Tumpukan sampah merupakan masalah besar. Masalah sampah tidak asing lagi bagi masyarakat. Jutaan ton sampah dihasilkan Indonesia sendiri setiap tahun. Kemarin, tim kami pergi ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Salatiga. Kami melihat lalat yang banyak, mencium bau busuk, dan melihat gunung gunung sampah yang hanya dihasilkan oleh orang lokal saja. Karena isu ini, sudah dilakukan banyak upaya untuk mengelola sampah agar bisa mengurangi tumpukannya. 

‎Pada waktu yang kami berada di TPA, kami mengamati dan mempelajari lebih lanjut mengenai sampah. Kami melakukan wawancara dengan petugas di sana, dan mereka menjelaskan bahwa sudah dilakukan usaha untuk pengelolaan sampah di sana. Limbah organik dari pasar dibawa ke sana dan diolah menjadi pupuk. Pupuk ini bisa digunakan kembali untuk pertanian. Dia juga menjelaskan bahwa sebenarnya, banyak jenis sampah plastik dapat didaur ulang dan diproses untuk menghasilkan plastik lagi. Namun, ada berberapa jenis limbah yang mereka tidak dapat memproses. Salah satunya adalah polystyrene, khususnya styrofoam. Bahan styrofoam belum dapat dikelola, sehingga mereka hanya bisa membuangnya. Bahan styrofoam ini akhirnya bocor ke alam, sehingga mencemari dan menjadi bahaya bagi lingkungan. Styrofoam adalah salah satu kontributor paling besar terhadap pencemaran mikroplastik. Karena tidak dapat dikelola, styrofoam ini akhirnya pecah menjadi kecil sampai ukuran mikro. Sering kali, binatang liar tidak sengaja memakan mikroplastik ini karena ukuran kecil. Mikroplastik ini bisa menyebabkan malnutrisi, menyumbat sistem pencernaan dan bisa menyebabkan keracunan, karena mikroplastik gampang mengabsorbsi bahan racun. 

‎Bahaya ini tidak hanya mempengaruhi ekosistem dan alam, namun juga bisa sampai ke kita. Mikroplastik ditemukan dalam air minum, hewan laut, bahkan udara. Apabila kami mengonsumsi mikroplastik, organ dan jaringan tubuh kita juga bisa rusak. 

Selain itu ada juga limbah organik keras seperti, tempurung kelapa, dan batang kayu yang sulit untuk terurai. Walau tidak berbahaya bagi lingkungan volume yang tidak terkendali dari limbah ini dapat memicu bencana alam seperti banjir, perubahan iklim, dan lain-lain. Apabila limbah organik tidak diolah dengan benar, limbah dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air dan udara, serta menimbulkan bau tak sedap dan menjadi sarang penyakit.

‎Karena banyaknya dampak buruk yang disebabkan oleh limbah styrofoam dan limbah organik keras kami ingin mencari solusi agar styrofoam dan limbah organik bisa diproses dan digunakan ulang. 

Produk kami adalah produk yang berkelanjutan, yaitu produk kami bisa dipakai secara jangka panjang karena produk kami bisa dilelehkan seperti lilin dan mengeras kembali saat didiamkan. Sebab itu produk kami bisa dipakai berulang kali oleh pemula yang sedang mengasah kemampuan mengukirnya, tanpa membuang ukiran yang sudah rusak dan tidak bisa di daur ulang.