Resiko penyebaran dan penularan virus corona masih menjadi ancaman. Di tengah kondisi new normal yang masih berlangsung, permintaan konsumen akan hand sanitizer terus meningkat. Akan tetapi minimnya stok bahan hand sanitizer (alkohol dan bahan kimia lain) dan efek samping penggunaan alkohol pada kulit menyebabkan peneliti mencari ide untuk membuat inovasi produk hand sanitizer atau cairan pencuci tangan sendiri yang dibuat dari bahan alami dan ramah lingkungan sebagai sebuah solusi. Bandotan, daun nangka, dan lidah buaya merupakan tanaman yang sering dijumpai masyarakat dan berpotensi dijadikan hand sanitizer karena mempunyai senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, polifenol, minyak atsiri, tannin, glikosida, mineral dan senyawa aktif lain yang bersifat antiseptik dan antibakteri. MANTAP sanitizer merupakan inovasi produk handsanitizer yang mengkombinasikan senyawa aktif dari tiga daun: daun bandotan, daun nangka, dan lidah buaya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) proses pembuatan MANTAP sanitizer, 2) uji organoleptik MANTAP sanitizer, 3) uji aktivitas antibakteri pada MANTAP sanitizer, 5) uji responden MANTAP sanitizer, dan 4) analisis ekonomi MANTAP sanitizer. Luaran/ outcome dari penelitian ini adalah produk hand sanitizer yang aman bagi kulit.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 sampai dengan Januari 2021 di Laboratorium MAN 3 Cilacap dan Laboratorium Dosen Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun bandotan, daun nangka dan lidah buaya setelah diformulasikan ke dalam sediaan gel hand sanitizer. Langkah penelitiannya adalah: 1) pembuatan ekstrak daun bandotan, 2) pembuatan ekstrak daun nangka, 3) pembuatan ekstrak lidah buaya, 4) pembuatan gel hand sanitizer, dan 5) evaluasi organoleptik sediaan gel hand sanitizer, dan 6) uji antibakteri gel hand sanitizer ekstra daun bandotan, daun nangka, dan lidah buaya, 7) uji responden handsanitizer.
Metode yang digunakan observasi, eksperimen, wawancara, dan studi literatur. Observasi yang dilakukan meliputi observasi terhadap kulit setelah menggunakan three leaves handsanitizer dan aktivitas antibakterinya. Eksperimen yang dilakukan meliputi pembuatan formula, pengujian untuk mengetahui efektivitas penggunaanya terhadap kulit. Studi literatur dilakukan dengan mendata berbagai penelitian mengenai produk handsanitizer yang telah ada sebelumnya baik jurnal-jurnal ilmiah maupun hasil penelitian melalui internet.
Data primer diperoleh dengan pembuatan secara langsung MANTAP handsanitizer, uji organoleptik, uji antibakteri, dan uji responden masyarakat. Data sekunder diperoleh melalui pendataan-pendataan data yang resmi yaitu hasil laporan penelitian, jurnal, artikel dan pustaka lain yang mendukung yang diperoleh dari internet. Teknik analisis data pada penelitian ini melakukan pengamatan langsung di lapangan dan analisis data wawancara secara kuantitatif dan kualitatif.
Cara pembuatan MANTAP sanitizer sangat mudah dan sederhana sehingga dapat ditiru oleh masyarakat. Hand sanitizer 40 ml dibuat dengan cara: mencampurkan carbomer 940 1 gram dengan aquades 50 ml yang sudah dipanaskan. Carbomer 940 yang sudah ditaburkan diaduk cepat di dalam gelas beker sampai terbentuk masa gel dan ditambahkan TEA sebanyak 0,06 ml. Metil paraben ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dilarut dalam aquades sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam gelas beker, diaduk sampai homogen. Lalu, tambahkan gliserin 5 ml dan diaduk sampai homogen. Ekstrak daun bandotan, daun nangka dan lidah buaya ditimbang masing-masing sebanyak 5 gram dan dilarutkan ke dalam aquades sebanyak 50 ml dan diaduk sampai larut, ambil masing-masing 5 ml, selanjutnya ditambahkan ke massa gel yang sudah terbentuk. Setelah itu, tambahkan 10 ml etanol 96% dan diaduk sampai homogen. Cara memakai MANTAP sanitizer yaitu tuangkan sedikit gel handsanitizer ke tangan dan oleskan pada kulit hingga merata.
Hasil uji responden menunjukkan responden suka terhadap aroma, tekstur, warna, dan overall (keseluruhan) MANTAP sanitizer. Prospek bisnis keuntungan yang didapat dengan harga hand sanitizer ukuran 20 ml Rp 5.000,00 jika setiap hari memproduksi 2 liter adalah Rp 1.128.750 per bulan.
