ABSTRAK
Kerajinan tekstil tradisional seperti tenun, batik dan jumputan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia banyak menggunakan pewarna alam yang diambil dari tanaman, baik dari daun, akar, serat dan kulit batang. Ada banyak jenis tanaman pewarna alamiah yang dapat tumbuh di Indonesia. Salah satunya adalah Strobilanthes cusia yang menghasilkan warna biru (indigo).
Belum banyak orang yang mengetahui, memiliki perhatian dan keahlian untuk merawat & membudidayakan tanaman Strobilanthes cusia ini; Salah satunya adalah Fatah Syaifur Rochman atau Fatah Ipung yang sekitar 6 tahun lalu mengawali jadi penggerak masyarakat di lereng Sindoro & Prau, memperkenalkan tananam Strobilanthes cusia untuk kebutuhan pembuatan “pasta & powder" indigo.
Dampak dan manfaat dari aktivitas budidaya dan pengolahan menjadi pasta indigo dijalankan Fatah Ipung bersama masyarakat ternyata mampu menumbuhkan koleksi bahan penggunaan pewarna alam di industri kerajinan tekstil, sekaligus menggerakkan ekonomi 179 warga masyarakat petani. Menanam di antara tanaman kopi, buah-buahan & lahan tak terpakai yang lebih dulu ada, masyarakat sekarang menjadi penyuplai bahan pewarna alam sekaligus mendapatkan tambahan penghasilan dari penjualan tanaman tersebut dan menggerakkan kesadaran kemajuan bersama dengan berdirinya KOPERASI “Shibiru Sakatani Makmur, dan menghasilkan produk ramah lingkungan, zero waste, limbah dapur pasta digunakan untuk pupuk
Selanjutnya tanaman diproses menjadi “pasta & powder” indigo dan didistribusikan ke industri kerajinan tekstil & para penggiat tekstil tradisi berbagai daerah di Indonesia bahkan sudah sampai manca negara Jepang, Philipina, Autralia, Amerika.
Selain memproduksi pasta powder indigo Fatah Syaifur Rochman juga kerap mengisi berbagai pameran craft, workshop, lokakarya, sebagai nara sumber pewarna alam dari Strobilanthes cusia. Beberapa kali juga ia diminta untuk mengisi acara pelatihan pewarna alam di luar negeri.
Keseharian Fatah Ipung bersama masyarakat desa lereng Sindoro & Prau dapat dipandang sebagai bagian dari penguatan & pendayagunaan budaya lokal sekaligus penggerak usaha sosial masyarakat.. Karena Fatah sudah melestarikan & menyebarluaskan pengetahuan budaya mengenai tanaman pewarna alam, memroduksi pasta powder indigo & mampu mengajak masyarakat untuk membudidayakan dan mengolah hasil tanaman. Cerita mengenai pergulatan ini merupakan bagian pengetahuan budaya yang tak terpisahkan dari dirinya sebagai sosok penjaga budaya pewarna alam, penggerak masyarakat, sosok inspiratif.
Latar Belakang
Banyaknya industri tekstil dan tenun yang menggunakan bahan pewarna sintesis yang selain harganya mahal, juga tidak ramah lingkungan dan warnanya mudah kusam. Hal ini memunculkan sebuah ide untuk membuat inovasi pewarna alami dari tumbuhan Strobilanthes cusia yang membuat warna lebih tahan lama (bahkan pasta indigo bisa bertahan sampai 4 tahun, asal disimpan di tempat yang teduh). Selain itu pewarna alami dari tumbuhan Strobilanthes cusia juga ramah lingkungan dan biaya produksi relatif lebih murah dibanding dengan pewarna sintesis. Warna hasil pasta Strobilanthes cusia lebih matang/kuat, proses lebih mudah & lebih ekonomis, pigmen cepat meresap pada kain & tingkat kelunturan relative lebih kecil dibanding tanaman pewarna lain Juga budidaya tanaman berhasil menggerakkan ekonomi 179 warga masyarakat dibanding menanam tanaman indigo lain. Pasta & powder indigo yang dihasilkan tanaman Strobilanthes cusia juga ramah lingkungan, 100% dari bahan organik, jauh unsur kimiawi. Non-toksik. Apalgi limbah proses dapur pasta Strobilanthes cusia, berupa air & daun mempunyai kekuatan penyubur untuk tanaman lain.
Sejarah Inovasi dan Pengembangan
Dimulai dari tahun 2016, Fatah Ipung mengenal tanaman pewarna jenis Strobilanthes cusia. Karena relasi pertemanan semakin luas, Fattah Ipung diperkenalkan tanaman pewarna indigo Strobilanthes cusia oleh William dari Thread of Life Bali. Pertama kalinya Fatah Ipung mencoba menanam di media pot dan berhasil tumbuh dengan baik. Hanya saja di saat musim kemarau pertumbuhannya melambat dan daun menguning. Kemudian Fatah mulai mencoba eksplorasi untuk menanam Strobilanthes cusia di 5 titik daerah ketinggian yang ada di lereng Sumbing, Sindoro dan Prau. Ternyata yang paling baik pertumbuhannya dengan mengikuti 2 musim adalah di daerah Wonoboyo.
Sejak itulah awal bagaimana Fatah Ipung mulai mengajak beberapa warga petani Wonoboyo untuk menanam tanaman ini. Awalnya 3 orang petani, selepas 1 tahun berjalan mulai banyak yang berminat dan sampai sekarang sudah 179 orang petani Wonoboyo dan Tretep ikut menanam tanaman Strobilanthes cusia, dengan luasan lahan mencapai sekitar 65 hektar. Cepatnya respon petani di Wonoboyo untuk menanam Strobilanthes cusia tidak lain karena Fatah Ipung berhasil membuat komposisi pasta & powder (pewarna alam biru) yang tepat dan berkualitas baik dari tanaman ini sehingga langsung membeli. Hal lain juga karena para petani menanam tanaman ini bukan di lahan utama yang biasa untuk sayuran atau tembakau tetapi di lahan tak terpakai, seperti lahan miring “ereng-ereng”, di sela-sela tanaman Jambu dan tanaman Kopi. Dengan demikian, petani disana merasa mendapatkan tambahan hasil apalagi karena tanaman ini sejenis perdu yang mampu tumbuh dengan baik tanpa harus ada perawatan dengan biaya tinggi.
Keunggulan inovasi Shibiru jika dibandingkan dengan pewarna yang lain :
Nama | : | Fatah Syaifur Rochman |
Alamat | : | Dusun Ngempon, RT 01, RW 04, Desa Ngadirejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. |
No. Telepon | : | 085693555055 |