Cagar budaya merupakan aset penting bagi indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Pelestarian cagar budaya dapat dilakukan dengan upaya pencegahan
pelapukan batuan candi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu inovasi produk pencegah pelapukan sebagai alternatif pelestarian bangunan candi
pada situs cagar budaya. Pencegahan pelapukan candi akibat lumut dan pembekuan air pada celah batu dilakukan dengan pelapisan weaption oil pada
batuan candi. Weaption Oil merupakan campuran minyak atsiri dan nigarin yang dapat digunakan untuk mengatasi biodeteriorasi pada batuan candi. Minyak
atsiri tersebut diambil dari penyulingan bahan alami berupa sereh wangi, kulit jeruk dan jahe yang melalui beberapa proses tahapan pembuatan yaitu
perlakuan perbandingan jahe, kulit jeruk dan serai wangi (1:2:1, 1:1:1, 1:2:2, dan 2:1:2) kemudian dilakukan pencucian, pemotongan, pengukusan,
penghancuran, penyaringan, penyulingan, pendinginan, dan pencampuran dengan nigarin. Berdasarkan perbandingan tersebut didapatkan hasil bahwa
perbandingan 1:2:2 merupakan komposisi yang terbaik. Untuk mengetahui kandungan senyawa dalam minyak atsiri dari ketiga bahan tersebut maka
dilakukan pengujian GC-MS di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang selama 2 minggu. Berdasarkan Uji Laboratorium didapatkan hasil kandungan
senyawa kimia diantaranya. ALPHA.-PINENE, 2-.BETA.-PINENE, .beta.-Phellandrene, Cyclohexene, Linalool yang terdapat pada minyak atsiri mampu mencegah
serta menghambat pertumbuhan lumut dan jamur pada batuan candi sedangkan . Uji kandungan nigarin atau bittern melalui metode uji Titrimetri,
Spektrofotometri, Gravimetri, dan uji AAS yang dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam Bittern sehingga mampu dianalisis senyawa
magnesium sebesar 7,32% mampu menghambat pertumbuhan lumut dan pembekuan air pada pori-pori batuan candi dan uji antibakteri untuk mengetahui
aktivitas antibakteri dari minyak atsiri terhadap bakteri E-coli dengan zona hambat sebesar 1,2 mm dan pada bakteri Bacillus subtilis sebesar 7,1 mm. Selain itu
dilakukan pula uji berdasarkan pemberian “Weaption Oil” dengan perbandingan komposisi minyak atsiri dan nigarin 1:2, 2:2, 3:2 dan 4:2. Dan didapatkan hasil
bahwa perbandingan 4:2 merupakan perbandingan terbaik yang diaplikasikan pada batuan candi sehingga mampu mencegah pertumbuhan lumut selama 1
bulan pada suhu 15-20oC.
Kata kunci : Minyak Atsiri, Nigarin, Weaption Oil
Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, pengelolaan cagar budaya dilakukan oleh badan pengelolaan yang telah dibentuk oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat adat. Benda cagar budaya harus dilindungi keberadaannya dari kepunahan dan kerusakan akibat proses
alam seperti hujan asam, jamur, cendawan dan mikroba. Beberapa jenis mikroba yang banyak tumbuh di batuan yaitu fungi, jamur, dan alga. Mikroba tersebut
mudah berkembang pada batuan, batu pasir, granit, batu kapur, dan gypsum (Burford et al., 2003). Menurut data Inventarisasi dan Pengklasifikasian Bangunan
dan Kawasan Konservasi Kota Semarang Tahun 2012, Kota Semarang memiliki 315 bangunan pusaka dan 16 kawasan pusaka (Puspitasari dan Yuliani, 2019).
Peninggalan-peninggalan bersejarah ini perlu dijaga agar tetap utuh, sehingga dapat menceritakan sejarah masa lampau. Pada kenyataannya, akibat beberapa
faktor salah satunya pelapukan, bangunan bersejarah kini semakin rapuh dan rusak. Pengetahuan mengenai sifat dan karakteristik batuan sangat penting
untuk mengetahui kemungkinan penyebab terjadinya pelapukan sehingga lebih efektif dalam penanganannya.
Pertumbuhan mikroba pada cagar budaya
tergantung pada faktor lingkungan seperti ketersediaan air, pH, iklim, sumber nutrisi, komposisi batuan, porositas, dan permeabilitas batuan. Selama ini proses
pelestarian pada cagar budaya masih menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun seperti 5-bromo-3-sec-butyl-6methyluracil (Hyvar-X),
xylophene, aldrin, malathion, parathion, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) dan CCA (Chromated Copper Arsenat. Bahan-bahan tersebut bersifat
karsinogenik dan mutagenik sehingga penggunaannya dilarang oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya (Riyanto, 2014). Sebagai salah satu negara tropis
Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman penghasil minyak atsiri seperti serai dapur, minyak cengkeh (Eugenia aromatica), minyak serai wangi
(Andropogon nardus), Jahe (Zingiber officinale Roscoe), kulit jeruk dan minyak kayu manis (Cinnamomum spp.), yang mengandung senyawa pestisida berbasis
minyak atsiri telah lolos registrasi dari EPA (Environmental Protection Agency) dan dinyatakan aman dari GRAS (Generally Recognized as Safe) (Koul et al.,
2007) sehingga ramah terhadap manusia dan lingkungan.
Batuan pada cagar budaya khususnya candi sebagian besar terdiri atas batuan andesit yang
memiliki ciri berpori banyak. Pori yang banyak pada batuan andesit menyebabkan bervariasinya nilai porositas sehingga memungkinkan untuk tertampungnya
air. Penampungan air pada pori-pori batuan andesit menyebabkan terbentuknya lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme perintis
dan menyebabkan terjadinya biodeteriotasi (Konservasi Borobudur, 2012; Kanaori et al., 2000; Buscot, 2000). Biodeteriorasi batuan merupakan proses
pelapukan batuan yang disebabkan oleh beberapa agen biologis atau biodeteriogen. Biodeteriogen ini dapat menyebabkan kerusakan secara langsung
maupun tidak langsung. Agen biodeteriorasi antara lain adalah jamur, algae, lumut, dan bakteri (Kumar dan Kumar, 1999). Permasalahan kerusakan batuan
cagar budaya yang disebabkan oleh biodeteriorasi dapat dicegah melalui analisa penanganan melalui zat alami sebagai salah satu upaya mempertahankan
keberadaan Cagar Budayanya. Sehingga minyak atsiri yang berasal dari Jahe, kulit jeruk dan serai wangi yang divariasikan dengan nigarin atau sari bahari
dapat dijadikan sebagai alternatif pelestarian cagar budaya.
1. Efektif melindungi batuan candi dari serangan jamur dan lumut.
2. Berbahan dasar alami yang ramah lingkungan dan mudah ditemukan, yaitu berasal dari serai wangi, kulit jeruk,
jahe dan nigarin.
3. Proses pembuatan produk melalui metode hidrodestilasi dengan menggunakan alat hidrodertilator tepat guna
yang tidak sulit pembuatannya.
4. Lebih praktis digunakan oleh dinas cagar budaya dalam melindungi situs cagar budaya.
Nama | : | FAHRURAZI |
Alamat | : | JL SOEKARNO HATTA NO 193 KENDAL |
No. Telepon | : | 085741873577 |