Kurikulum Merdeka menuntut pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan individual siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Namun, masih rendahnya tingkat literasi dan keterampilan abad ke-21 (4C: critical thinking, creativity, collaboration, communication) di SMP Negeri 2 Satu Atap Pagedongan menjadi tantangan utama. Sebagai solusi, dikembangkan model pembelajaran inovatif bernama Request Express (Reading, Questioning, Experimenting, Presenting), yang berakar pada pendekatan sistematik Dick & Carey dan berorientasi pada pembelajaran aktif serta reflektif. Model ini mengintegrasikan pendekatan berbasis aktivitas dan prinsip pembelajaran berdiferensiasi, serta menggunakan berbagai media digital seperti Modul ajar digital,video pembelajaran, dan LKPD digital. Validasi model dilakukan melalui telah ahli, uji coba terbatas, serta uji lapangan sebagai bagian dari evaluasi formatif. Hasil uji coba dan penerapan tahun 2023 menunjukkan peningkatan literasi siswa dari 35,12% menjadi 46,79% dan keterampilan 4C (berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif) dari 60,20% menjadi 71,87%. Selain itu, model ini juga mendukung dimensi kesejahteraan belajar siswa secara emosional, sosial, dan kognitif sesuai dengan teori PERMA (Positive Emotion, Engagement, Relationships, Meaning, Accomplishment) oleh Seligman. Model Request Express memiliki potensi replikasi yang tinggi karena mudah diterapkan oleh guru lain dengan modifikasi kontekstual. Inovasi ini telah menjangkau lebih dari 10 guru di wilayah Kabupaten Banjarnegara melalui pengimbasan, serta terbukti ramah terhadap kebutuhan siswa disabilitas. Dengan demikian, model ini mampu mewujudkan pembelajaran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan belajar siswa secara holistic.
Kata Kunci: Request Express, 4C, pembelajaran inklusif, kesejahteraan belajar, Dick & Carey, PERMA.
Dalam era Kurikulum Merdeka yang berfokus pada pengembangan kompetensi individual dan keunggulan siswa, tantangan utama dalam dunia pendidikan adalah menyiapkan pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan belajar yang beragam. Data nasional dan lokal menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif siswa masih tergolong rendah. Studi oleh Fuad et al. (2015) dan Zubaidah et al. (2017) mencatat bahwa skor kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa berada di kisaran 26-27%, dan literasi sains hanya 25%. Demikian pula, laporan mutu SMP Negeri 2 Satu Atap Pagedongan tahun 2022 menunjukkan capaian literasi membaca hanya 6,67% dan numerasi 2,22%, yang keduanya masuk kategori “Perlu Intervensi Khusus. Kondisi rendahnya keterampilan abad ke-21 diperparah oleh keberagaman gaya belajar siswa (visual, auditori, kinestetik), termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau disabilitas, yang belum sepenuhnya terfasilitasi dalam pembelajaran konvensional. Hal ini menuntut guru untuk berinovasi dalam menerapkan metode pembelajaran yang adaptif agar mampu mengakomodasi karakteristik setiap siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi pembelajaran yang tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif (4C), tetapi juga memperhatikan dimensi kesejahteraan belajar siswa secara menyeluruh. Mengacu pada teori PERMA oleh Seligman (2011), kesejahteraan belajar mencakup lima komponen: Positive Emotion (emosi positif yang tumbuh dalam lingkungan belajar yang menyenangkan), Engagement (keterlibatan aktif dalam aktivitas bermakna), Relationships (hubungan sosial yang suportif antar siswa), Meaning (pembelajaran yang bermakna dan relevan dengan kehidupan), dan Accomplishment (perasaan berhasil melalui pengakuan atas usaha siswa). Dengan demikian, model pembelajaran yang dikembangkan perlu menciptakan suasana belajar yang mendukung perkembangan keterampilan 4C sekaligus memperkuat kesejahteraan emosional, sosial, dan kognitif siswa.
Sebagai solusi dari permasalahan pembelajaran, dikembangkan Model Request Express, yaitu model inovatif yang terdiri dari empat tahap: Reading (Guru memfasilitasi literatur, siswa membaca) , Questioning (Guru memandu pertanyaan, siswa membuat dua pertanyaan (satu dijawab, satu tidak) , Experimenting (Guru membimbing desain kegiatan, siswa berdiskusi dan merancang), dan Presenting (Guru memberi kesempatan menyampaikan hasil, siswa mengomunikasikan temuan ). Model ini dapat diterapkan di berbagai mata pelajaran untuk melatih berpikir kritis dan kreatif, mendorong kolaborasi, serta meningkatkan kemampuan komunikasi siswa sesuai gaya belajar mereka.
Inovasi ini dikembangkan berdasarkan model desain pembelajaran Dick & Carey (2009), melalui tahap analisis kebutuhan, perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan instrumen evaluasi, pengembangan strategi, dan uji coba empiris. Validasi dilakukan oleh pakar dan pengawas pendidikan, sedangkan implementasi uji coba terbatas dilakukan pada siswa kelas menengah pertama.
Hasil implementasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam capaian literasi dan keterampilan 4C siswa dari 35,12% menjadi 46,79% dan keterampilan 4C (berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif) dari 60,20% menjadi 71,87%.Selain itu, model ini terbukti efektif dalam menciptakan suasana belajar yang inklusif dan setara, terutama bagi siswa dengan disabilitas. Keberhasilan tersebut mendorong replikasi model ke sekolah lain sebagai bentuk diseminasi inovasi. Dengan demikian, model Request Express berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan belajar siswa secara holistic.
Model Request Express (Reading, Questioning, Experimenting, Presenting) menghadirkan pendekatan inovatif berbasis keterampilan abad 21 (4C) melalui tahapan yang terstruktur dan sistematis. Berbeda dengan Inquiry Learning yang menekankan proses penemuan mandiri oleh siswa. Request Express memandu peserta didik secara bertahap mulai dari membaca untuk memahami konsep awal, bertanya untuk menggali masalah, bereksperimen untuk membuktikan atau menguji ide, hingga mempresentasikan hasil untuk melatih komunikasi dan kolaborasi. Keunggulan lainnya adalah integrasi pendekatan diferensiasi dan inklusivitas, yang belum terakomodasi dalam Inquiry Learning secara menyeluruh. Request Express memberi ruang bagi berbagai gaya belajar (visual, auditori, kinestetik) termasuk siswa dengan kebutuhan khusus, sehingga pembelajaran menjadi lebih adaptif, menyenangkan, dan bermakna untuk semua peserta didik.
Nama | : | Yayuk Sugiyarti, S.P.,M.Si |
Alamat | : | SMP N 2 Satu Atap Pagedongan, Jl Raya Banjarnegara-Kebumen Km 16 Pagedongan Banjarnegara |
No. Telepon | : | 082134399019 |