuran daun kelor mengandung zat antioksidan bisa meningkatkan daya tahan tubuh serta bisa untuk menambah nafsu makan dan mengatasi cacingan. Mie instan dari tepung ganyong dan campuran daun kelor ini juga bisa dikonsumsi oleh ibu hamil untuk ,mencegah bayi lahir dengan berat dan tinggi badan kurang.
Tujuan dari inovasi mie keriting ini adalah secara umum mengenalkan olahan mie instan maupun makanan instan lain yang disukai oleh anak-anak khususnya balita misal dalam bentuk coco crunch berasal dari bahan alam yang lebih aman dan sehat serta mudah didapat di lingkungan sekitar kepada masyarakat serta bisa menciptakan peluang menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi agar bisa menjadi sumber pendapatan di masyarakat.
Tujuan khusus adalah bisa digunakan untuk peningkatan derajat kesehatan di masyarakat dalam upaya peningkatan gizi terutama untuk mencegah stunting dengan diolah menjadi menjadi PMT (Pemberian makanan tambahan) bagi balita khususnya yang mempunyai masalah dalam pertumbuhannya.
Inovasi mie keriting merupakan merupakan aspek kegiatan yang dapat dilakrifikasikan inovasi pada bidang kesehatan. Makanan instan dari inovasi mie keriting ini akan disosialisaikan kepada kader desa bekerjasama dengan promkes dan program gizi kemudian diolah oleh kader menjadi PMT dan diberikan pada balita pada kegiatan posyandu. Sasaran utama pemberian PMT ini adalah balita yang mempunyai berat dan tinggi badan kurang. Selain itu juga melakukan pembinaan pada kelompok pkk desa yang anggotanya termasuk kader desa untuk mengolah mie keriting ini menjadi sediaan instan yang disukai oleh anak-anak seperti coco crucnch dan bit mie kemudian dikemas sedemikian rupa untuk dijual dan menambah pendapatan desa. Pemasaran mie keriting ini akan dilaksanakan melalui koperasi, bumdes dan toko-toko makanan yang ada di kebumen.
LATAR BELAKANG
A. Masalah/kebutuhan di masyarakat yang ingin diselesaikan
Menurut Data Global Nutrition Report 2016 jumlah balita stunting sebanyak 36,4 persen dari seluruh balita di Indonesia. Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen. Berdasarkan data pada bulan Januari 2021 UPTD Puskesmas Kebumen II mempunyai jumlah balita sebanyak 2555 balita diantaranya 101 balita tergolong sangat pendek, 402 balita tergolong pendek, 121 Balita mengalami gizi kurang dan 4 balita mengalami gizi buruk. Prevalensi Stunting balita di wilayah Puskesmas Kebumen II cukup tinggi 19.7 %. Dengan tingginya angka stunting tersebut akan berakibat fatal diantaranya adalah otak yang kurang berkembang sampai terjadinya kematian dini pada balita. Kondisi stunting sudah tidak bisa ditangani lagi bila anak memasuki usia dua tahun. Stunting dapat menimbulkan beberapa resiko kesehatan pada anak misalnya
Pada saat harga pangan naik di pasaran maka mendorong masyarakat untuk mengonsumsi makanan murah, seperti mie instan yang memiliki kandungan gizi sangat rendah atau mengurangi jatah makanan mereka. Dan ini yang akan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi dimasyarakat. Selama pertumbuhan, tuntutan terhadap mineralisasi tulang sangat tinggi, rendahnya asupan kalsium dapat mengakibatkan rendahnya mineralisasi matriks deposit tulang baru dan disfungsi osteoblast. Defisiensi kalsium akan mempengaruhi pertumbuhan linier jika kandungan kalsium dalam tulang kurang dari 50% kandungan normal. Kalsium membentuk ikatan kompleks dengan fosfat yang dapat memberikan kekuatan pada tulang. Kekurangan menyebabkan terjadinya marasmus karena Protein mempunyai banyak fungsi, diantaranya membentuk jaringan tubuh baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang aus, rusak atau mati, menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme. Ibu hamil yang kekurangan protein akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehingga ada potensi terjadi stunting pada pertumbuhan bayi
Di wilayah Puskesmas Kebumen II konsumsi daun kelor hanya sebatas pada olahan sayuran berkuah seperti sayur bening dan lalapan saja, daun kelor tidak banyak diolah sebagai pangan fungsional. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi dalam mengolah daun kelor menjadi suatu produk yang dapat diterima masyarakat agar kandungan nutrisi dalam daun kelor dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Mie instan adalah makanan favorit hampir setiap kalangan usia, selain mudah didapat, harga terjangkau, dan rasanya yang lezat, mie instan menjadi salah satu jenis makanan yang banyak dikonsumsi oleh orang dewasa hingga anak-anak. Mie instan dikategorikan makanan yang tidak sehat karena mengandung garam, pengawet, hingga pewarna. Bahan-bahan ini disebut dapat memberikan efek buruk pada kesehatan. Dampak kesehatan yang timbul jika anak terlalu sering makan mie instan adalah sebagai berikut:
1. Memiliki nutrisi yang rendah dan menyebabkan anak berisiko terkena obesitas
Bahan utama mie instan yang beredar dipasaran biasanya menggunakan tepung terigu. Sehingga nilai gizi mie instan bukanlah vitamin atau mineral. Justru mengarah pada kandungan nutrisi yang rendah. Anak pada masa pertumbuhannya membutuhkan vitamin dan mineral untuk menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan energi, mengoptimalkan pertumbuhannya, dan lain-lain. Walaupun mengandung banyak kalori dan karbohidrat dari terigu, mie instan hanya dapat memberikan efek kenyang yang sementara saja. Padahal, kandungan lemak trans, kalori, dan karbohidrat yang ada pada di mie instan sudah banyak, sehingga anak menjadi lebih sering makan dan berisiko terkena obesitas terlebih jika anak memakan mie instan lebih dari 1 bungkus setiap kali makan.