Pandemi virus corona belum berakhir dan masih mengintai setiap waktu. Dalam kondisi pandemi masih berlangsung, masyarakat harus ‘hidup berdampingan’ dengan virus corona sambil melakukan aktivitas sehari-hari dengan adaptasi baru. Salah satu caranya dengan mematuhi dan melakukan protokol kesehatan seperti yang dianjurkan oleh pemerintah. Hand sanitizer atau cairan pembersih tangan kini jadi salah satu barang yang tak boleh absen dibawa di tas sejak wabah virus corona karena lebih praktis dibawa dan digunakan. Banyak orang menggunakan hand sanitizer tanpa mengetahui efek sampingnya. Hand sanitizer merupakan gel atau cairan yang mengandung alkohol untuk membunuh kuman yang menempel di kulit. Alkohol bekerja segera dan efektif untuk membunuh bakteri dan virus. Namun alkohol bisa sangat mengeringkan kulit jika tidak ditambah emolien yang dibutuhkan, makanya sehingga sebagian besar merek hand sanitizer yang teruji aman mengandung pelembap untuk meminimalisir kekeringan dan iritasi pada kulit. Selain itu, alkohol juga mampu menghilangkan minyak dan air alami dari kulit sehingga menyebabkan kulit menjadi sangat kering dan rusak. Akhirnya, dalam kondisi kering seperti itu, kulit akan menjadi sarang bakteri, dan meningkatkan resiko bagi virus untuk memasuki tubuh melalui luka di kulit. Oleh karena itu, perlu alternatif hand sanitizer dengan menggunakan bahan lain yang tidak menimbulkan masalah pada kulit.
Di tengah kondisi new normal yang masih berlangsung, permintaan konsumen akan hand sanitizer terus meningkat. Akan tetapi minimnya stok bahan hand sanitizer (alkohol dan bahan kimia lain) dan efek samping penggunaan alkohol pada kulit menyebabkan peneliti mencari ide untuk membuat inovasi produk hand sanitizer yang dibuat dari bahan alami, bersifat antibakteri, dan aman bagi kulit sebagai sebuah solusi. Disisi lain, bandotan, daun nangka, dan lidah buaya masih jarang dimanfaatkan masyarakat untuk membuat handsanitizer. Padahal ketiga tumbuhan tersebut banyak dijumpai dan dapat tumbuh subur di daerah Cilacap. Hal ini disebabkan mayarakat belum mengetahui kandungan antibakteri pada ketiga tanaman tersebut dan cara memanfaatkannya.
Bandotan adalah tanaman gulma yang memiliki nama ilmiah Ageratum conyzoides. Tanaman ini memiliki banyak penyebutan lain babadotan dan wedusan di Indonesia; billygoat-weed, white weed, atau goatweed dalam bahasa Inggris; atau agerato di Brazil. Bandotan sering dianggap menjadi tanaman pengganggu di perkebunan atau pekarangan rumah serta memiliki bau yang khas dari daun yaitu bau seperti kambing jantan. Ini yang mengakibatkan tanaman ini memiliki panggilan ‘tanaman kambing'.
Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), tanaman bandotan memiliki kandungan senyawa yang dapat digunakan sebagai anti bakteri, terutama bagian daun dan bunga yang mengandung senyawa saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Senyawa fenol secara umum telah dikenal sebagai desinfektan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme patogen (Mutschler, 1991). Senyawa polifenol telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri (Rahman, 1997). Di samping itu, daunnya juga mengandung minyak atsiri dan terdapat pula kumarin (Heyne, 1987).
Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak air dari daun nangka memiliki banyak manfaat kesehatan terutama antibakteri, antijamur, anti radang sendi, penyembuhan luka, antikarsinogenik, dan antidiabetes. Senyawa aktif yang terkandung pada daun nangka (Artocarpus heterophyllus L) adalah saponin, flavonoid, dan tannin. Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan pada daun nangka terdapat kandungan tanin sebesar 3,08%, flavonoid sebesar 0,92%, dan saponin sebesar 1,36%.
Lidah buaya (Aloe vera) adalah spesies tumbuhan dengan daun berdaging tebal dari genus Aloe. Tanaman lidah buaya banyak dibudidayakan untuk pertanian, pengobatan, dan tanaman hias, dan dapat juga ditanam di dalam pot. Selain itu, lidah buaya banyak ditemukan dalam produk seperti minuman, olesan untuk kulit, kosmetika, atau obat luar untuk luka bakar. Penelitian menunjukkan lidah buaya (Aloe vera) memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, serta tanin yang bersifat antiseptik.
Berdasarkan fakta di lapangan dan kajian mengenai kandungan zat aktif pada daun bandotan, daun nangka, dan lidah buaya, maka muncul ide kreatif untuk memanfaatkan ketiga daun tersebut sebagai bahan alami untuk membuat handsanitizer yang mengandung antibakteri.
Nama | : | Salman Alfauzi Asngari |
Alamat | : | Jalan Sadewa Rt. 06/02, Dsn. Sigong, Desa Pucung Lor, Kec. Kroya, Kab. Cilacap |
No. Telepon | : | 085700780554 |