EKOWA: INOVASI KRAYON BIODEGRADLE DARI LIMBAH MINYAK DAN BEESWAX DENGAN PEWARNA ALAMI

Ekowa “Enature Colours Waste Oil”

adalah salah satu produk krayon yang menggunakan pigmen oil hayati dan limbah minyak jelantah yang sudah dikembangkan. Karena kebanyakan dari produk krayon lainnya biasa menggunakan pewarna kimia dan minyak alami biasa, maka dari itu kami mengkreasikan untuk membuat krayon yang menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan. Produk Ekowa juga merupakan produk krayon yang steril karna akan bahan yang digunakan, salah satu bahannya yaitu minyak jelantah.  Kebanyakan masyarakat sekitar seringkali membuang sisa minyak jelantah sembarangan seperti di, wastafel, sungai, pepohonan, hal tersebut berdampak sangat buruk bagi lingkungan, karna itu kami mengembangkan minyak jelantah tersebut agar tidak semakin banyak minyak jelantah yang tersebar. Dengan dikembangkannya minyak jelantah tersebut dengan cara dijernihkan dan dibuat sebagai bahan dasar krayon.

Di Indonesia, konsumsi minyak goreng di sektor rumah tangga mencapai 2,66 juta ton per tahun. Pemanfaatan minyak jelantah (Used Cookiing Oil) ini adalah upaya untuk membawa Indonesia sejalan dengan tren global perusahaan migas yang terbukti efektif mendukung pengelolaan limbah minyak jelantah (Used Cookiing Oil) dan membantu mengurangi pembuangan limbah minyak jelantah secara sembarangan [7]. Pemanfaatan minyak jelantah (Used Cookiing Oil), yang dilakukan ini mendukung lingkungan agar tetap lestari.

            Pada tahun 2023 rata-rata Indonesia mengonsumsi minyak goreng 9,56 kilogram/kapita/tahun. Konsumsinya naik 0,9% dibandingkan tahun 2022), meski masih di bawah level konsumsi tahun 2021. Angka tersebut setara 12% dari total asupan kalori harian masyarakat yang rata-ratanya 2.088 kilokalori/kapita/hari [1].

            Dalam publikasi Indonesia Oilseeds and Products Annual 2019 diketahui bahwa konsumsi minyak goreng rumah tangga di Indonesia mencapai 13 juta ton. Data United States Department of Agriculture atau USDA menunjukkan negara yang mengkonsumsi minyak goreng paling banyak pada 2019 berturut-turut, yakni Indonesia, India, China, dan Malaysia. Tingginya tingkat konsumsi minyak goreng inilah yang kemudian menghasilkan residu berupa minyak jelantah (Used Cookiing Oil) di Indonesia. Namun, berdasarkan kajian TNP2K dan Traction Energi Asia pada tahun 2019, minyak jelantah (Used Cookiing Oil) yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5% dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional. Faktanya, jumlah tersebut masih jauh dari angka yang seharusnya bisa didapatkan sebanyak 100% dari total konsumsi [2].

            Diperkirakan dari konsumsi 13 juta ton minyak goreng, ada produksi minyak jelantah (Used Cookiing Oil) hingga 3 juta ton. Di mana 1,6 juta ton diantaranya didapatkan dari rumah tangga di perkotaan besar. Sayangnya, hanya sekitar 1,95 juta ton atau sekitar 2,43 juta kilo liter dari total minyak jelantah (Used Cookiing Oil) yang digunakan untuk minyak goreng daur ulang yang nantinya dijual atau digunakan kembali untuk memasak. Sementara sebanyak 148.380 ton atau 184.900 kilo liter diekspor dan sekitar 570.000 kilo liter digunakan untuk bahan baku biodiesel atau kebutuhan lainnya di dalam negeri [3].

            Minyak jelantah (Used Cookiing Oil) merupakan minyak rumah tangga yang kualitasnya menurun akibat penggunaan berulang [4].  Minyak jelantah (Used Cookiing Oil) merupakan hasil dari sisa penggorengan rumah tangga yang setelah penggunaanya menjadi limbah dan dapat mencemari lingkungan [5]. Asesmen awal menunjukkan bahwa warga membuang limbah secara sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu. Warga biasa membuang limbah di saluran air hingga dibuang langsung ke tanah. Pemanfaatan minyak jelantah di masyarakat yang tidak tepat sangat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia [6].