2. Menyebabkan pencernaan anak menjadi tergganggu
Walaupun mie instan sangat lezat dan praktis pengolahannya, ketika anak terlalu sering mengonsumsinya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan pencernaannya. Karena mie instan dapat menghambat nutrisi yang masuk ke dalam tubuh karena kurangnya mineral dan vitamin. Akibatnya pencernaan anak menjadi terganggu dan memerlukan bantuan mineral serta nutrisi yang banyak. Akibat terganggunya pencernaan anak bisa berisiko mengalami gangguan seperti sembelit,kembung, bahkan usus bocor.
3. Propylene glycol yang berisiko mengganggu organ tubuh anak yang belum berkembang sempurna
Selama berada di dalam kemasan dan proses distribusi, Mie tidak boleh dalam kondisi yang kering dan harus mempertahankan kelembabannya, agar menjadi lebih nikmat ketika di masak. Untuk menjaga kelembabannya, dalam mie instan terdapat propylene glycol atau propilena glikol saat pengolahan mie instan.Anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan berisiko lebih tinggi saat sering mengonsumsi bahan kimia ini. Organ tubuh anak-anak yang belum berkembang sempurna, dapat membuat propylene glycol yang ada dalam mie instan terkumpul sangat cepat di dalam hati, jantung, serta ginjalnya. Hingga berisiko menyebabkan kerusakan jangka panjang pada organ-organ tubuh tersebut.
4. Mengandung MSG yang bisa menyebabkan kerusakan pada otak anak
Monosodium Glutamate atau dikenal dengan MSG ini merupakan hal yang paling penting dalam mie instan, karena fungsinya tentu saja untuk membuat rasa mie instan menjadi lebih nikmat. MSG adalah kandungan yang cukup tinggi dalam mie instan. Namun, bahan kimia ini dapat berbahaya bagi anak-anak karenai dapat menyebabkan kerusakan pada otak jika dikonsumsi terus menerus. Selain itu MSG juga sering dikategorikan sebagai pengganggu kesehatan anak karena dapat menimbulkan beragam penyakit berbahaya sampai kematian.
5. Kandungan sodium yang tinggi dapat mempengaruhi organ vital tubuh anak
Mie instan juga memiliki kadar garam dalam jumlah yang tinggi untuk mengawetkannya dalam kemasan. Sodium adalah unsur utama dalam garam yang digunakan pada mie instan. Kandungan ini dapat memengaruhi organ vital tubuh anak dan menyebabkan kerusakan saat dikonsumsi secara berlebihan. Ketika melakukan pemeriksaan persentase kadar natrium atau sodium dalam satu bungkus mie instan, jika jumlahnya sudah cukup besar bagi orang dewasa, maka bagi usia anak jumlah tersebut bisa melebihi kebutuhan natrium dan sodium dalam sehari. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, 1 dari 6 anak berusia 8-17 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Kandungan karsinogenik yang berisiko menyebabkan kanker pada anak
6. Berisiko menyebabkan organ hati anak rusak dan melemahkan sistem kekebalan tubuhnya
Anak yang terlalu sering makan mie instan juga berisiko merusak organ hati nya.Karena terdapat kandungan bahan anti beku yang ada dalam mie instan, bernama Humektan.Bahan ini berpotensi membuat organ hati anak menjadi rusak. Kandungan Humektan ini berfungsi untuk membuat mie cepat mengering. Namun, jika terlalu banyak masuk ke dalam tubuh anak, dapat merusak organ hati dan melemahkan sistem kekebalan tubuhnya.
