Eco Sabekel (Solusi Organik untuk Masyarakat yang Lebih Baik)

Masalah limbah organik dalam kehidupan masyarakat menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan, seperti bau tidak sedap akibat pembusukan, pencemaran, serta peningkatan emisi gas rumah kaca. Selain itu, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan mempercepat penurunan kesuburan tanah dan merusak ekosistem mikroba di dalamnya. Di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, yang dikenal sebagai daerah pertanian subur, masih banyak hasil panen yang tidak laku terjual sehingga dibuang sia-sia. Di sisi lain, sabut kelapa dari pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah ini juga belum dimanfaatkan secara maksimal, meskipun memiliki potensi tinggi sebagai bahan pertanian.

Berangkat dari permasalahan tersebut, muncullah inovasi “Eco Sabekel” sebagai solusi dalam bidang pertanian organik. Eco Sabekel merupakan pupuk organik hasil kombinasi antara ecoenzim—yang berasal dari fermentasi limbah dapur organik seperti sisa sayuran dan buah dan sabut kelapa yang telah diolah menjadi cocopeat. Sabut kelapa memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap air dan menyimpan nutrisi, sehingga sangat mendukung pertumbuhan tanaman.

Inovasi ini bertujuan untuk mengurangi limbah organik, mengatasi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, serta meningkatkan kualitas dan hasil pertanian secara berkelanjutan. Dengan bahan baku yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan proses pembuatan yang sederhana, Eco Sabekel tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi memberdayakan masyarakat lokal. Inovasi ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam mendukung praktik pertanian yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani di lingkungan Sawangan khususnya adalah harga jual hasil panen yang terkadang tidak sesuai dengan ekspektasi. Terkadang hasil panen hanya laku murah, bahkan tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan. Hal ini menyebabkan petani enggan untuk memanen hasil panennya, bahkan tak jarang hasil panen dibuang begitu saja. Padahal, sayuran ini masih mengandung nutrisi yang dapat dimanfaatkan. Pemborosan pangan ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga menyia-nyiakan sumber daya alam yang digunakan dalam produksi sayuran tersebut, seperti air, tanah, dan tenaga kerja. Penanganan yang tidak tepat terhadap limbah ini dapat menyebabkan masalah lingkungan, seperti penumpukan di tempat pembuangan sampah yang dapat mengeluarkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim. Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dalam pertanian modern juga menyebabkan penurunan kualitas tanah. Tanah menjadi kurang subur dan kehilangan kemampuannya untuk menyimpan nutrisi dan air. Ini berdampak negatif pada produktivitas tanaman dan kesehatan ekosistem.

Selain limbah sayuran, di daerah Sawangan juga terdapat banyak sekali tanaman kelapa. Sementara bagian sabut kelapa masih belum begitu dimanfaatkan secara maksimal. Walaupun ada yang memanfaatkannya menjadi barang baru yang lebih bernilai guna, namun hanya dilakukan oleh segelintir orang saja. Sabut kelapa ini juga sering dimanfaatkan sebagai bahan bakar di tungku. Pembakaran ini dapat menghasilkan asap yang mengandung partikel halus, karbon monoksida dan berbagai senyawa organik volatil yang dapat mencemari udara, menyebabkan masalah pernafasan dan penyakit kardiovaskular.

Dari permasalahan tersebut, kami tertarik untuk mengkombinasikan antara limbah sayuran yang tidak laku di pasaran dengan sabut kelapa yang belum dimanfaatkan secara maksimal menjadi sebuah produk inovasi yang disebut “ Eco Sabekel”. Eco Sabekel merupakan inovasi terbaru dalam dunia pertanian organik. Terbuat dari bahan alami yaitu ecoenzim dan sabut kelapa. Ecoenzim dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa sayuran dan buah- buahan. Sedangkan sabut kelapa merupakan bahan organik yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap air dan menyimpan nutrisi. Inovasi ini kami buat sebagai sebuah pilihan yang baik bagi pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan, meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman serta dapat mengurangi adanya limbah organik.

Menurut Sudradjad (2009), limbah organik merupakan sisa bahan yang berasal dari makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan, yang dapat mengalami proses dekomposisi secara alami. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini akan menimbulkan masalah lingkungan seperti pencemaran udara (bau busuk), air, dan tanah. Hal ini senada dengan Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa limbah organik yang membusuk dapat menghasilkan gas metana yang berbahaya dan meningkatkan efek rumah kaca.

Menurut Sembiring (2010), penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak struktur tanah dan mengurangi kandungan bahan organik yang penting bagi kesuburan tanah. Hal ini juga diperkuat oleh Simanungkalit (2006) yang menjelaskan bahwa ketergantungan petani pada pupuk kimia menyebabkan penurunan produktivitas lahan dalam jangka panjang serta berdampak negatif pada mikroorganisme tanah. Kusumawati (2013) menjelaskan bahwa sabut kelapa mengandung lignin dan selulosa yang tinggi, menjadikannya material organik yang sangat baik sebagai media tanam dan bahan pembenah tanah. Selain itu, sabut kelapa dapat meningkatkan porositas tanah dan menahan kelembapan, yang penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Isroi (2011) juga menyebutkan bahwa sabut kelapa memiliki kemampuan menyerap air 6–8 kali dari berat keringnya, sehingga sangat cocok untuk pertanian di daerah tropis.

