PITARA (Pirolisis Tabung Bertingkat Pengolah Sampah Plastik Jadi BBM Alternatif)

Indonesia menghadapi dua persoalan besar yang saling terkait: krisis sampah plastik dan keterbatasan akses energi murah, terutama di wilayah pedesaan. Produksi sampah plastik nasional mencapai lebih dari 7,8 juta ton/tahun, dengan tingkat daur ulang masih di bawah 10%. Sementara itu, harga BBM terus berfluktuasi akibat kondisi global seperti konflik Timur Tengah, sehingga semakin membebani sektor pertanian, nelayan, dan UMKM. Upaya penyediaan energi alternatif umumnya tidak menjangkau komunitas kecil karena biayanya tinggi, memerlukan listrik, atau teknologinya sulit dioperasikan.

PITARA (Pirolisis Tabung Bertingkat) hadir sebagai inovasi teknologi tepat guna untuk mengatasi kedua masalah tersebut secara bersamaan. Alat ini mampu mengolah 10 kg plastik per proses (durasi 3 jam) menjadi rata-rata 10 liter BBM cair (campuran solar, premium, minyak tanah, dan oli), tanpa membutuhkan listrik, cukup menggunakan kombinasi LPG 1,5 kg dan sekam/arangan 1 kg sebagai bahan bakar. Dengan kapasitas 2–3 proses/hari, PITARA menghasilkan hingga 30 liter BBM/hari, yang dapat langsung digunakan untuk mesin pertanian, genset, atau dijual sebagai sumber pendapatan baru.

PITARA telah diuji di lapangan dan mitra komunitas (pengrajin rotan, kelompok tani, bank sampah), dan terbukti ramah lingkungan dengan emisi gas buang rendah (catalytic converter) serta residu yang dimanfaatkan menjadi karbon aktif. Dengan biaya produksi alat hanya ±Rp5,5 juta, potensi laba Rp3–4,5 juta/bulan, dan ROI < 3 bulan, PITARA menjadi model usaha mikro yang mandiri, inklusif, dan siap direplikasi untuk mendukung program Desa Mandiri Energi, Zero Waste Community, dan ekonomi sirkular berbasis lokal.

Masalah sampah plastik di Indonesia telah memasuki fase krisis lingkungan yang nyata. Data nasional menunjukkan produksi lebih dari 7,8 juta ton sampah plastik per tahun, dengan tingkat daur ulang yang masih di bawah 10%. Di daerah, krisis ini semakin terasa: Kabupaten Sukoharjo mencatat volume sampah masuk ke TPA Mojorejo mencapai 150–200 ton per hari, dengan proyeksi penuh pada tahun 2026, hanya satu dekade sejak diresmikan. Ironisnya, dari 167 desa/kelurahan, hanya 13 wilayah memiliki TPS3R, itupun sebagian besar tidak berfungsi optimal. Akibatnya, sebagian besar sampah plastik langsung dibuang ke TPA, lahan kosong, atau sungai tanpa proses daur ulang, menimbulkan pencemaran tanah, air, dan udara.

Bersamaan dengan itu, masyarakat—terutama di sektor pertanian, nelayan, dan UMKM—menghadapi tantangan tingginya biaya energi. Harga BBM yang terus naik akibat dinamika global (misalnya konflik Timur Tengah) semakin membebani mereka. Sementara upaya penyediaan energi terbarukan seringkali tidak menjangkau komunitas akar rumput karena biayanya mahal, membutuhkan listrik, atau teknologinya sulit dioperasikan.

Sebagai solusinya, PITARA (Pirolisis Tabung Bertingkat) dikembangkan sebagai teknologi tepat guna yang mampu menjawab dua persoalan besar sekaligus: darurat sampah plastik dan akses energi murah. Dengan sistem pemanas ganda (LPG + sekam/arang), tanpa listrik, dan desain portabel, PITARA mampu mengolah 10 kg plastik menjadi 10 liter BBM cair dalam satu proses (3 jam), dan beroperasi 2–3 kali sehari. BBM yang dihasilkan siap digunakan untuk mesin genset, traktor, dan kebutuhan operasional lainnya. Residu padat diolah jadi karbon aktif atau briket, mendukung konsep zero waste.

Sejarah inovasi PITARA dimulai dari tahun 2023 saat tim mengembangkan prototipe berbasis teknologi pirolisis sederhana. Berbagai uji coba dilakukan untuk menyempurnakan desain, menambah sistem tabung bertingkat agar BBM yang dihasilkan langsung terpisah jenisnya (solar, premium, minyak tanah, oli), menambah catalytic converter untuk menekan emisi, hingga memastikan alat mudah digunakan komunitas tanpa teknisi khusus. Kini, PITARA telah diterapkan di pengrajin rotan, kelompok tani, dan bank sampah dengan hasil memuaskan, siap dikembangkan lebih luas sebagai model ekonomi sirkular berbasis komunitas.

Keunggulan Inovasi

1?? Empat Jenis BBM dalam Satu Proses Bertingkat
PITARA merupakan alat pirolisis lokal yang mampu memproduksi empat jenis BBM cair sekaligus (oli, solar, minyak tanah, dan premium) dalam satu proses, melalui desain tabung bertingkat yang memisahkan hasil destilasi berdasarkan titik didih alami plastik. Ini merupakan pembaruan signifikan dibanding alat pirolisis konvensional yang hanya menghasilkan satu jenis BBM.


2?? Hemat Energi dengan Sistem Pemanas Ganda
PITARA menggunakan kombinasi pemanas LPG (starter) dan sekam/arangan (utama), sehingga menghemat konsumsi gas hingga 60–70% dibanding pirolisis konvensional. Inovasi ini memungkinkan alat beroperasi tanpa listrik, sangat relevan untuk daerah terpencil atau tanpa akses PLN.


3?? Desain Modular dan Portabel
Berbeda dengan alat sejenis yang biasanya besar dan stasioner, PITARA didesain modular, ringan, dan dilengkapi roda, sehingga mudah dipindahkan dan digunakan secara bergilir di tingkat komunitas (misal antar kelompok RT, koperasi, bank sampah).


4?? Ramah Lingkungan – Zero Waste Processing
PITARA dilengkapi catalytic converter untuk menyaring emisi gas buang, sehingga lebih ramah lingkungan dibanding pirolisis umum. Residu padat hasil pirolisis tidak terbuang percuma, tetapi diolah kembali sebagai briket bahan bakar atau karbon aktif, mendukung konsep zero waste.


5?? Ekonomi Sirkular Berbasis Komunitas
Selain teknologinya, PITARA menjadi model inovasi sosial yang menghubungkan rumah tangga (penyedia sampah), bank sampah (pengumpul), operator (pengolah), dan pengguna BBM (UMKM/tani/nelayan) dalam satu siklus ekonomi lokal yang memperkuat kemandirian.


6?? Cepat Balik Modal & Layak Usaha
Dengan biaya produksi alat hanya ±Rp5,5 juta/unit, potensi laba Rp3–4,5 juta/bulan, dan ROI <3 bulan, PITARA menawarkan skema usaha mikro yang lebih cepat balik modal dibanding alat pirolisis lainnya.

Nama : Wahyu Wijaya Widiyanto
Alamat : Griya Bhina Karya A40, RT 01/12, Bulakan, Sukoharjo
No. Telepon : 085717292915