Klaten memiliki potensi bidang perikanan yang cukup besar dengan sumberdaya ikan nila sebagai komoditas unggulan. Produksi ikan nila selama 1 tahun ± 17.000 Ton. Namun, besarnya produktivitas ikan nila tersebut tidak berbanding lurus dengan AKI (Angka Konsumsi Ikan) Klaten Tahun 2023 sebesar 23,42 kg/kapita/tahun, di mana masih jauh dengan target AKI Provinsi Jawa Tengah sebesar 38,83 kg/kapita/tahun.
Oleh sebab itu, perlu adanya diversifikasi olahan hasil perikanan untuk menunjang AKG (dalam hal protein hewani) masyarakat dan meningkatkan AKI Klaten. Salah satu jenis diversifikasi olahan hasil perikanan adalah pembuatan makaroni keju tilapia. Makaroni keju tilapia merupakan makanan ringan yang terbuat dari campuran tepung ikan nila, tepung sagu, keju, telur dan lain-lain yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi snack yang memiliki cita rasa gurih dan renyah.
Inventor menemukan formula pembuatan makaroni keju yang berbeda dengan produk yang sudah ada di pasaran yaitu dengan penambahan tepung ikan nila, sehingga dapat meningkatkan nilai gizi pada makanan tersebut. Hasil inovasi diaplikasikan pada Poklahsar Gendhis yang beralamat di Dukuh Kriyan, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Inovasi ini juga sebagai langkah pemberdayaan masyarakat dan pengarusutamaan gender, khususnya para wanita.
Poklahsar Gendhis sudah memiliki akta pendirian perkumpulan yang disahkan oleh notaris dan, NIB dan SPP-IRT. Sedangkan produk makaroni keju tilapia juga sudah diteliti kandungan gizinya di LPPT UGM. Hasil yang diperoleh adalah Kadar air 0,47%; Protein 8,29%; Lemak total 21,65%; Karbohidrat 67,6% dan Total gula 0,56%. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa produk makaroni keju tilapia memiliki kandungan gizi yang baik dan masuk dalam kategori snack sehat.
Kabupaten Klaten memiliki potensi bidang perikanan yang cukup besar dengan sumberdaya ikan nila sebagai komoditas unggulan. Produksi ikan nila selama 1 tahun ± 17.000 Ton, produksi tersebut paling tinggi dibandingkan komoditas ikan lele. Namun, besarnya produktivitas ikan nila tersebut tidak dibarengi dengan AKI (Angka Konsumsi Ikan) Kabupaten Klaten Tahun 2023 sebesar 23,42 kg/kapita/tahun, di mana masih jauh dengan target AKI Provinsi Jawa Tengah sebesar 38,83 kg/kapita/tahun (data bersumber dari Bidang Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian). Terdapat banyak faktor mengapa besaran AKI di Kabupaten Klaten masih rendah, salah satunya generasi muda kurang suka mengkonsumsi ikan dikarenakan banyaknya duri dalam tubuh ikan. Oleh sebab itu, perlu adanya diversifikasi olahan hasil perikanan untuk menunjang angka kecukupan gizi (dalam hal protein hewani) masyarakat dan meningkatkan AKI Kabupaten Klaten. Mengkonsumsi ikan tidak hanya sebagai lauk, namun juga bisa sebagai cemilan atau sejenis makanan ringan. Makanan ringan yang terbuat dari bahan baku ikan menghasilkan snack yang bergizi tinggi.
Masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan terhadap makanan ringan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kebiasaan warga masyarakat untuk mengkonsumsi makanan ringan di setiap waktu, misalnya sambil bersantai, dalam perjalanan ke suatu tempat, saat bersilaturahmi atau bahkan saat sedang bekerja, menjadikan industri makanan ringan berkembang dengan pesat dari segi varian maupun jumlahnya. Berdasarkan Statista Market Insight, industri makanan ringan di Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Pendapatan pasar makanan ringan di Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai US$ 4,18 Milyar atau sekitar 66,88 Trilyun Rupiah. Volume pasar makanan ringan di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 3,3 kg per orang. Sedangkan pasar makanan ringan di Indonesia diperkirakan akan tumbuh setiap tahunnya sebesar 8,13%.
