ABSTRAK
Penggiling gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kwantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis beras di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Di zaman modern ini untuk menumbuk padi tidak lagi digunakan “lesung dan alu” kami tim KIR SMKN 1 Sawit Boyolali memodifikasi mesin penggiling padi dan mesin penggiling tepung yang digabung dan di modifikasi menjadi alat selep modern yang menghasilkan beras dan bekatul dalam satu kali proses selep dan alat lesung modern yang kami modifikasi ini berbentuk portabel dan bersifat berpindah-pindah (mobile). Sehingga sangat praktis digunakan oleh petani dan atau pengusaha penggilingan padi mikro untuk mendongkrak ekonomi kreatif masyarakat, dengan keunggulan mesin selep atau penggilingan modern ini yaitu bisa menghasilkan beras dengan mutu yg bersih dan menghasilkan katul dengan menggiling sekam padi sekalian menjadi bekatul yang lembut dan siap di gunakan untuk pakan ternak sehingga menambah nilai ekonomis sekam atau berambut yang biasanya dibuang atau hanya untuk membakar batu bata merah kini bisa jadi bekatul yang bisa digunakan untuk pakan ternak.
Kata kunci: mesin penggiling portable ekonomis
Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kwantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis beras di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Proses penanaman padi sangatlah rumit dibutuhkan ketelitian dan ketekunan khusus dalam pengerjaannya. Mulai dari pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul, penanaman, perawatan, pemupukan, pengairan, penyiangan, sampai pengolahan hasil pertanian menjadi butir beras yang membutuhkan waktu dan tenaga yang tidaklah sedikit ditambah lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk semua proses tersebut. Semua itu sangat berbeda dengan masyarakat industri yang menghasilkan produk-produk yang bersifat instan dalam waktu yang singkat dan cepat.
Di Indonesia alu dan lesung adalah penyosohan padi tradisional pertama yang digunakan petani, baik secara minimal dengan tenaga manusia maupun yang digerakan oleh tenaga air. Satu atau beberapa alu dan lesung dapat dioperasikan melalui kincir air yang merupakan bentuk tradisional unit penggilingan padi. Pada alu dan lesung telah diterapkan prinsip penggerusan untuk memisahkan butir gabah dan penggesekan untuk mengupas kulit sekam (Thahir 2002).
Berikutnya berkembang penyosohan mekanis engelberg menggantikan alu dan lesung yang kapasitas penyosohannya tidak memadai lagi. Kelemahan penyosohan engelberg adalah pemecahan kulit dan pemutihan beras terjadi bersamaan dalam satukali proses sehingga beras giling yang dihasilkan mengandung beras patah yang tinggi (38%), kotor dan derajat sosohnya rendah (Sumardi dan Thahrir 1993).
Kemudian masuk kepada era pascaswasembada beras tahun 1986-2000 pengembangan unit penggilingan padi skala besar masih terus berlanjut, namun dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Penggilingan padi skala besar tidak lagi menggunakan mesin penyosoh beras berkapasitas besar, namun diwarnai oleh unit penyosoh skala kecil berkapasitas 600 kg/jam. Pada era perdagangan global tahun 2000 sampai saat ini berkembang teknologi penggilingan padi terintegrasi yang disebut dengan Rice Processing Complex (RPC) sebagai bentuk lebih lanjut modernisasi penggilingan padi (Tjahjohutomo et al. 2004 ; Patiwiri 2006 ; Thahir et al. 2008)
Salah satu bentuk modernisasi penggilingan padi adalah munculnya penggilingan padi keliling. Jasa penggilingan padi keliling merupakan bentuk dari adanya perubahan sosial yang dulunya hanya menetap dirumah, para pelanggan datang bila ingin menggunakan jasa penggilingan padi tersebut, kini seiring perubahan zaman dan kemajuan teknologi alat penggilingan padi pun dapat dipindah-pindahkan tempatnya sesuai dengan lokasi pelanggan yang ingin menikmati jasa penggilingan padi. Jasa penggilingan padi tercipta karena adanya inisiatif dari masyarakat agar memudahkan para petani untuk mengolah hasil pertaniannya. Pengguna jasa penggilingan padi keliling ini adalah masyarakat lapisan menengah ke bawah yang ingin menekan biaya pengeluaran produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang lain (Endang S.2012).
Penggilingan Padi Keliling adalah suatu Penggilingan Padi yang dapat berpindah dari tempat ke tempat yang dioperasikan menggunakan motor sebagai tenaga penggeraknya, usaha penggilingan padi keliling merupakan salah satu bentuk inovasi dibidang pertanian yang saat ini semakin berkembang. Dalam menggunakan suatu jasa atau produk banyak faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk atau jasa tersebut, untuk itu produsen atau pemilik usaha juga perlu memahami bagaimana kebutuhan dari konsumen agar kebutuhan dari konsumen bisa terpenuhi dan tidak pindah ke produk atau jasa lainnya.