B. Solusi yang ditawarkan dari produk yang diajukan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting adalah dengan mengkonsumi nutrisi yang dibutuhkan selama masa kehamilan dan menyusui. Salah satu upaya yang dilakukan agar balita mendapatkan nutrisi yang cukup adalah dengan memberikan PMT( Pemberian makanan tambahan) kepada balita tersebut selama masa pertumbuhannya. PMT yang diberikan kepada balita selama masa pertumbuhan sebagai upaya penurunan stunting harus mengandung protein, zat besi, fosfor dan zink. Zat tersebut ada dalam umbi ganyong sehingga umbi ganyong diperkirakan bisa digunakan sebagai PMT untuk balita dengan mengolahnya menjadi produk yang disukai oleh masyarakat khususnya balita misal produk mie instan, coco crunch, bit mie dan lain-lain.
Umbi ganyong juga mudah dicerna sehingga aman dikonsumsi untuk balita. Ganyong merupakan tanaman liar yang jarang diketahui oleh masyarakat manfaat dan khasiatnya. Di wilayah kabupaten kebumen kecamatan kebumen banyak tanaman ganyong yang tumbuh dipinggir jalan, di pekarangan warga, tetapi kurang dimanfaatkan. Inovasi ini selain untuk memanfaatkan pati ganyong menjadi PMT juga mengenalkan masyarakat khususnya yang di wilayah kecamatan kebumen agar memanfaatkan umbi ganyong tersebut menjadi produk lain dan bahkan bisa dijual untuk meningkatkan perekonomian.
Daun kelor merupakan tanaman lokal yang mengandung zat gizi yang tinggi, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat rendah. Agar zat gizi yang terkandung dalam daun kelor dapat dimanfaatkan tubuh, maka perlu diolah menjadi makanan yang digemari oleh masyarakat seperti halnya mie. Hasil penelitian Fuglie (2001) menyatakan bahwa daun kelor memiliki berbagai kandungan nutrisi yang bermanfaat. Kandungan yang paling diunggulkan pada tanaman ini yaitu protein,vitamin A (β-karoten), dan zat besinya yang tinggi sehingga bagus untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi terutama pada kelompok rawan (Madukwe, et al., 2013).
Manfaat lain daun kelor yaitu mampu meningkatkan status gizi pada anak malnutrisi. Penelitian yang dilakukan oleh Srikanth, et al. (2014) menunjukkan bahwa daun kelor dapat mengatasi masalah gizi buruk diberbagai negara dengan cara menambahkannya kedalam makanan sehari-hari anak. Saat ini banyak negara-negara tropis yang memanfaatkan daun kelor untuk mengatasi masalah gizi buruk pada anak dan ibu hamil (Price, 2000).
Daun kelor dapat dibuat menjadi bubuk untuk mempermudah pemanfaatannya sebagai bahan pangan fungsional. Daun kelor yang dikeringkan menjadi bubuk memiliki kandungan gizi yang lebih banyak daripada saat tanaman ini berbentuk daun mentah.Treesforlife yang merupakan sebuah organisasi di Amerika melaporkan bahwa per gram daun kelor kering(bubuk) mengandung 10 kali vitamin A lebih banyak dari wortel, 17 kali kalsium lebih banyak dari susu, 25 kali lebih banyak zat besi dari bayam, 9 kali lebih banyak protein dari yogurt,dan 15 kali lebih banyak potassium daripada pada pisang(Thurber& Fahey,2009).
Penambahan satu sendok atau lebih daun kelor kering yang telah dilumatkan (dalam bentuk serbuk direkomendasikan oleh ChurchWorldServices (CWS) sebagai nutrisi tambahan pada makanan anak (Srikanth, et al., 2014). Dengan diolahnya daun kelor menjadi makanan yang disukai oleh semua kalangan, maka akan meningkatkan pemanfaatan daun kelor dimasyarakat sehingga kandungan gizi serta manfaat lainnya yang terdapat pada daun kelor dapat diserap oleh tubuh.
Untuk mengurangi dampak buruk yang terjadi pada anak-anak akibat sering mengkonsumsi mie instan maka perlu dilakukan substitusi bahan utama pengganti tepung terigu dengan tepung lain yang memiliki kandungan zat gizi lebih tinggi. Kemudian untuk menambah nilai gizi pada anak dicampurkan dengan sayuran yang memiliki kandungan fosfor, kalsium, zink, protein yang tinggi untuk tumbuh kembang anak. Pada inovasi mie keriting ini dilakukan pembuatan mie instan dari tepung ganyong dengan campuran tepung daun kelor yang dinilai kaya akan zat gizi. Mie instan tepung ganyong daun kelor tidak menggunakan bahan pengawet yang membahayakan karena tambahan daun kelor pada mie sudah merupakan pengawet yang alami. Mie keriting dari daun kelor dan tepung ganyong ini digunakan untuk peningkatan derajat masyarakat khususnya untuk pencegahan bayi dan balita lahir dengan berat badan dan tinggi badan kurang. Selanjutnya mie keriting ini akan diberikan sebagai PMT kepada balita.
