Banacoustic (Akustic Panel Pelepah Pisang)

Produk panel akustik yang umum beredar saat ini banyak menggunakan bahan dasar glaswool, yang meskipun efektif dalam meredam suara, cenderung tidak ramah lingkungan dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan pengguna. Untuk menjawab tantangan ini, kami mengembangkan BanaCoustic, sebuah panel akustik berbahan dasar pelepah pisang dan perekat alami dari latex. Inovasi ini mengusung pendekatan biocomposite berkelanjutan, tanpa bahan kimia berbahaya, dengan memaksimalkan struktur serat pelepah pisang yang kuat dan homogen sebagai media penyerap gelombang suara.

BanaCoustic memiliki ketebalan 15–35 mm dan mampu mencapai koefisien serap suara (NRC) setara dengan material konvensional. Uji aplikasi skala rumahan menunjukkan bahwa produk ini mampu mereduksi kebisingan hingga 60%, khususnya pada frekuensi menengah (500–2000 Hz), menjadikannya ideal untuk studio, ruang pertemuan, dan interior ramah lingkungan. Dengan biaya produksi yang rendah (Rp317.500/batch untuk 4,5 m²), produk ini juga dapat diproduksi secara lokal dalam skala kecil, memberi peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengurangan limbah pertanian.

Keunggulan utama BanaCoustic terletak pada aspek keberlanjutan dan dampak sosial-ekologisnya, selaras dengan tujuan SDGs poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab) serta poin 9 (Inovasi dan Infrastruktur Industri). Sebagai alternatif terhadap panel sintetis berisiko tinggi, BanaCoustic menjawab kebutuhan akan material akustik yang cruelty-free, terbarukan, dan memiliki dampak lingkungan yang minim—sekaligus memperkuat transisi menuju ekonomi sirkular berbasis komunitas.

Pisang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Di Indonesia, nenek moyang kita memanfaatkannya untuk kerajinan tangan, tali, hingga bahan bangunan tradisional. Namun, seiring zaman, pelepah pisang perlahan tersingkir oleh material modern. Di Cilacap, Jawa Tengah—daerah dengan perkebunan pisang luas—pelepah pisang justru menjadi masalah. Setiap panen, petani membakar ribuan ton pelepah karena dianggap tak bernilai, menimbulkan asap tebal dan emisi karbon.

Tahun 2024, kami menemukan paradoks: industri akustik global bergantung pada rockwool dan glasswool—material mahal, tidak ramah lingkungan, dan berisiko kesehatan sementara limbah pelepah pisang di Cilacap menumpuk. Data menunjukkan, setiap 1ton buah pisang menghasilkan 4 ton pelepah yang terbuang. Di sisi lain, upaaya memanfaatkan material alami seperti daluang (kulit kayu murbei) terhambat oleh teksturnya yang kaku dan proses produksi rumit.

Tim Mustav & Co. terinspirasi oleh warisan lokal, menemukan bahwa pelepah pisang mengandung selulosa tinggi (60-70%) dan lignin (15-20%), yang jika diolah dengan tepat, bisa membentuk struktur berpori ideal untuk penyerap suara. Percobaan awal menggunakan lateks karet sebagai perekat alamit ernyata menghasilkan panel elastis dengan koefisien serap suara (NRC) 0,03836 pada 500 Hz, setara dengan rockwool komersial[1]

Proses produksi BanaCoustic dirancang sesederhana mungkin agar bisa diadopsi masyarakat. Pelepah pisang dihaluskan, dicampur lateks, lalu dicetak di atas kain katun—mirip teknik membuat daluang, tetapi dimodifikasi dengan penambahan zinc oksida untuk ketahanan. Hasilnya? Panel akustik yang bisa mengurangi kebisingan hingga 60% pada frekuensi 500-2000 Hz, cocok untuk masjid, studio, atau ruang publik. Yang mengejutkan, biaya produksinya hanya Rp317.500 per 4,5 m²—jauh lebih murah daripada glasswool (Rp150.000/m²) 1011.

Inovasi ini tak sekadar mengatasi polusi suara, namun juga bernilai sosial. Kami mengajak santri putus sekolah sebagai mitra produksi. Mereka akan mendapat pemasukan secara ekonomi sekaligus mendapat keahlian bisnis. Meski menjanjikan, jalan BanaCoustic tak mulus. Uji ketahanan menunjukkan panel rentan lembap jika terpapar air terus-menerus. Solusinya? Tim mengadopsi teknik clear coat dari industri mebel Yogyakarta untuk melapisi permukaan tanpa mengurangi porositas. Edukasi juga menjadi kunci banyak petani awalnya ragu mengubah kebiasaan membakar pelepah. Namun, setelah melihat langsung dampak ekonomi, 70% petani mitra mulai mengadopsi sistem pengolahan limbah terpadu.

BanaCoustic bukan sekadar produk, melainkan simbol revolusi berpikir. Dari bahan yang pernah dianggap sampah, lahir solusi akustik berkelanjutan yang menjawab tantangan SDGs poin 9 (Industri Berinovasi) dan 12 (Konsumsi Bertanggung Jawab).

 


[1] Thai Cultivated Banana Fibers as The Sustainable Sound and Heat Insulation Materials Pruktivud Chattaviriya 1*, Dusanee Supawantanakul1, Ratsamee Sangsirimongkolying2 and Gritsada Sua-iam3

Keunggulan dari glasswool dan rockwool :

  • Tidak mengandung plastik
  • Bahan diperoleh secara lokal
  • Tidak membutuhkan pre treatment (oven/tanur)
  • Menghasilkan residu yang minimal
  • Tidak mengandung logam berat seperti Chromium
  • Bahan baku melimpah
  • Ukuran produk bisa disesuaikan dengan kebutuhan

Nama : syarifudin musthofa
Alamat : Jl. Raya. Kawunganten, Rt 01 Rw 06, Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia
No. Telepon : 089527737311