Air merupakan elemen penting bagi seluruh makhluk hidup di bumi. Tak hanya memenuhi kebutuhan biologis air juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Frekuensi kebutuhan air sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak kegiatan yang dilakukan, khususnya di SMA Negeri 1 Toroh mayoritas siswa memeluk agama Islam, setiap hari siswa akan melakukan kegiatan berwudhu sebelum mereka melaksanakan salat zuhur dan ashar di masjid Al-Ikhlas SMA negeri 1 Toroh. Air limbah wudu yang tidak mengandung zat kimia berbahaya seringkali terbuang sia-sia.
Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui efektifitas sistem penyiraman berbasis IoT untuk produktivitas tanaman kecambah jagung sebagai pakan ternak ruminansia sepanjang musim, mengetahui manfaat limbah air wudhu untuk budidaya ikan lele sekaligus sebagai pupuk organik tanaman kecambah jagung sebagai pakan ternak ruminansia sepanjang musim dan mengetahui efektivitas pemberian pakan ternak ruminansia menggunakan kecambah jagung dibandingkan dengan harga beli rumput odod.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan komparatif. Berlokasi di SMA Negeri 1 Toroh kabupaten Grobogan pada bulan Januari hingga bulan Mei 2025. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan eksperimen secara langsung. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari pengendapan air wudhu, budidaya ikan lele, dan penyiraman hidroponik pakan ternak.
Berdasarkan temuan penelitian yang didapat, sistem penyiraman berbasis IoT lebih efektif dibanding metode konvensional dalam meningkatkan produktivitas tanaman kecambah jagung. Limbah air wudhu terbukti aman dan sesuai untuk budidaya ikan lele. Air bekas budidaya ikan lele dapat meningkatkan pertumbuhan kecambah jagung meskipun belum sebanding dengan efektivitas larutan AB Mix.
Kata kunci: Limbah Air Wudhu, IoT, Kecambah Jagung
Air merupakan komponen terpenting dalam keberlangsungan kehidupan yang keberadaannya sangat penting bagi semua makhluk hidup di bumi. Kebutuhan hidup terhadap air tidak tergantikan oleh apapun, hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan air di semua aspek kehidupan makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan dan manusia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran air untuk kehidupan. Setiap hari kebutuhan air akan semakin meningkat seiring pertambahan populasi manusia. Tertutupnya daerah-daerah resapan air akibat dari pembangunan dan tercemarnya sumber air yang ada akibat aktivitas manusia menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan persediaan air. World Wildlife Fund menyatakan bahwa pada tahun 2025, dua pertiga populasi dunia kemungkinan akan mengalami kekurangan air, hanya 3% dari total air di dunia yang merupakan air tawar, dan dua pertiga dari itu tertutup dalam tanah yang susah diakses (Roger Leguen, 2014). Potensi krisis air yang terjadi menunjukkan bahwa kita perlu memperhatikan dan mengambil tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan ini sebelum semakin parah.
Manusia menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tak terkecuali kebutuhan pada aspek spiritual (keagamaan) yaitu berwudu. Berwudu merupakan rutinitas wajib bagi umat Islam untuk menyucikan diri setiap kali melakukan ibadah salat, di SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa hampir 1.000, mayoritas siswa beragama Islam, kegiatan berwudu merupakan hal yang tak terpisahkan dari rutinitas sehari-hari. Rata-rata dalam sehari siswa di SMA Negeri 1 Toroh menggunakan air untuk berwudhu minimal 2 kali, yaitu untuk sholat Zuhur dan Ashar. Hanifah (2018) mengatakan bahwa jumlah penggunaan air wudu pada sekali berwudu ialah sebanyak 3 liter/orang dikalikan dengan 2 kali waktu salat menjadi 6 liter/orang. Jumlah tersebut relatif banyak bila dikalikan lagi dengan 1.000 siswa, penggunaan air dalam sehari mencapai 6.000 liter. Air yang telah digunakan untuk berwudu menjadi air limbah, yang dimana kalau diolah maka dapat digunakan kembali karena pengotornya tidak terlalu banyak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi produksi air limbah ialah dengan konservasi air yang dapat dilakukan pada limbah air wudu.