Beberapa faktor yang berkontribusi pada pertumbuhan pasar makanan ringan adalah perubahan gaya hidup konsumen, kemudahan dan portabilitas, inovasi rasa dan variasi, globalisasi dan pengaruh budaya, permintaan akan makanan ringan alami dan organik. Pertumbuhan industri makanan ringan berjalan seiring dengan tren gaya hidup sehat yang meningkat akhir-akhir ini. Masyarakat yang mengupayakan hidup sehat tentunya akan memilih snack sehat untuk menemani aktivitas mereka. Makaroni Keju Tilapia dapat menjadi solusi snack sehat bagi mereka yang mengutamakan kesehatan sebagai investasi di masa depan.
Makaroni keju tilapia merupakan makanan ringan yang terbuat dari beberapa bahan baku, yaitu tepung sagu, tepung ikan nila, tepung ketan, keju, telur, margarin dan garam. Cemilan ini memiliki tekstur yang renyah, gurih dan bergizi tinggi. Proses penemuan inovasi makaroni keju tilapia diawali dengan keprihatinan terhadap anak-anak yang tidak suka mengkonsumsi ikan, kemudian inventor berupaya menemukan solusinya dengan menciptakan produk makaroni keju tilapia sebagai pengembangan dari produk makaroni keju. Penambahan ikan nila dalam bentuk tepung ke dalam adonan terbukti meningkatkan kandungan gizi cemilan tersebut. Terbukti tidak hanya anak-anak, namun semua kalangan menyukainya.
Keunggulan Inovasi
Keunggulan Inovasi pembuatan “makaroni keju tilapia” antara lain diversifikasi olahan produk perikanan. Sebelumnya belum ada produk sejenis yang memadukan tepung ikan, keju dan tepung sagu menjadi makanan ringan berbentuk makaroni. Produk makanan ringan yang beredar di masyarakat berupa makaroni biasa dan makaroni keju. Makaroni biasa berupa makaroni berbahan baku tepung terigu (gluten) yang digoreng dan diberi taburan bumbu bubuk aneka rasa, makanan ringan ini cenderung tidak sehat karena mengandung gluten yang dapat mengganggu kesehatan dan perkembangan otak bila dikonsumsi secara berlebihan, lalu bumbu tabur yang berbentuk tabur juga mengandung pengawet, msg dan pewarna. Produk lainnya yaitu makaroni keju, makanan ringan ini lebih sehat dibandingkan makaroni biasa karena terdapat penambahan keju untuk meningkatkan nilai gizi dan cita rasa produk.
Makaroni keju tilapia merupakan suatu inovasi bidang pangan yang berbahan baku ikan nila. Daging ikan nila yang diolah sedemikian rupa menjadi tepung dan dicampur dengan tepung sagu, tepung ketan, keju dll, kemudian diproses menjadi snack berbentuk makaroni yang memiliki cita rasa renyah dan gurih. Produk ini memiliki 3 sumber protein yaitu tepung ikan nila, keju dan telur, sedangkan sumber karbohidratnya yaitu tepung sagu dan tepung ketan sehingga termasuk makanan gluten free yang juga aman dikonsumsi untuk anak-anak penderita autisme maupun hiperaktif.
Inovasi lainnya yaitu pemberdayaan kelompok yang terdiri dari para wanita bernama Poklahsar Gendhis. Poklahsar merupakan singkatan dari Kelompok Pengolah Hasil dan Pemasaran Ikan yang beralamat di Dukuh Kriyan, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Kelompok ini berfokus pada olahan ikan lele dan nila, sudah memproduksi beberapa jenis olahan ikan, seperti rambak ikan lele, karak lele, nugget lele dan stik lele. Penyuluh perikanan berinovasi membuat olahan makaroni keju tilapia dengan alasan nila merupakan komoditas unggulan perikanan Kabupaten Klaten dan diharapkan olahan ini dapat menjadi oleh-oleh khas yang menjadi andalan Klaten. Kemudian penyuluh perikanan mengajarkan inovasi tersebut ke sasaran penyuluhan, yaitu Pelaku utama perikanan Poklahsar Gendhis. Selanjutnya tahapan produksi dan pemasaran langsung dikelola oleh Poklahsar tersebut. Penyuluh perikanan membantu akses pemasaran berupa informasi-informasi kegiatan bazar, pameran dan pelatihan yang mampu menunjang perkembangan produk makaroni keju tilapia.
Nama | : | RESTIANA BUDI |
Alamat | : | PERUMAHAN GRAHA KENCANA NO 5, DESA KETANDAN, KECAMATAN KLATEN UTARA, KABUPATEN KLATEN |
No. Telepon | : | 08174124945 |