Menurut Setiadi (2003:3) dalam Rendra (2016:2) , pentingya penelitian konsumen untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan konsumen dan juga bagaimana tanggapannya akan produk yang dikonsumsinya yang berarti berhubungan dengan kepuasan konsumen serta penelitian dapat berfungsi sebagai basis untuk pendidikan dan perlindungan konsumen, dan melengkapi informasi yang penting untuk keputusan kebijakan umum. Dalam hal ini bentuk produk yang dikonsumsi oleh konsumen berupa jasa yaitu jasa penggilingan padi keliling.
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting, peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi yang menyebar hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplay beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Arsyad, dkk., 2015). Besarnya jumlah penggilingan padi yang tersebar di sejumlah daerah tidak menjamin kualitas beras yang dihasilkan akan lebih baik (Asmawati, 2009). Penggilingan padi merupakan proses pengolahan gabah menjadi beras dengan batas kadar air 13-14%. Umumnya proses penggilingan padi dapat dipisahkan antara pengolahan gabah menjadi beras pecah kulit (BPK) dan proses penyosohan yakni pengolahan beras pecah kulit menjadi beras sosoh. Pemisahan proses ini menggunakan alat yang terpisah yakni husker (pemecah kulit) dan whitener (pemutih/penyosoh). Berdasarkan penggunaan alat pada penggilingan secara umum, penggilingan padi cenderung untuk meningkatkan mutu, terutama pada penggilingan yang berskala kecil (Sudirman, 2011).
Lesung modern yang kami buat ini adalah alat penggilingan padi yang portabel berbahan bakar motor bensin yang bisa digunakan secara portabel atau mobile tergantung kebutuhan selain itu keunggulan dari lesung modern yang telah kami rakit ini adalah bisa menghasilkan beras dan bekatul dalam satu kali selep atau penggiligan dan tidak menghasilkan residu, dimana kulit padi ikut digiling menjadi katul sehingga bisa menambah manfaat ekonomis dari kulit padi atau brambut yang biasanya hanya dipakai untuk bahan membakar batu bata merah, kini bisa jadi bekatul yang bisa digunakan untuk pakan ternak.
Lesung modern yang kami buat ini adalah alat penggilingan padi yang portabel berbahan bakar motor bensin yang bisa digunakan secara portabel atau mobile tergantung kebutuhan selain itu keunggulan dari lesung modern yang telah kami rakit ini adalah bisa menghasilkan beras dan bekatul dlam satu kali selep atau penggiligan dan tidak menghasilkan residu, dimana kulit padi ikut digiling menjadi katul sehingga bisa menambah manfaat ekonomis dari kulit padi atau brambut yang biasanya hanya dipakai untuk bahan membakar batu bata merah. Di zaman modern ini untuk menumbuk padi tidak lagi digunakan “lesung dan alu” kami tim KIR SMKN 1 Sawit Boyolali memodifikasi mesin penggiling padi dan mesin penggiling tepung yang digabung dan di modifikasi menjadi alat selep modern yang menghasilkan beras dan bekatul dalam satu kali proses selep dan alat lesung modern yang kami modifikasi ini berbentuk portabel dan bersifat berpindah-pindah (mobile). Sehingga sangat praktis digunakan oleh petani dan atau pengusaha penggilingan padi mikro untuk mendongkrak ekonomi kreatif masyarakat, dengan keunggulan mesin selep atau penggilingan modern ini yaitu bisa menghasilkan beras dengan mutu yg bersih dan menghasilkan katul dengan menggiling sekam padi sekalian menjadi bekatul yang lembut dan siap di gunakan untuk pakan ternak sehingga menambah nilai ekonomis sekam atau berambut yang biasanya dibuang atau hanya untuk membakar batu bata merah.
Keunggulannya adalah harganya yang relatif murah, karena saat ini mesin selep itu untuk tingkat yang besar harganya mahal. Kalau ini kami ciptakan mesin selep portable dan ini bisa dibawa kemanapun. Biasanya dikehidupan sehari-hari hasil gilingan gabah terbagi menjadi tiga bahan yaitu: Beras, bekatul, dan sekam. Sedangkan mesin yang kami modifikasi ini hanya ada dua hasil yaitu : Pertama beras untuk makanan pokok sehari-hari dan yang kedua bekatul. Karena apa? Sekam yang notabene dipasaran tidak terlalu laku dijual, ini kami ubah menjadi dedak halus dengan lesung modern ini yang sudah dimodifikasi dengan perpaduan mesin penggiling tepung.
Disebut dedak halus karena perpaduan antara bekatul dan sekam sehingga tercipta dedak halus. Bekatul merupakan kulit ari gabah yang digiling halus, dan nilai jualnya tinggi berkisar 4.000 – 5.000 rupiah. Sekam biasanya hanya digunakan untuk media tanam dan untuk proses pembakaran batu bata, harga sekam relatif rendah hanya berkisar 1.000 rupiah per karung.
Dan kami akan merubah yang notabene-nya sekam menjadi limbah, kami manfaatkan untuk pakan ternak sehingga dedak halus/ bekaltul bisa laku berkisar 2.500 – 3.500 rupiah. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan petani itulah harapan tim KIR SMKN 1 Sawit Boyolali.
Nama | : | Anggerlano Ramadhani |
Alamat | : | Jalan Raya SOLO - YOGYA KM. 15 Bendosari, Kec.Sawit |
No. Telepon | : | 0858 7676 0291 |