Potensi sumber daya perikanan terutama udang rebon sangat melimpah di Indonesia, banyak nelayan yang menangkam maupun membudidayakan udang rebon sebagai usahanya. Namun harganya murah dan mudah busuk jika tidak diolah dengan benar. Teknologi yang digunakan nelayan untuk pengolahan serta pengawetan udang rebon biasanya dijadikan sebagai olahan bumbu masak yaitu terasi, teknik pembuatanya masih konvensional memerlukan waktu yang lama serta daya simpanya pendek.
Tahun 2017 saya mencoba berinovasi, mengamati, meniru, serta memodifikasi teknologi yang efektif untuk pengolahan terasi yang cepat dan awet. Terciptalah SERASI teknologi pengolahan terasi yang cepat dan awet dengan memanipulasi tekanan osmotik (proses osmosis dan pengovenan berjalan bersamaan) dapat diolah dengan waktu 30 menit, sehingga menghemat waktu, tenaga, maupun biaya dalam memproduksi terasi. Dalam teknik ini udang rebon juga ditambahkan ekstrak sereh sebagai bahan pengawet alami yang mampu memperpanjang daya simpan terasi, awet hingga 1 tahun. SERASI merupakan inovasi teknologi pengolahan terasi yang cepat dan awet melalui ITIK (Inkubator Terasi Osmotik) yang saya modifikasi agar suhu dalam proses osmosis dan pengovenan stabil dengan mengutamakan faktor konsentrasi kadar garam dalam proses perendaman udang rebon serta faktor suhu (pengovenan) 60-70 derajat celcius selama 30 menit. Udang rebon juga ditambahkan ekstrak sereh guna membentuk tekstur terasi yang sesuai serta sebagai pengawet alami terasi.
- Jumlah permintaan konsumen untuk membeli terasi cukup banyak di daerah Jepara dan sekitarnya.
- Potensi sumber daya laut terutama udang rebon di kabupaten Jepara cukup banyak namun belum banyak dimanfaatkan, mudah basi serta harganya murah jika tidak diolah.
- Terasi merupakan salah satu bumbu masak yang sering diperlukan sehari-hari untuk pembuatan sambal, tambahan bumbu masakan, dan lain-lain. Terasi memiliki kandungan protein yang tinggi (22,3 gram/100 gram terasi) sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan pemenuhan gizi masyarakat, khususnya dalam tumbuh kembang anak-anak.
- Proses pembuatan terasi pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama (7-14 hari) dengan melakukan tahapan proses pencucian, penjemuran, penggilingan, pemeraman, pencetakan, fermentasi, dan akhirnya pengemasan. pengeringan ini bergantung pada sinar matahari sehingga terkendala dengan cuaca.
- Daya simpan terasi dengan teknik konvensional hanya bertahan 3-5 bulan karena kadar airnya masih cukup tinggi (40,05%) pH (6,28) pengeringan bergantung pada cuaca sehingga terasi mudah kadaluarsa.
- Adanya terobosan baru SERASI teknologi untuk mempersingkat proses pembuatan terasi (30 menit) dengan memanipulasi faktor tekanan osmotik terutama faktor konsentrasi dan suhu. Serta penambahan ekstrak serai yang berfungsi sebagai pengawet alami sehingga terasi yang dihasilkan lebih awet (1 tahun).
- Mempercepat proses pembuatan terasi yang awalnya 7-14 hari menjadi 30 menit.
- Proses osmosis dan pengovenan berjalan bersamaan sehingga menghemat waktu, tenaga, maupun biaya dalam pengolahan terasi.
- Daya simpan lebih panjang (mampu bertahan hingga 1 tahun sesuai dengan uji coba yang saya lakukan pada tanggal 11 november 2016-13 november 2017).
- Pengeringan dengan cara pengovenan, tidak bergantung pada sinar matahari sehingga tidak terkendala cuaca saat musim hujan.
- Terasi yang dihasilkan lebih berkualitas dari segi rasa, tekstur, gizi, maupun keawetan.
- Teknologi SERASI mudah diterapkan masyarakat dalam memproduksi terasi skala rumah tangga maupun skala industri besar.
- Alat dan bahan untuk pengaplikasian teknologi serasi sederhana dan mudah didapatkan di daerah Jepara.
Nama |
: |
Rizal Alansyah |
Alamat |
: |
Tengguli Bangsri jepara |
No. Telepon |
: |
+62 813-2566-5442 |