Fasilitator dari puskesmas kebumen II mensosialisasikan dan melakukan pembinaan “Inovasi Mie Keriting” ini pada kader kemudian kader mensosialisasikan kepada masyarakat. Kader membuat mie keriting ini bersama masyarakat sekitar kemudian memberikannya kepada balita yang mempunyai berat badan dan tinggi badan kurang. Pembinaan juga dilakukan pada kelompok PKK desa untuk dikemas sedemikian rupa dan bekerjasama dengan koperasi dan bumdes untuk pemasarannya.Mie dari tepung ganyong dan daun kelor ini juga bisa menjadi diversifikasi pangan dan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan keluarga.
C. Sejarah inovasi dan pengembangan produk.
Inovasi “Mie Keriting” awalnya bermula dari ide jenis PMT yang dibutuhkan oleh balita untuk mencegah stunting. Penulis kemudian mencari beberapa literatur di jurnal penelitian maupun formularium obat tradisional tanaman yang bisa diformulasi untuk membantu pertumbuhan balita. Beberapa jurnal penelitian yang dijadikan sebagai dasar dari Inovasi “ MIE KERITING” sebagai berikut :
Dari beberapa jurnal penlelitian tersebut maka penulis melakukan formulasi ekstrak tepung ganyong dan daun kelor menjadi PMT (Pemberian makanan Tambahan) yang diberikan kepada balita kemudian berkembang menjadi cemilan sehat balita dan berkembang lagi menjadi produk yang bisa dipasarkan untuk menambah pendapatan. Berikut perkembangan produk mie keriting:
Perkembangan Produk “Inovasi Mie Keriting” |
||
Tahu 2020 |
Tahun 2021 |
Tahun 2022 |
Berupa makanan PMT yang langsung diberikan kepada balita berupa kue basah, mie basah, bubur dan lain-lain |
Berkembang menajdi cemilan instan yang disukai oleh anak-anak misal produk mie instan |
Berkembang menjadi cemilan bervariasi yang dipadukan dengan coklat dan aneka varian rasa dan bisa dijual |
|
|
|
Mie instan dan cemilan dari Tepung terigu |
Mie instan dan cemilan dari tepung terigu + Daun Kelor |
Mie Instan dan cemilan dari Tepung Ganyong + Kelor |
Tekstur Keras |
Tekstur keras |
Tekstur lembut |
Perlu penggunaan Pengawet |
Tidak perlu penggunaan pengawet |
Tidak perlu penggunaan pengawet |
Sulit dicerna dalam tubuh |
Sulit dicerna dalam tubuh |
Mudah dicerna oleh tubuh |
Tidak boleh diberikan oleh anak dibawah 3th |
Tidak boleh diberikan oleh anak dibawah 3th |
Boleh diberikan pada balita dibawah 3 th |
Berpotensi menaikkan gula darah dan obesitas |
Berpotensi obesitas |
Tidak berpotensi kenaikan gula darah dan obesitas |
Sumber energy besar, nilai gizi kurang, tidak ada kandungan phosphor, kalsium, zink |
Sumber energy besar, nilai gizi kurang, tidak ada kandungan phosphor, kalsium, zink
|
Sumber energy rendah , kaya nilai gizi meliputi phosphor, kalsium. Protein, zink. |
Rasa di perut biasa |
Rasa di perut biasa |
Rasa di perut dingin |
Dari tabel tersebut terlihat perbedaan bahwa mie instan dan cemilan yang dihasilkan dari tepung ganyong mempunyai perbedaan yang signifikan dengan tepung terigu. Keunggulannya dibandingkan dengan mie keriting dari tepung terigu adalah cemilan dan mie instan dari tepung ganyong mempunyai rasa yang dingin diperut dan lebih aman untuk organ pencernaan dan tepung ganyong juga berfungsi mencegah kanker dan radang pada usus, memiliki sumber energy yang rendah sehingga tidak berpotensi menyebabkan obesitas dan diabetes. Pada mie keriting juga mengandung phosphor, kalsium, protein dan zink yang tidak ditemukan pada tepung terigu. Mie keriting juga aman dikonsumsi oleh anak dibawah 3 tahun karena teksturnya lembut dan mudah dicerna oleh tubuh. Mie keriting juga tidak memerlukan pengawet karena mengandung daun kelor yang berfungsi sebagai pengawet.
Nama | : | WIJI SRI KUSUMANINGSIH,A.Md.,Farm |
Alamat | : | JALAN KEJAYAN NO 14 JATISARI KEC.KEBUMEN KAB.KEBUMEN |
No. Telepon | : | 082240090525 |