Sebagian besar Warga Indonesia mengkonsumsi tempe, akan tetapi bahan bakunya berasal dari kedelai impor. Selain jenis varietasnya GMO/Transgenik yang masih diperdebatkan terkait keamanannya. Beberapa ilmuwan menyatakan mengkonsumsi bahan makanan dari kedelai gmo/transgenic membahayakan kesehatan, meski beberapa ilmuwan berbeda pendapat tentang hal pernyataan itu.
Di sisi lain, Kabupaten Grobogan sebagai salah satu Kabupaten penghasil kedelai terbesar di Indonesia yang memiliki varietas kedelai local “Grobogan” memiliki kedelai unggul Non-GMO. Proteinnya jauh lebih tinggi dari kedelai impor serta ukuran bijinya juga tidak kalah dengan kedelai impor. Oleh karena itu, kedelai local harus diperjuangkan posisinya di tengah masyarakat Indonesia yang hobi mengkonsumsi tempe.
Kendala utama produksi dan konsumsi tempe adalah daya tahannya yang relative sangat singkat, yakni hanya 1-3 hari. Oleh karena itu diperlukan suatu kreatifitas dan inovasi untuk meningkatkan daya simpan tempe secara higienis dan sehat dan mengacu pada berbagai referensi dan hasil penelitian.
Tempe Super Instan sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan daya simpan kedelai kualitas tinggi dengan cara yang sehat dan higienis.

Penemuan sebelumnya:

1. Kedelai dikeringkan dahulu (Tempe Super Instan: kedelai tidak dikeringkan)

2. Ragi dipisah dengan kedelai (Tempe Super Instan:  Ragi sudah dicampur dengan kedelai)

3. Perlu perebusan ketika hendak mematangkan jamur seperti membuat mie instan (Tempe Super Instan: Tidak perlu perebusan dan tinggal buka kemasan luar)

4. Daya Simpan Tempe Super Instan di suhu ruang (7 hari) dan di lemari Es (45 hari)

5. Penemuan Sebelumnya: Menggunakan Kedelai Impor dan Lokal (Penemuan Tempe Super Instan: 100% Menggunakan Kedelai Lokal Non-GMO)