Santosa Agro merupakan sebuah inovasi pertanian yang tumbuh dari mendesaknya kebutuhan akan peningkatan produktivitas, ekosistem ekosistem, dan regenerasi petani di kawasan dataran tinggi Dieng, Banjarnegara. Melalui pendekatan berbasis bioteknologi sederhana, Santosa Agro mengembangkan penggunaan mikroba hayati lokal dari hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti urin kambing, dedaunan, dan molase. Mikroba ini diaplikasikan sebagai pupuk hayati sekaligus pengontrol penyakit tanaman, dengan tujuan utama meningkatkan hasil panen, memperbaiki kualitas tanah, dan menekan serangan penyakit seperti virus Gemini yang sering merugikan petani hortikultura di wilayah tersebut.
Inovasi ini tidak hanya terbukti secara teknis, namun juga dirancang untuk dapat diterapkan secara mandiri dan berkelanjutan oleh petani lokal. Melalui pengadaan alat-alat sederhana seperti drum fermentasi, alat pencacah bahan organik, dan tangki semprot, proses produksi pupuk hayati dapat dilakukan secara rutin tanpa bergantung pada bahan impor atau pabrik besar. Bahkan setelah alat tersedia, produksi dapat terus berjalan, dan hasilnya dapat didistribusikan secara gratis kepada petani sekitar sebagai bentuk pemberdayaan dan solidaritas desa.
Lebih dari itu, Santosa Agro menginisiasi pembangunan Kawasan Pertanian Terpadu sebagai pusat pelatihan, pembelajaran, dan inkubasi inovasi bagi petani muda. Kawasan ini tidak hanya memfasilitasi proses produksi, tetapi juga menjadi ruang kolaboratif untuk berbagi pengetahuan, membahas teknologi baru, dan menumbuhkan kepemimpinan pemuda di sektor pertanian.
Dengan memadukan teknologi lokal, semangat gotong royong, dan model pertanian yang berorientasi masa depan, Santosa Agro menunjukkan bahwa inovasi pertanian tidak harus mahal, tetapi harus relevan, mengukur dampaknya, dan mampu menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Inilah kontribusi nyata dari desa untuk menjawab tantangan pertanian nasional dan membangun keberlanjutan pangan berbasis komunitas.
Dieng, sebuah kawasan dataran tinggi vulkanik di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dikenal sebagai wilayah penghasil hortikultura utama, seperti kentang, kubis, wortel, cabai, dan bawang daun. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang sejuk memberikan potensi besar untuk intensifikasi pertanian. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, sistem pertanian di wilayah ini mulai menghadapi tantangan serius yang berdampak pada produktivitas, lingkungan, dan hasrat sosial ekonomi petani.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dan terus menerus. Penggunaan input kimia sintetis yang tidak terkendali menyebabkan tanah menjadi keras, miskin mikroorganisme, dan rentan terhadap erosi serta kekeringan. Di sisi lain, ketergantungan petani terhadap produk-produk kimia meningkatkan biaya produksi, namun tidak menjamin peningkatan hasil panen secara signifikan. Dalam beberapa musim terakhir, produktivitas tanaman justru menurun, sementara serangan penyakit seperti virus Gemini semakin meluas dan sulit dikendalikan.
Masalah berikutnya adalah minimnya penerapan teknologi berbasis kearifan lokal yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Petani cenderung hanya mengikuti pola konvensional yang sudah diwariskan secara turun-temurun, tanpa didukung inovasi baru yang sesuai dengan tantangan zaman. Ditambah lagi, rendahnya keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian memperparah isu regenerasi petani. Banyak anak muda yang memilih meninggalkan desa karena menganggap pertanian sebagai profesi yang tidak menjanjikan secara ekonomi dan status sosial.
Dalam situasi ini, perlu adanya pendekatan baru yang menyentuh tiga aspek sekaligus: teknis budidaya, sosial ekonomi, dan edukasi regeneratif. Santosa Agro, sebagai inisiatif lokal dari petani muda di Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, hadir untuk menjawab tantangan tersebut. Melalui pemanfaatan teknologi mikroba hayati berbasis fermentasi bahan-bahan organik seperti urin kambing, daun-daunan lokal, dan molase, Santosa Agro berhasil menciptakan pupuk hayati cair dan padat yang dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan produktivitas tanaman, dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk serta bahan kimia berbahaya.
Inovasi ini juga dibarengi dengan pembentukan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang terukur, sehingga teknologi ini tidak bersifat insidental, melainkan bisa direplikasi, diajarkan, dan disebarluaskan. Salah satu kekuatan Santosa Agro adalah pendekatannya yang inklusif: setelah alat-alat produksi tersedia, kegiatan produksi pupuk hayati dapat berlanjut secara mandiri dan hasilnya bahkan bisa diberikan secara gratis kepada warga sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi tidak hanya berbasis bisnis, namun juga memiliki nilai-nilai sosial yang kuat dalam membangun solidaritas dan pemberdayaan masyarakat.
Lebih jauh lagi, Santosa Agro mengembangkan Kawasan Pertanian Terpadu sebagai pusat pelatihan, pembelajaran, dan praktik langsung untuk petani muda. Kawasan ini menjadi wadah transformasi pertanian lokal menjadi sistem yang lebih modern, mandiri, dan berkelanjutan. Harapannya, pendekatan ini dapat menjadi model bagi wilayah lain yang mengalami masalah serupa, dan sekaligus menjadi jawaban nyata terhadap ancaman krisis iklim, krisis pangan, dan krisis regenerasi petani di masa depan.
Dengan kata lain, latar belakang inovasi Santosa Agro tidak hanya bertumpu pada keinginan meningkatkan hasil panen, tetapi juga mendorong perubahan paradigma pertanian secara menyeluruh: dari ketergantungan menuju kemandirian, dari eksklusif menuju kolaboratif, dan dari orientasi produksi menuju pertanian yang holistik dan berkelanjutan.
Keunggulan Inovasi (Ringkasan)
1. Ramah Lingkungan – Menggunakan bakteri hayati dan bahan alami yang tidak merusak tanah maupun udara.
2. Biaya Rendah, Hasil Tinggi – Menekan biaya produksi dengan hasil panen yang meningkat secara signifikan.
3. Mudah Diterapkan – Teknologi berbasis lokal seperti fermentasi urin kambing bisa dibuat dan digunakan oleh petani sendiri.
4. Mencegah Penyakit Tanaman –Membantu mencegah virus Gemini dan penyakit lain secara alami tanpa pestisida kimia.
5. Mendorong Kemandirian Petani – Mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida pabrikan.
6. Terintegrasi dengan Edukasi – Diterapkan dalam kawasan pertanian terpadu sebagai sarana belajar petani
Nama | : | Teguh fajar santosa |
Alamat | : | Desa ratamba kec. Penawaran kab. Banjarnegara |
No. Telepon | : | 082313060277 |