Limbah air wudu sangat berpotensi untuk digunakan kembali, karena pencemarannya yang tidak terlalu banyak, sementara sumber air wudu sendiri biasanya menggunakan air bersih. Berdasarkan penelitian Hadisantoso dkk. (2018) bahwa limbah air wudu dalam penelitiannya nilai pH sebesar 7,3, COD 103,9 mg/L, BOD 46,0 mg/L, TSS 165 mg/L, DO 2,8 mg/L, dan E.coli 0 jml/100 ml. Parameter-parameter tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas air limbah wudu supaya kita dapat menentukan metode pengolahan yang tepat. Setelah diolah, air tersebut dapat digunakan kembali untuk keperluan lain dan tidak terbuang sia-sia ke lingkungan sekitar.
Limbah air wudu dapat dikategorikan sebagai greywater (non toilet), yang merupakan air yang telah digunakan untuk berbagai keperluan domestik seperti mandi, cuci piring dan lainnya (Prathapar dkk., 2006). Salah satu sistem pengolahan limbah air wudu untuk menjadi air bersih yang dapat dimanfaatkan adalah pengendapan. Metode pengendapan sederhana dapat dilakukan dengan membuat bak pengendapan yang merupakan bak penampungan awal limbah air wudhu.
Metode pengendapan sederhana dapat dilakukan dengan membuat bak pengendapan yang merupakan bak penampungan awal limbah air wudhu yang akan dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele. Ikan lele termasuk ikan yang hidup di air tawar, bernilai ekonomis, dan digemari oleh masyarakat luas. Umumnya, ikan lele memiliki warna sedikit kehitaman atau keabuan dengan bentuk yang panjang dan pipih ke bawah, serta tidak memiliki sisik. Ikan lele bisa hidup di perairan yang tenang dan kedalamannya cukup, walaupun kondisi airnya jelek, kotor dan miskin oksigen. Namun, perairannya tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, bahan-bahan yang mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang bisa membuat ikan mati.
Lokasi penelitian terletak di SMA negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan, yang merupakan wilayah dataran rendah yang ada di Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan wilayah yang rawan mengalami kekeringan ketika musim kemarau. Ketersediaan air yang terbatas menjadi hambatan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan melaksanakan aktivitas sehari-hari termasuk untuk kegiatan pertanian serta peternakan. Ketersediaan hijauan pakan ternak pada musim kemarau di kabupaten Grobogan sangat terbatas. Luas lahan dan ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah produksi hijauan pakan ternak, dengan berkurangnya luas lahan yang dapat digunakan untuk menanam hijauan yang disebabkan oleh banyaknya lahan yang mulai dibangun gedung dan fasilitas umum lainnya maka dibutuhkan suatu teknologi yang dapat memproduksi hijauan dalam jumlah besar dengan memanfaatkan lahan yang terbatas. Selain itu, di Kabupaten Grobogan pada musim kemarau sering mengalami keterbatasan air, sehingga petani perlu menerapkan pola tanam yang ketat sesuai dengan musim. Kebutuhan pakan ternak ruminansia pada pokoknya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pakan hijauan, pakan penguat, dan pakan tambahan.
Hijauan merupakan sumber pakan utama (>80% daritotal bahan kering) bagi ternak ruminansia untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Kebutuhan hijauan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak yaitu produksinya tidak tetap sepanjang tahun, (Achmadi, 2007). Oleh karena itu dibutuhkan alternatif teknologi yang dapat menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan hijauan dengan memproduksi hijauan berkesinambungan tanpa dipengaruhi oleh musim dan kondisi lahan yang semakin berkurang. Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air (Sudarmodjo, 2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung pada musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat ditanam di lahan yang sempit.
Fodder adalah istilah untuk tanaman yang digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Ahmed (2011), fodder adalah tumbuhan yang diberikan pada ternak untuk menyediakan nutrien yang diperlukan ternak, pemberiannya dapat berupa hijauan segar maupun kering, bentuk biji-bijian maupun umbi, atau dalam bentuk silase. Tumbuhan fodder dapat diperoleh dari hasil budidaya maupun dari habitat alaminya di padangan.
Jagung merupakan tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik meskipun terdapat faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Keunggulan lain dari jagung yang ditanam dengan sistem hidroponik yaitu biji jagung memiliki waktu pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi dalam waktu singkat. Penyiraman merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan didalam menjaga serta merawat agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Kebutuhan air yang cukup merupakan salah satu hal yang sangat penting. Jagung juga merupakan komditas utama dari Kabupaten Grobogan, dengan mengolah jagung menjadi bahan lain yang memiliki nilai jual lebih harapannya dapat memabantu mengatasi perekonomian petani jagung di kabupaten Grobogan.
