Pembuatan alat “Solar Moving Aerotor“ ini dilatar belakangi dari permasalahan kurangnya penggunanaan teknologi sebagai basis pembantu kerja para pembudidaya ikan air tawar. Dapat diketahui salah satu faktor penyebab kematian ikan adalah karena rendahnya konsentrasi oksigen yang terlarut. Rendahnya oksigen terlarut akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan ikan yang tentunya akan menurunkan produktivitas. Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menggunakan alat “Solar Moving Aerotor“
Alat ini memiliki pelampung sehingga dapat terapung di kolam/tambak yang dilengkapi dengan Solar Cell untuk sumber kelistrikan aerator. Listrik dari Solar Cell digunakan untuk menjalankan pompa submersible sehingga air kolam/tambak akan memancar ke atas. Dari pancaran tersebut akan menyebabkan Aerator dapat bergerak mengelilingi tambak sehingga aerasi tambak merata. Dengan penyinaran matahari efektif 8 jam perhari, alat ini mampu menghasilkan 400wh dari solar cell lalu disimpan dalam accu yang berkapasitas 420wh sehingga dapat mengaktifkan pompa. Pompa submersible akan memompa air dan air keluar dari nozzle, air keluar dan melakukan proses aerasi yang dapat meningkatkan kadar oksigen pada air kolam/tambak. Alat ini memilik keunggulan menghasilkan listrik mandiri dari solar cell serta perawatan mudah dan murah.
Kata Kunci : budidaya ikan air tawar, teknologi , solar moving aerator
Dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, perlu terus dilakukan gerakan untuk menggugah kesadaran masyarakat secara berkesinambungan guna mengkonsumsi ikan. Menurut sumber data FAO (Food Agriculture Organization) Indonesia menduduki peringkat ke lima konsumsi ikan di Asia Tenggara. Potensi perairan yang meliputi sumber daya perikanan, Kementrian Kelautan Dan Perikanan (KKP) menggiatkan masyarakat mengkonsumsi ikan dengan gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan. Pemerintah optimis dengan adanya gerakan ini kualitas sumber daya manusia akan menjadi lebih baik karena ikan mampu meningkatkan inteligensi. Dalam memenuhi kebutuhan ikan terutama dalam pemenuhan ikan air tawar para pelaku budidaya di Indonesia dihadapkan dengan permasalahan kurangnya perkembangan teknologi budidaya ikan air tawar. Dalam rangkaian Pameran Aquatica Asia & Indo Aqua 2018, yang digelar Direktorat Jendral Budidaya Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, membahas kebutuhan teknologi budidaya ikan air tawar dengan penggunaan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi para pembudidaya akan dimudahkan dari kemungkinan buruk, salah satunya kematian ikan yang menyebabkan penurunan jumlah panen bahkan gagal panen. Penyebab kematian ikan itu sendiri sebagian besar terjadi akibat kegagalan pengolahan instalasi air untuk memenuhi kebutuhan oksigen guna respirasi ikan. Peningkatan jumlah pakan akan meningkatkan sisa pakan, dan keadaan ini akan menurunkan kadar oksigen terlarut (Disolved Oxygen, DO) karena digunakan untuk perombakan sisa pakan yang meningkat. Oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah 5-7 mg/l (Boyd, 1990).
Untuk mencegah risiko kematian ikan karena kandungan oksigen terlarut ??ng minim, maka diperlukan bantuan aerator. Aerator ?k?n membantu proses aerasi. Aerasi b?r?rt? adanya proses pemecahan air sehingga terjadi resirkulasi dan distribusi oksigen lebih merata. Oksigen d?r? atmosfer ?k?n ditransfer k?seluruh bagian kolam d?ng?n kompresor udara ??ng terdapat pada aerator.
Berdasarkan permasalahan yang dialami para pelaku budidaya tersebut,tim dari penulis memperkenalkan alat untuk penunjang produktivitas perikanan air tawar. Alat ini kami berinama Solar Moving Aerator (Aerator Gerak Untuk Budidaya Ikan Air Tawar Tenaga Surya ), tim memberikan solusi kreatif akan permasalah budidaya ikan air tawar berkaitan dengan pengelolaan air di kolam, tambak yang minim akan oksigen.
Keunggulan :
Pemakaian aerator biasa dengan menggunakan listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara) |
Pemakaian Solar Moving Aerator dengan tenaga surya |
Rp 4.500.000
12 jam x 740 watt = 8.880 wattjam
8.880 wattjam x 30 hari = 226.400 wattjam = 266,4 kWh
266,4 kWh x Rp 1.400 = Rp 372.960
Rp 372.960 x 12 bulan = Rp 4.475.520 |
Rp 1.846.000
|
Biaya penggunaan Aerator dengan listrik PLN dalam 1 tahun pertama Rp 4.500.000 + Rp 4.475.500 = Rp 8.895.520 |
Biaya setelah menggunakan Aerator tenaga surya dalam 1 tahun pertama: Rp 1.846.000 |
Biaya penggunaan Aerator dengan listrik PLN dalam 1 tahun kedua = Rp 4.475.500
|
Biaya penggunaan Aerator tenaga surya dalam 1 tahun kedua (mengganti komponen dengan yang baru)
Rp 495.000
Rp 375.000 Total = Rp 870.000 |
Kesimpulan : Menggunakan Aerator Tenaga surya lebih hemat |
Nama | : | Farrizh Noer Abdiellah |
Alamat | : | Jl. Tentara Pelajar No. 21 Blora |
No. Telepon | : | 08122558560 |