RUSUN TINGGI PERU atau Rumah Susun Kepiting sebagai Peningkatan Ekonomi Sirkular di Kutawaru adalah inovasi budidaya kepiting cangkang lunak yang dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar Kelurahan Kutawaru seperti palet dan galon bekas yang dikumpulkan di bank sampah Abhipraya. Kepiting yang dibudidayakan yaitu adalah jenis Kepiting Cangkang Lunak. Budidaya kepiting cangkang lunak ini dipilih karena terdapat habitat kepiting cangkang lunak di Kelurahan Kutawaru, proses budidaya yang dilakukan relatif cepat, serta belum banyak daerah yang mengembangkan budidaya ini. Teknologi budidaya kepiting cangkang lunak memilki periode waktu pemeliharaan yang relative singkat yakni berkisar antara 15-30 hari dengan tingkat kematian yang rendah yakni berkisar antara 10-20%. Proses budidaya kepiting ini dilaksakan di belakang rumah warga dan dikelola langsung oleh ibu-ibu masyarakat Kelurahan Kutawaru. Diharapkan budidaya kepiting cangkang lunak ini dapat menjadi salah satu ciri khas Kelurahan Kutawaru berdampak pada terwujudnya ekonomi sirkular bagi masyarakat di Kelurahan Kutawaru. Dalam hal ini, masyarakat di Kutawaru dapat melakukan proses pengolahan sampah non organik khususnya Galon bekas isi ulang air mineral yang berasal dari sampah masyarakat setempat yang dikumpulkan di Bank Sampah Abhipraya sebagai tempat pembesaran kepiting cangkang lunak yang menjadi ikon Kampung Kepiting untuk kemudian dapat menjadi salah satu sarana peningkatan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut. Dengan adanya hal ini, maka diharapkan pula dapat menjadi sarana terwujudnya zero waste pada Kelurahan Kutawaru.
Akses yang sulit di wilayah Kutawaru membuat banyak anak di wilayah Kutawaru tidak dapat melanjutkan pendidikan dari SMP ke Tingkat selanjutnya dikarenakan biaya transportasi perahu menyebrang untuk setiap harinya yang memakan lumayan cukup besar. Jika tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SMP, maka akan menyebabkan meningkatnya angka pengangguran. Sebagian orang tua dari mereka menyarankan untuk menjadi pekerja migran Indonesia. Perempuan menjadi Tenaga Kerja Indonesia/ TKI dan laki-laki menjadi Anak Buah Kapal/ ABK. Jumlah mantan ABK di Kelurahan Kutawaru mencapai kurang lebih 600 orang. Di samping itu, perubahan kondisi lingkungan dalam hal ini cuaca yang tidak menentu serta adanya kerusakan mangrove yang luar biasa semakin hari sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat Kutawaru. Hal tersebut menyebabkan sulitnya nelayan Kutawaru mencari ikan, jika ada harus mencari jauh dan memerlukan biaya operasional yang tinggi. Salah satu upaya nyata yang dapat mengatasi solusi di Kutawaru yakni pembentukan RUSUN TINGGI PERU atau Rumah Susun Kepiting sebagai Peningkatan Ekonomi Sirkular di Kutawaru merupakan inovasi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada di Kelurahan Kutawaru.
Pembentukan RUSUN TINGGI PERU memanfaatkan serta mengkolaborasikan kearifan lokal dengan pemberdayaan masyarakat asli yang tinggal di Kutawaru untuk dapat dikembangkan menjadi sumber perekonomian baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini sekaligus dapat mengatasi permasalahan kurangnya lapangan kerja yang ada di Kabupaten Cilacap, terutama bagi masyarakat di Kelurahan Kutawaru itu sendiri. RUSUN TINGGI PERU berdampak pada terwujudnya ekonomi sirkular bagi masyarakat di Kelurahan Kutawaru. Dalam hal ini, masyarakat di Kutawaru dapat melakukan proses pengolahan sampah non organik khususnya galon bekas isi ulang air mineral yang berasal dari sampah masyarakat setempat yang dikumpulkan di Bank Sampah Abhipraya sebagai tempat pembesaran kepiting cangkang lunak yang menjadi ikon Kampoeng Kepiting untuk kemudian dapat menjadi salah satu sarana peningkatan perekonomian masyarakat di wilayah tersebut. Dengan adanya hal ini, maka diharapkan pula dapat menjadi sarana terwujudnya zero waste pada Kelurahan Kutawaru.
Keunggulan Inovasi RUSUN TINGGI PERU :
1. Bahan baku yang digunakan berbasis lokal serta ramah lingkungan yaitu pemanfaatan galon bekas dan limbah pallet kayu.
2. Teknologi budidaya kepiting cangkang lunak mudah diterapkan di belakang rumah warga
3. Proses budidaya relatif cepat singkat yakni berkisar antara 15-30 hari dengan tingkat kematian yang rendah
4. Belum banyak daerah yang mengembangkannya
5. Skala investasi dan manajemen terjangkau oleh masyarakat
6. Manfaat yang berkelanjutan serta keberlangsungan untuk sirkuler ekonomi masyarakat Kutawaru
Nama | : | Rato, A.Md. |
Alamat | : | Jalan Nusa Puring No 24 RT 03/05 Kelurahan Kutawaru, Cilacap Tengah, Cilacap |
No. Telepon | : | 0816578067 |