JAFESTA (Jajanan Fermentasi Nusantara) : Inovasi Edukasi Bioteknologi Konvensional Berbasis Budaya Lokal Menuju Mikroindustri Fermentasi Sekolah

Indonesia memiliki kekayaan jajanan tradisional hasil fermentasi, seperti tempe, tape, dan asinan, yang tidak hanya berperan dalam ketahanan pangan tetapi juga mencerminkan kearifan lokal. Namun pemanfaatan pangan fermentasi sebagai sarana pembelajaran IPA masih terbatas, padahal proses bioteknologinya sangat relevan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Permasalahan yang muncul adalah rendahnya pemahaman peserta didik terhadap konsep bioteknologi konvensional, serta kurangnya inovasi dalam mengaitkan produk fermentasi dengan nilai budaya dan peluang industri rumah tangga. Akibatnya, pembelajaran IPA cenderung terasa jauh, tidak kontekstual, dan kurang bermakna di mata siswa.

Sebagai solusi, dikembangkanlah JAFESTA (Jajanan Fermentasi Nusantara), sebuah inovasi pembelajaran berbasis proyek yang sejalan dengan prinsip deep learning. Melalui kegiatan ini, siswa diajak menciptakan produk fermentasi lokal, menamai produk sesuai mikroorganisme yang berperan, merancang kemasan berciri budaya, hingga menyusun strategi branding dan pemasaran sederhana. Pendekatan ini memadukan sains, budaya, dan kewirausahaan dalam suasana belajar yang aktif, kolaboratif, dan menyenangkan.

Hasilnya, JAFESTA meningkatkan pemahaman siswa dalam materi bioteknologi, menumbuhkan keterampilan mikrobiologi industri, dan memupuk jiwa wirausaha berbasis budaya lokal. Penamaan produk menjadi sarana mengenalkan mikroorganisme secara kreatif, sekaligus membangun kesadaran bahwa sains adalah bagian dari budaya. Kegiatan ini juga mendekatkan IPA dengan konteks lokal, mendorong kolaborasi, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan kuliner Nusantara sebagai wujud nyata pembelajaran mendalam yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

Fermentasi merupakan bagian penting dari teknologi pangan tradisional Indonesia. Selain mencerminkan kearifan lokal, produk fermentasi seperti tempe, tape, dan peuyeum juga memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan serta ekonomi masyarakat. Sayangnya, pemahaman pelajar terhadap peran mikroorganisme dalam proses fermentasi masih terbatas. Di sisi lain, eksistensi jajanan fermentasi tradisional mulai tergeser oleh makanan modern, yang cenderung kurang bernutrisi dan mengandalkan bahan pengawet.

Dalam praktik pembelajaran IPA di sekolah, bioteknologi konvensional umumnya hanya diajarkan melalui praktikum sederhana seperti pembuatan yoghurt atau tape. Namun, kegiatan tersebut seringkali tidak dikaitkan dengan konteks budaya lokal maupun peluang ekonomi berbasis mikroindustri. Hal ini membuat siswa kurang melihat keterkaitan antara sains yang mereka pelajari dengan realitas sosial dan budaya di sekitarnya (Darmasetiawan, 2021; Nuryanti, 2020; Fitriani, 2022). Pembelajaran pun cenderung bersifat dangkal, belum mendorong pemahaman mendalam, pemecahan masalah nyata, dan kolaborasi lintas bidang (Martono, 2019).

Sebagai respon atas kebutuhan tersebut, dikembangkanlah program JAFESTA (Jajanan Fermentasi Nusantara), sebuah inovasi pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan sains, budaya, dan kewirausahaan. Dalam kegiatan ini, siswa diajak menciptakan produk fermentasi tradisional dengan resep kreatif, mendesain kemasan bernuansa lokal, dan memberi nama produk berdasarkan mikroorganisme yang berperan. JAFESTA dirancang untuk menjembatani teori dan praktik, serta menghubungkan mata pelajaran IPA dengan ekonomi, seni budaya, dan literasi komunikasi.

Program ini merupakan pengembangan dari praktik bioteknologi yang sudah ada, namun disempurnakan melalui pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) yang mendorong siswa untuk memahami, mengaplikasikan, dan merefleksikan ilmu secara bermakna (Fullan & Langworthy, 2014). Dengan pendekatan tersebut, JAFESTA menjadi model pembelajaran yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga relevan dengan kebutuhan zaman, menggugah kreativitas, dan membangun kesadaran siswa akan pentingnya menjaga budaya pangan lokal.


???? Referensi:

  • Darmasetiawan, I. G. (2021). Penerapan Bioteknologi Konvensional dalam Pembelajaran IPA SMP. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 9(2), 110–118.
  • Nuryanti, L. (2020). Analisis Kegiatan Praktikum Bioteknologi dalam Kurikulum SMP. Jurnal Ilmiah Pendidikan IPA, 5(1), 56–63.
  • Fitriani, R. (2022). Integrasi Kewirausahaan dalam Pembelajaran IPA Berbasis Bioteknologi. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 4(3), 145–152.
  • Martono, T. (2019). Pembelajaran Mendalam: Membangun Kompetensi Abad 21 di Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A Rich Seam: How New Pedagogies Find Deep Learning. Pearson Education.

JAFESTA merupakan inovasi pembelajaran yang menawarkan pembaruan dalam pendekatan, proses, dan dampaknya. Dibandingkan dengan praktik bioteknologi konvensional di sekolah yang umumnya hanya berfokus pada pembuatan produk tanpa konteks budaya atau ekonomi, JAFESTA mengembangkan konsep pembelajaran menjadi lebih menyeluruh dan bermakna. Adapun keunggulan dari inovasi ini adalah sebagai berikut:

  1. Menggunakan pendekatan Project-Based Learning (PBL) yang interaktif dan aplikatif, di mana siswa menjadi pelaku aktif dalam proses pembelajaran.
  2. Menggabungkan ilmu sains (IPA) dengan budaya lokal dan ekonomi mikro, sehingga pembelajaran bersifat interdisipliner dan kontekstual.
  3. Menghasilkan produk fermentasi yang inovatif dan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi usaha kecil atau mikroindustri sekolah.
  4. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam riset sederhana, inovasi produk, hingga proses branding dan pemasaran, menjadikan pembelajaran terasa nyata.
  5. Memperkenalkan konsep penamaan produk berdasarkan mikroorganisme sebagai strategi edukasi mikrobiologi yang kreatif sekaligus media literasi sains untuk masyarakat.
  6. Mengintegrasikan konsep mikrobiologi industri sejak jenjang pendidikan dasar sebagai upaya mengenalkan potensi ilmu sains dalam kehidupan dan dunia kerja.
  7. Sejalan dengan prinsip pembelajaran mendalam (deep learning), JAFESTA mendorong siswa untuk memahami konsep secara utuh (understanding), menerapkannya dalam situasi nyata (applying), serta merefleksikan pengalaman mereka secara kritis dan kolaboratif (reflecting), sehingga pembelajaran menjadi bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan.

Nama : Nurma Kartikasari, S.Pd
Alamat : Jl. Kendali Sodo, Ngukiran, Jomboran, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
No. Telepon : 089519672038