Menurut Dr. Rosukon Poompanvong (peneliti asal Thailand dan pelopor ecoenzym), ecoenzym adalah cairan hasil fermentasi limbah dapur organik (seperti kulit buah dan sayuran) yang mengandung enzim alami, alkohol, dan asam organik. Ecoenzym ini mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas mikroba, dan menjadi pupuk cair alami.

Penelitian oleh Lestari dan Sari (2018) menunjukkan bahwa penggunaan ecoenzym pada tanaman hortikultura meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap penyakit.

Konsep pertanian berkelanjutan, menurut FAO (Food and Agriculture Organization, 2014), menekankan pada pemanfaatan sumber daya lokal dan pengurangan input sintetis (seperti pupuk dan pestisida kimia) untuk menjaga produktivitas dan kelestarian lingkungan. Inovasi seperti Eco Sabekel, yang menggabungkan bahan alami dari limbah organik dan sabut kelapa, merupakan contoh penerapan prinsip pertanian berkelanjutan di tingkat lokal. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga berperan dalam pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan.

Permasalahan limbah organik menjadi tantangan serius dalam kehidupan masyarakat, terutama di sektor pertanian dan pengelolaan lingkungan. Limbah organik seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan limbah pertanian jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai dampak negatif. Sudradjad (2009) menyebutkan bahwa limbah organik yang tidak dikelola akan mengalami proses pembusukan dan menghasilkan gas beracun serta bau tidak sedap, yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Selain itu, menurut Sutrisno (2012), proses pembusukan tersebut juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca seperti metana (CH?), yang memperparah perubahan iklim. Dalam dunia pertanian, penggunaan pupuk kimia telah menjadi kebiasaan umum di kalangan petani untuk meningkatkan hasil panen. Namun, menurut Sembiring (2010), penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus menyebabkan degradasi tanah, hilangnya unsur hara alami, serta penurunan kesuburan tanah. Simanungkalit (2006) juga menambahkan bahwa efek jangka panjang dari pupuk kimia adalah penurunan kualitas tanah dan terganggunya keseimbangan mikroorganisme yang dibutuhkan dalam proses alami penyuburan tanah.

Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, merupakan daerah yang dikenal subur dan masyarakatnya mayoritas bekerja sebagai petani. Namun, masih ditemukan permasalahan terkait hasil pertanian yang tidak terjual sehingga terbuang sia-sia. Di sisi lain, daerah ini memiliki potensi besar dari limbah organik dan sabut kelapa yang sering kali belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut Kusumawati (2013), sabut kelapa merupakan limbah pertanian yang memiliki nilai tambah karena mengandung lignin dan selulosa, yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam atau pembenah tanah. Isroi (2011) menyatakan bahwa kemampuan sabut kelapa dalam menyerap air sangat tinggi, sehingga cocok digunakan dalam pertanian organik. Dalam menjawab tantangan ini, muncullah inovasi bernama Eco Sabekel, yakni perpaduan antara ecoenzim dan sabut kelapa. Ecoenzim sendiri adalah cairan hasil fermentasi limbah dapur organik seperti kulit buah dan sayuran, yang mengandung enzim dan senyawa aktif yang bermanfaat bagi tanaman (Poompanvong, dalam Lestari & Sari, 2018). Lestari dan Sari juga membuktikan bahwa ecoenzim mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman serta membantu menyuburkan tanah secara alami.

Inovasi Eco Sabekel sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan yang dicanangkan oleh FAO (2014), yakni praktik pertanian yang tidak hanya memaksimalkan hasil produksi, tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan dan efisiensi sumber daya alam. Penggunaan bahan-bahan alami dan pemanfaatan limbah organik dalam Eco Sabekel menunjukkan upaya konkret dalam mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan demikian, perlu dilakukan kajian dan penerapan lebih lanjut terhadap inovasi Eco Sabekel agar dapat diadopsi secara luas, terutama di daerah-daerah agraris seperti Sawangan, yang memiliki potensi besar namun masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah dan peningkatan hasil pertanian.

Penggunaan pupuk berbahan dasar ecoenzim dan sabut kelapa seperti Eco Sabekel merupakan solusi efektif untuk mengatasi masalah limbah organik dari sayuran yang tidak laku terjual dan sabut kelapa yang masih kurang baik pemanfaatannya. Pupuk organik ini terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat terurai, sehingga tidak mencemari tanah dan air. Adanya inovasi ini, memungkinkan para petani untuk perlahan meninggalkan pupuk kimia yang sering kali merusak lingkungan.

Nama : Novia Devi Yanuarista, S.Pd, M.Pd
Alamat : SDN Butuh 2, Butuh Wetan, Butuh, Sawangan, Magelang
No. Telepon : 088228909850