Internet sudah seperti kebutuhan primer bagi semua orang. Jika kuota internet habis, maka bisa berdampak pada penurunan kualitas pendidikan, pekerjaan, kesehatan, hingga kebutuhan sehari-hari seseorang. Di saat perekonomian melesu dan daya beli masyarakat menurun, banyak yang tidak mampu membeli kuota internet besar seharga ratusan ribu rupiah, sehingga proses efisiensi mutlak perlu dilakukan, termasuk bagaimana caranya agar kuota internet tidak cepat habis.
Gambar merupakan jenis media yang paling banyak ditransmisikan via internet, yang memerlukan kualitas tinggi agar tangkapan seperti tulisan maupun objek lain dapat teridentifikasi dengan jelas. Di tahun 2010 Google memperkenalkan format gambar baru bernama WebP (.webp) yang lebih efisien sebagai pengganti JPEG & PNG untuk internet. Google mengklaim, konversi dari JPEG & PNG dapat mereduksi filesize hingga 34%.
Inovasi terus dilakukan agar internet dunia semakin hemat. Penulis selaku inventor teknologi juga menciptakan teknik & algoritma kompresi WebP-to-WebP yang mampu mereduksi hingga 90%++ untuk gambar dengan kualitas visual & resolusi yang sama. Inovasi ini juga berjalan di frontend client-side (perangkat user), sehingga ukuran gambar yang ditransimisikan via internet sudah lebih kecil. Inovasi ini menjadikannya sebagai salah satu metodologi kompresi WebP terdepan yang ada saat ini, bersaing dengan yang terbaik yang ada di dunia.
Hak paten atas inovasi teknologi ini telah didaftarkan ke DJKI Kemenkumham dan saat ini dalam proses menunggu tanggapan substantif.
Target market dari inovasi ini ditujukan untuk para perusahaan startup, bisnis, instansi pemerintah/swasta, serta siapapun yang memiliki desktop/mobile app ataupun website, sehingga user yang mengakses layanan mereka bisa menghemat penggunaan internet dengan sangat signifikan.
Masalah/Kebutuhan di Masyarakat yang Ingin Diselesaikan
Masalah :
Bila kuota internet seseorang sudah habis, maka anak-anak tidak bisa mengakses materi pelajaran, orang-orang tidak bisa melakukan pekerjaannya secara daring, masyarakat tidak bisa melakukan belanja online yang dapat menurunkan perekonomian negara, dan banyak kerugian lainnya.
Ketergantungan masyarakat terhadap internet menjadikan kita perlu melakukan optimasi & efisiensi, bagaimana caranya agar internet bisa lebih hemat.
Temuan (Key findings) :
- Jenis file media yang paling banyak ditransmisikan lewat internet adalah file gambar.
- Spesifikasi kamera zaman sekarang membuat ukuran filesize foto semakin besar.
- Semakin besar filesize gambar, membuat kuota internet semakin cepat habis.
Solusi yang Ditawarkan dari Produk yang Diajukan
Inovasi yang diajukan adalah tentang metodologi untuk melakukan kompresi dari file gambar beformat WebP. Perlu dipahami bahwa metodologi ini bukanlah konversi dari JPEG/PNG ke WebP, melainkan kompresi lanjutan WebP to WebP dengan ukuran reduksi yang jauh lebih baik.
Mengapa fokus di WebP? Karena format ini adalah next-gen image format yang akan menggantikan JPEG & PNG di masa depan untuk penggunaan internet. Melansir dari Wikipedia, saat ini browser yang mensupport format WebP sudah mencapai 97%, dan tinggal menunggu waktu hingga semua desktop/mobile app maupun website menggunakan WebP ketimbang JPEG/PNG.
Inovasi teknik kompresi yang diajukan ini diproses langsung di perangkat pengguna (frontend client-side), dan bukan di server, sehingga tidak memakan kuota internet untuk pemrosesannya.
Sesuai hasil uji coba, teknologi kompresi WebP-to-WebP ini mampu mereduksi filesize hingga 90%++, dan menjadikannya salah satu dari deretan teknologi kompresi WebP terbaik yang ada saat ini.
Target market dari inovasi ini ditujukan untuk para perusahaan startup, bisnis, instansi pemerintah maupun swasta, serta organisasi manapun yang memiliki desktop/mobile app yang diakses secara online, ataupun website, sehingga user yang mengakses layanan mereka bisa menghemat penggunaan internet dengan sangat signifikan.
Sejarah Inovasi dan Pengembangan Produk
Di tahun 2010, Google merilis format gambar baru yang lebih efisien bernama WebP untuk menggantikan JPEG & PNG di internet. Mereka mengklaim konversi dari JPEG & PNG ke WebP bisa mereduksi filesize hingga 34%.
Pada tahun 2018, Google merilis stable library bernama “libwebp” untuk mensupport encode & decode WebP di berbagai sistem operasi maupun browser.
Di tahun 2022, penulis sebagai seorang digital innovator dan software developer mengembangkan aplikasi bernama FastImageMin yang berisi teknologi kompresi gambar yang diproses langsung di browser tanpa harus diupload ke server. Aplikasi ini utamanya digunakan untuk melakukan kompresi foto bertipe JPEG & PNG. Aplikasi FastImageMin ini diikutkan di Krenova pada tahun 2023, dan diinkubasi oleh Inwinov pada tahun 2024.
Di tahun 2025, penulis merilis inovasi lanjutan, yaitu metodologi untuk kompresi WebP-to-WebP. Perlu dipahami bahwa inovasi ini bukanlah aplikasi, melainkan metodologi (termasuk algoritma) untuk kompresi format WebP-to-WebP.
Meskipun teknologi ini agar bisa digunakan oleh masyarakat lantas penulis mengimplementasikannya ke dalam aplikasi FastImageMin, tapi inovasi yang dirilis ini adalah inovasi tentang metodologi format kompresi WebP, dan bukan aplikasi.
Terdapat 2 keunggulan utama dari inovasi ini dibanding penemuan sebelumnya yang sejenis :
1. Jauh lebih efisien, tingkat reduksi yang mencapai 90% (bisa lebih) pada resolusi & kualitas visual yang sama.
2. Pemrosesan berjalan di frontend client-side dan bukan di server, sehingga hemat bandwidth internet.
Nama | : | Priya Bagus Sasikirono (Acik) |
Alamat | : | Perum Depkes D1/33, Kramat Utara, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang |
No. Telepon | : | 085331472147 |