Permasalahan kadar gas amonia pada peternakan ayam broiler menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Kadar amonia mempunyai daya iritasi tinggi bagi ternak yang berakibat menurunkan produktivitas ternak. Selain itu, masih banyak peternak ayam broiler yang mengabaikan lingkungan sekitar, sehingga dapat menimbulkan terjadinya penyebaran virus, bakteri dll. Selain itu, masih banyak peternak ayam boiler yang mengabaikan lingkungan sekitar, sehingga dapat menimbulkan terjadinya penyebaran virus, bakteri dll. Hal ini yang melatarbelakangi inovasi kami yaitu produk Co-Bios yang bertujuan untuk menurunkan kadar amonia (NH3), dan sebagai desinfektan pada peternakan ayam baik desinfektan kandang dan desinfektan ayam dari infeksi mikroorganisme.
Produk Co-Bios memiliki keunggulan menggunakan bahan yang ramah lingkungan yang tidak berbahaya untuk ternak dan kulit manusia. Produk Co-Bios menggunakan bahan alami yaitu minyak sereh (citronella oil), daun mimbo (Azadirachta indica Juss) dan daun bandotan atau wedusan (Ageratum conyzoides L). Produk inovasi Co-Bios memiliki berbagai ukuran seperti ukuran 125ml, 275 ml, 500 ml, dan 1000 ml dengan harga terjangkau pada kisaran Rp. 10.000 hingga Rp. 31.000,-
Kata Kunci : ammonia, Azadirachta indica Juss, Ageratum conyzoides L, Citronella oil, NH3
Masalah amonia pada peternakan di Indonesia telah menjadi isu sejak lama. Laporan yang dirilis oleh Watch Magazine (2009) menyatakan bahwa sector peternakan ayam broiler bertanggung jawab atas 5 hingga 51% kejadian pemanasan global (global warning) di dunia, dimana salah satunya disebabkan pencemaran gas amonia. Selain ikut berpartisipasi menyebabkan pemanasan global, gas amonia mempunyai daya iritasi tinggi bagi ternak, terutama ternak ayam, sehingga bisa memicu infeksi penyakit pernapasan dan menurunkan produktivitas ternak (Setiawan, 1996).
Dari data BPS Indonesia tahun 2021, jumlah populasi ayam boiler di Jawa Tengah 580.150.594 ekor. Salah satu penghasil ayam broiler adalah Kabupaten Pati dengan produksi mencapai 18.448.590 ekor. Melihat data diatas, peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha ternak yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena ayam broiler memiliki keunggulan berproduksi lebih tinggi dibanding dengan jenis ayam buras (Rasyaf, 2007). Namun, masih banyak peternak ayam boiler yang mengabaikan lingkungan sekitar, sehingga dapat menimbulkan terjadinya penyebaran virus, bakteri, dan meningkatnya gas amonia di lingkungan sekitar. Dari hasil pengolahan data di beberapa peternak baik kandang tradisional dan modern, setiap harinya 40-50 ekor ayam mati, angka tersebut lebih tinggi pada saat awal ternak hingga mencapai 40-1200 ekor setiap harinya. Penyebab kerugian dalam usaha ayam broiler disebabkan oleh waktu panen yang lama, bobot badan yang tidak sesuai dengan standar, tingkat kematian yang tinggi dan lain-lain. Oleh sebab itu peternak ayam broiler harus dapat mengetahui komponen keberhasilan dan upaya pencegahan penyebaran virus dan bakteri yang dapat meningkatkan presentase kegagalan dalam usaha ayam broiler.
Selain di bidang peternakan, negara Indonesia merupakan penghasil utama minyak serai wangi yang tersebar Jawa Tengah dengan produksi lebih dari 95% dari total produksi Indonesia (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013). Pengolahan data dari penyuluh pertanian dan peternakan Kabupaten Pati, desa Sitiluhur Kabupaten Pati mengalami 30-45% petani sereh membiarkan hasil serehnya karena harga sereh yang murah. Manfaat konstituen utama minyak atsiri dari sereh wangi mengandung aktivitas antibakteri yang kuat pada semua konsentrasi. Melihat hal itu, sereh wangi berpotensi memiliki daya jual tinggi dalam menggerakan ekonomi masyarakat. Selain permasalahan pada peternakan juga potensi pengembangan bahan atau tanaman yang kurang bermanfaat yang melatarbelakangi inovasi Co-Bios sebagai Desinfeksi yang merupakan program biosecurity yang wajib dilaksanakan dalam proses pemeliharaan ayam broiler untuk menjaga keamanan produk, Co-Bios berbahan dasar herbal lokal yang efektif, aman, dan ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian inovasi ini bertujuan untuk menurunan kadar amonia dalam kandang. Kegunaan produk juga sebagai biosecurity infeksi mikroorganisme pada ayam broiler.
Produk Co-Bios dibuat oleh unit produksi B’Loven yang beralamat di Jalan Polgarut Selatan, Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati. B’Loven unit produksi Co-Bios dalam proses destilasi minyak sereh menggunakan alat destilat bertingkat, dan pada saat produksi kami menjaga standar ISO yang diterapkan.
Perbedaan dengan inovasi sejenis adalah penggunaan borak dan bahan kimia lainya sebagai penetralisir pada kendang, borak digunakan juga sebagai pembunuh guram dan kutu pada alas bagian bawah kandang. Pada penelitian Hilmi (2007) lain juga digunakan kapur barus dan sabun lantai. Sedangkan pada Co-Bios menggunakan bahan alami yaitu destilat Citronella Oil dan daun Mimbo serta bahan alami tambahan ekstrak daun bebadotan atau wedusan.
Keunggulan Co-Bios dibanding inovasi sejenis adalah inovasi ini dapat menurunkan gas amonia (NH3) yang dihasilkan dari kotoran ayam pada kandang. Co-Bios dapat digunakan sebagai desinfeksi ayam dari infeksi mikroorganisme. Selain itu, dapat digunakan sebagai desinfektan pada kandang ternak. Sedangkan inovasi sejenis hanya digunakan sebagai desinfektan awal ternak. Produk inovasi Co-Bios dikemas menjadi 4 ukuran yaitu botol ukuran 125ml, 275 ml, 500ml, dan 1000 ml dengan harga terjangkau pada kisaran Rp. 10.000 hingga Rp. 31.000,-, sedangkan inovasi sejenis pada kisaran harga Rp. 35.000 hingga Rp. 80.000. Selain itu, produk Co-Bios menggunakan bahan-bahan alami yang tidak berbahaya bagi kulit manusia.
Nama | : | Ahmad Aqim Akhyar |
Alamat | : | Desa Margorejo RT05/RW03 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati |
No. Telepon | : | (+62)85700652942 |