            Fenomena residu ini memunculkan satu permasalahan baru yakni keberadaan limbah minyak jelantah (Used Cookiing Oil) yang biasanya berakhir di saluran-saluran pembuangan. Padahal faktanya, dari satu liter minyak jelantah (Used Cookiing Oil) yang dibuang ke saluran drainase, dapat mencemari setidaknya 1.000 liter perairan [3]. ‘Hanya’ dengan membuang minyak jelantah (Used Cookiing Oil) secara sembarangan diketahui memiliki dampak yang serius. Minyak jelantah (Used Cookiing Oil) bila dikelola tidak benar dapat menyumbat saluran drainase, menyumbat pori-pori tanah, terutama di perairan dan dapat menurunkan kualitas air tanah Perilaku ini sangat beresiko untuk memicu pencemaran lingkungan bahkan menimbulkan bencana.

            Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh minyak jelantah (Used Cookiing Oil) di Indonesia, perlu adanya sebuah upaya pemanfaatan dalam rangka memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pemanfaatan minyak jelantah (Used Cookiing Oil) ini adalah langkah nyata menerapkan prinsip ekonomi sirkular, dari hasil konsumsi rumah tangga sebagai bagian dari komitmen pada pemanfaatan berkelanjutan. Ini merupakan adaptasi untuk implementasi ekonomi sirkular, yang mana minyak jelantah (Used Cookiing Oil) yang selama ini dianggap sebagai limbah rumah tangga untuk diinovasikan menjadi Krayon sehingga inisiatif ini tidak hanya mengurangi limbah rumah tangga, tetapi menjadi bagian dari solusi pemanfaatan limbah yang sering disepelekan.

            Nyatanya, minyak jelantah (Used Cookiing Oil) dapat dimanfaatkan menjadi berbagai hal dari yang masif seperti biodiesel hingga seperti krayon untuk pewarna sehari-hari. Banyaknya krayon yang beredar dimasyarakat dan tidak dapat terurai dengan baik buruk juga bagi lingkungan dan kesehatan. Maka dari itu tercetus ide menginovasikan produk Ekowa “Enature Colours Waste Oil” yang menggunakan bahan utama minyak jelantah (Used Cookiing Oil) disertai dengan pigmen warna alami hayati lokal, seperti  wortel, ubi ungu, daun pandan, kapur sirih, arang, kulit buah naga, bunga telang yang mudah didapatkan pada llingkungan sekitar.

Produk Ekowa merupakan sebuah produk pewarna yang dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi limbah minyak jelantah dan memberikan alternative krayon. Sesuai dengan analisis SWOT, menunjukan keunggalan dari produk Ekowa sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis SWOT Ekowa

 

Stregh (Keunggulan)

Weaknes (Kelemahan)

- Menambah nilai jual limbah minyak jelantah

- Memanfaaatkan limbah minyak jelantah

- Memanfaatkan pewarna alami hayati

- Bersifat biodegradable yang dapat terurai secara alami sehingga tidak mencemari lingkngan.

- Penggunanan limbah minyak jelantah membuat masyarakat kurang percaya pada produk inovasi ini

- Harga jual yang ditawarrkan cukup mahal dibandingkan produk serupa.

 

Opportunities (Peluang)

Threats (Tantangan)

- Bahan baku utama krayon yang beredar sulit terurai.

- Krayon pada umumnya menggunakan koposisi kimiawi sehingga resiko terjadi permasalahan baru.

- Bahan dan proses pebuatan belum dipastikan aman sepenuhnya.

- Memungkinkan produk ini ditiru dan dijual dengan harga yang lebih murah atau terjadinya persaingan bisnis

- Masyarakat lebih percaya pada produk yang sudah ada sehingga perlu adanya promosi produk ini dengan menggandng pihak terkait

 

Nama : Maulidya Rizqa Fatiya, S.Pd.
Alamat : Jl. Jalak Barat, No.16, Pekauman, Tegal Barat
No. Telepon : 088227224018