Salah satu alternatif pemanfaatan jagung sebagai pakan yaitu tanaman fodder jagung. Fodder jagung adalah alternatif baru bagi peternak ruminansia lahan terbatas dan air terbatas (kambing dan domba), karena fodder jagung ini bisa disusun dalam rak-rak dan tidak memakan banyak tempat. Fodder jagung sederhananya adalah membenihkan buliran jagung kemudian disemai ampai umur 11-14 hari dan diberikan kepada kambing dan domba sebagai alternatif pakan yang sangat bergizi.
Dalam praktik budidayanya, fodder jagung sering dikembangkan melalui sistem hidroponik. Menurut Charsity dan Kamela (2021), sistem hidroponik ini umumnya dilakukan secara vertikal di ruang yang terkontrol, di mana suhu, kelembapan, dan pencahayaan dapat dijaga secara optimal. Teknik budidaya ini memberikan sejumlah keuntungan signifikan, khususnya bagi peternak yang memiliki keterbatasan lahan. Dengan sistem hidroponik, peternak dapat menanam dan memanen hijauan dalam ruang yang sempit, bahkan di daerah perkotaan, tanpa harus bergantung pada tanah atau lahan luas. Selain itu, sistem ini juga mudah dipantau, lebih ramah lingkungan, serta mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi (Rayani., dkk 2021). Proses penanaman fodder dilakukan dengan cara menumbuhkan biji jagung hingga berkecambah menggunakan media air yang diperkaya dengan unsur hara esensial. Dengan metode ini, tanaman dapat tumbuh dengan cepat dan siap panen dalam waktu singkat, biasanya hanya dalam beberapa hari saja (Reni, dkk., 2023). Keunggulan inilah yang menjadikan teknologi fodder sangat relevan untuk diterapkan, terutama saat musim kemarau, ketika ketersediaan hijauan di alam menurun drastis. Satria dkk. (2022) menekankan bahwa teknologi ini sangat cocok digunakan oleh peternak di daerah urban yang memiliki keterbatasan ruang, seperti peternak kambing dan domba.
Perkembangan teknologi pada saat ini semakin hari semakin meningkat,manusia selalu ingin menerapkan sebuah alat ataupun teknologi yang dapat membantu pekerjaan manusia,sehinga teknologi menjadi kebutuhan bagi manusia. Internet of Things merupakan teknologi yang bertujuan untuk menghubungkan dan bertukar data dengan perangkat dan sistem lain melalui internet. Internet of Things berguna untuk menghadapi permasalahan yang masih menggunakan sistem konvesional menjadi sistem otomatis. Dalam bidang pertanian internet of things dapat dimanfaatkan untuk tujuan peningkatan hasil yang jauh lebih baik serta efesiensi waktu yang lebih maksimal. Pengoprasian pompa air untuk penyiraman tanaman otomatis adalah teknik penyiraman modern tanpa menggunakan tenaga manusia sebagai peran utamanya. Penyiraman secara rutin dan kandungan air yang cukup akan mendapatkan nutrisi yang terukur untuk meningkatkan kualitas tanaman. Penyiraman tanaman merupakan suatu kegiatan yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan dikarenakan memerlukan asupan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis dalam memperoleh kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Petani biasanya melakukan penyiraman secara manual dengan memberikan air sesuai jadwal, namun cara ini tidak efektif sama sekali karena membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Pemilik juga tidak bisa meninggalkan tanaman dalam waktu lama karena tanaman akan kekurangan air yang menyebabkan tanaman layu dan mati.
Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengolah limbah air wudu, dengan menggunakan metode pengendapan, sehingga limbah air wudhu dapat dimanfaatkan kembali agar tidak terbuang sia-sia, dengan harapan dapat membantu mengatasi ketersediaan air ketika musim kemarau dan tidak menjadi hambatan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan peternakan. Serta merancang sebuah sistem yang dapat melakukan pengontrolan dan penyiraman tanaman secara otomatis serta dapat dimonitoring secara realtime melalui Perangkat Smart Phone.
Keunggulan kecambah jagung sebagai pakan ternak ruminansia sebagai berikut:
Nama | : | Adita Windiarti, S.Pd. |
Alamat | : | Jl. Raya Purwodadi – Solo KM.07 Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan 58171 |
No. Telepon | : | 082 137 373 556 |