Diperkirakan pada tahun 2035 akan terjadi peningkatan konsumsi energi di dunia. Tiga besar sumber energi global adalah minyak bumi, batubara, dan gas alam; dan tiga sumber ini memasok sekitar 86% dari kebutuhan energi dunia. Dari 2% sumber enegi terbarukan terdapat diantaranya hidroelektrik, geotermal, angin, tenaga surya, pasang surut dan ombak laut, dan energi biomassa. Biomassa merupakan sumber energi utama di negara berkembang yang berada dalam bentuk kayu bakar yang digunakan untuk pemanasan dan memasak. Di negara maju, energi biomassa popular digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk pembangkit listrik. Negara- negara di Eropa sebagai pengimpor produk pelet kayu utama di dunia berdasarkan data ITA 2016, mengeluarkan kebijakan untuk menggunakan energi terbarukan yang mengarah pada penggunaan pelet kayu. Energi biomassa merujuk pada energi yang tersimpan dalam bahan organik seperti hutan dan produk pertanian. Peminimalisiran penggunaan bahan bakar fossil dalam kebutuhan hidup sehari-hari sehingga dapat menciptakan net zero emition dalam mewujudkan SDGS 45. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and. Development (R&D). Hasil pengujian yang didapatkan untuk biopellet sudah sesuai dengan SNI 8675;2018, Kadar air 7,17%, Kadar abu 4,67% dan Nilai kalor 4200 cal/gr. Proses pembuatan ini terdiri dari pre-treatment , tahap produksi dan tahap uji produk.
Diperkirakan pada tahun 2035 akan terjadi peningkatan konsumsi energi di dunia. Tiga besar sumber energi global adalah minyak bumi, batubara,dan gas alam; dan tiga sumber ini memasok sekitar 86% dari kebutuhan energi dunia (Gambar 1). Dari 2% sumber enegi terbarukan terdapat diantaranya hidroelektrik, geotermal, angin, tenaga surya, pasang surut dan ombak laut, dan energi biomassa. Energi biomassa merujuk pada energi yang tersimpan dalam bahan organik seperti hutan dan produk pertanian.
Biomassa merupakan sumber energi utama di negara berkembang yangberada dalam bentuk kayu bakar yang digunakan untuk pemanasan dan memasak. Di negara maju, energi biomassa popular digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk pembangkit listrik. Negara-negara di Eropa sebagai pengimpor produk peletkayu utama di dunia berdasarkan data ITA 2016, mengeluarkan kebijakan untuk menggunakan energi terbarukan yang mengarah pada penggunaan pelet kayu.
Pemerintah Indonesia bersama dengan pemimpin dunia sepakat di dalam agenda Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 7 agar dapat menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern. Untuk merealisasikan program tersebut, diperlukannya dukungan semua pihak terutama para akademisi, pengusaha, dan peneliti bidang energi. Politeknik merupakan salah satu lembaga yang relevan dan berpeluang untuk mewujudkan agenda pemerintah tersebut, karena telah mengarahkan kompetensinya untuk mengembangkan produk energi demi menjamin akses ketersediaan energi yang berkelanjutan.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan denganbeberapa pokok tujuan sebagai berikut ini :
- Dapat menjadikan inovasi ini sebagai gebrakan baru dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari pengolahan limbah kayu (yang sulit terurai di alam).
- Dapat meminimalisir penggunaan bahan bakar fossil dalam kebutuhan hidup sehari-hari sehingga dapat menciptakan net zero emition dalam mewujudkan SDGS45.
- Dapat menciptakan suatu peluang usaha baru bagi masyarakat sekitar dalam menciptakan produk yang bermutu dari pemanfaatan limbah serbuk kayu ulin tersebut.
- Menjadi pelopor utama dari bahan bakar bio-massa yang ramah lingkungan dibandingkan produk bahan bakar bio-massa lainnya, dengan harga termurah dan kualitas terbaik.
Biopellet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan biomassa lainnya dalam konteks sebagai bahan bakar. Berikut adalah beberapa keunggulannya:
Kepadatan Energi Tinggi: Biopellet memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan biomassa lainnya, seperti serbuk gergaji atau jerami. Ini berarti biopellet dapat menghasilkan lebih banyak energi per unit volume.
Kemudahan Transportasi dan Penyimpanan: Karena bentuknya yang seragam dan padat, biopellet lebih mudah untuk diangkut dan disimpan dibandingkan dengan biomassa berbentuk longgar seperti serbuk kayu jati. Ini mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan.
Emisi yang Lebih Rendah: Biopellet biasanya menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan biomassa lainnya, seperti asap dan partikel, terutama jika dibandingkan dengan pembakaran biomassa yang tidak terolah dengan baik.
Ramah Lingkungan: Biopellet terbuat dari bahan-bahan terbarukan dan dapat diproduksi dari berbagai sumber biomassa yang terbuang atau tidak dimanfaatkan, yang membantu mengurangi limbah dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Pengurangan Kotoran: Biopellet cenderung menghasilkan lebih sedikit abu dan residu dibandingkan dengan biomassa lain, sehingga mengurangi frekuensi pembersihan dan perawatan pada sistem pembakaran.
Efisiensi Pembakaran: Proses pembuatannya yang melibatkan kompresi tinggi menyebabkan biopellet memiliki tingkat kompresi yang baik, sehingga proses pembakarannya lebih efisien dan memberikan panas yang lebih stabil.
Utilisasi Sumber Daya: Proses pembuatan biopellet memungkinkan pemanfaatan sisa-sisa biomassa yang mungkin tidak terpakai, sehingga mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya.
Nama | : | Nina Mudji Kusuma Ningrum |
Alamat | : | Jalan Ngareng, Asrama Vyatra No.1 Kec.Cepu kab.Blora |
No. Telepon | : | 082287522401 |