PuyuhTech: Kandang Puyuh Otomatis Terintegrasi dengan Teknologi IOT

Bahwa prevalensi stunting anak balita di Indonesia masih berada di angka 19,8%, angka yang jauh dari target penurunan yaitu 14%. Salah satu intervensi dalam penanganan stunting adalah dari sektor pangan, khususnya dalam penyediaan sumber protein hewani yang terjangka dan mudah diakses oleh masyarakat. Dibutuhkan diversifikasi pangan sebagai strategi penting termasuk peningkatan konsumsi telur. Burung puyuh merupakan alternatif unggas produktif yang memiliki siklus produksi telur, kandungan gizi tinggi serta dapat dibudidayakan di lahan sempit. Namun mayoritas peternak puyuh masih menggunakan sistem pemeliharaan tradisional yang tidak efisien, kurang hygenis dan belum terpantau secara real time sehingga produksi tidak optimal.

Inovasi PUYUH TECH berupa sistem otomatisasi kandang puyuh berbasis teknologi Internet of Things (IoT) menggunakan mikrokontroler ESP32. Inovasi dimaksud  memiliki  sistem otomatisasi yang memantau suhu, kelembaban, ketersediaan air minum, penjadwalan pakan, dan kebersihan kandang secara real-time. Sistem ini terdiri dari sensor suhu (DHT11), kipas, lampu, penjadwalan pakan dengan RTC, pemantauan air minum, serta pembersih kotoran otomatis menggunakan conveyor belt. Inovasi PUYUH TECH menggunakan komponen yang mudah didapatkan, bisa diakses dan dikontrol dari jarak jauh melalui dash board berbasis React.

Berbeda dari sistem tradisonal, inovasi PUYUH TECH meminimalisir kebutuhan pemantauan dan operasional, dengan menggunakan esp32 dan Firebase menjadikan sistem ini lebih murah dan praktis dibandingkan sistem smart farming skala besar.

 

Visi Indonesia Emas 2045 menempatkan pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pilar utama dalam mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Pada tahun 2045, Indonesia menargetkan menjadi negara berpendapatan tinggi dengan sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif di tingkat global. Namun, cita-cita besar ini dapat terhambat oleh permasalahan fundamental yang masih menghantui, salah satunya adalah persoalan gizi masyarakat, khususnya pada anak-anak.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 yang dirilis oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, prevalensi stunting pada anak balita di Indonesia masih berada di angka 19,8%, sedangkan target nasional adalah menurunkan angka tersebut menjadi 14% pada tahun 2024. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan masalah gizi kronis masih memerlukan perhatian serius. Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga memengaruhi perkembangan otak yang berakibat pada rendahnya kemampuan belajar dan produktivitas di masa depan. Jika tidak diatasi, hal ini akan menjadi ancaman bagi kualitas generasi penerus bangsa.

Dalam konteks pemenuhan gizi, konsumsi protein hewani memegang peran penting. Namun, data konsumsi protein hewani di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan standar kecukupan gizi dan negara-negara berkembang lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh adalah penganekaragaman (diversifikasi) pangan, termasuk dengan mendorong konsumsi telur sebagai sumber protein hewani yang kaya zat gizi esensial, terjangkau, dan mudah diakses masyarakat.

Burung puyuh menjadi salah satu alternatif unggas yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dibandingkan ayam, puyuh memiliki siklus produksi telur yang lebih singkat, memerlukan lahan yang relatif sempit, serta nilai kandungan gizinya juga sangat baik. Telur puyuh kaya akan protein, vitamin A, B kompleks, zat besi, dan berbagai mikronutrien penting lainnya yang mendukung tumbuh kembang anak. Namun demikian, realita di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar peternak puyuh di Indonesia masih mengandalkan sistem pemeliharaan tradisional yang cenderung tidak efisien, kurang higienis, serta belum terintegrasi dengan teknologi pemantauan yang memadai. Akibatnya, produktivitas dan kualitas produksi seringkali tidak optimal.

Kemajuan teknologi, khususnya di bidang Internet of Things (IoT), menawarkan solusi inovatif yang dapat merevolusi praktik peternakan, termasuk peternakan skala kecil dan menengah. Dengan penerapan IoT, berbagai proses penting seperti pemberian pakan, pemantauan suhu dan kelembapan kandang, hingga pengendalian kebersihan dapat diotomatisasi dan dipantau secara real time. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi dan kesejahteraan ternak, tetapi juga meminimalkan risiko penyakit yang dapat menurunkan hasil produksi.

Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini merancang kandang puyuh otomatis berbasis ESP32 yang terintegrasi dengan IoT, dilengkapi berbagai sensor dan aktuator untuk memantau serta mengendalikan kondisi kandang secara otomatis. Sistem ini diharapkan dapat menjadi prototipe inovasi teknologi tepat guna yang mampu meningkatkan produktivitas telur puyuh, menjaga kualitas sanitasi kandang, serta memastikan kenyamanan ternak, sehingga mendukung ketersediaan sumber protein hewani yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi dalam pengembangan inovasi teknologi peternakan, tetapi juga memiliki relevansi strategis dalam membantu pencapaian target pembangunan nasional, terutama dalam upaya menurunkan angka stunting, memperkuat ketahanan pangan, serta mempersiapkan sumber daya manusia yang sehat, produktif, dan kompetitif menuju Indonesia Emas 2045.

  1. Menggunakan teknologi IoT terkini (ESP32) yang memungkinkan Sistem terintegrasi penuh (pengaturan suhu, kelembaban, pemberian pakan, air minum, dan kebersihan kandang) dalam satu prototipe otomatis dan real-time sehingga meningkatkan responsifitas sistem dibandingkan metode manual.
  2. Biaya rendah dan menggunakan komponen yang mudah didapatkan.
  3. Bisa diakses dan dikontrol dari jarak jauh melalui dashboard web berbasis React.

Nama : Sahadi, S.Pd
Alamat : Ngasem RT 002 RW 001 Kemasan, Polokarto, Sukoharjo
No. Telepon : 081329528167