Beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia yang belum tergantikan oleh komoditas tanaman Pangan lainnya. Ada berbagai macam tekstur dan rasa nasi yang didapat dari berbagai varietas padi yang tersebar dan berkembang di Indonesia. Ada rasa nasi yang pera dan rasa nasi yang pulen.
Rasa nasi pera dan pulen dipengaruhi oleh kandungan amilosa dan amilopektin. Di daerah terentu rasa nasi yang pera lebih disukai masyarakat setempat. Disis lain Rasa nasi yang pulenlah sangat disukai oleh masyarakat Wonosobo. Beberapa varietas yang ditanam dan diminati oleh petani dan konsumen wonosobo adalah beras dengan rasa pulen sebagai contoh beras varietas barito.
Akan tetapi semakin lama, kualitas beras barito sudah berubah, tidak seperti hampir 2 dekade yang lalu saat awal di launching. Berangkat dari hal tersebut seorang petani dari sribit wonolelo menyilangkan padi ketan emas yang merupakan padi ketan varietas dalam yang rasa nasi ketannya wangi, lengket, dan empuk dan mentuk wangi yang pulen dan empuk sehingga menjadi padi varietas baru dan diber nama Sri Kawung. Saat ini sri kawung sudah berkembang dan disukai oelh petani karena potensi hasil yang tinggi dan juga disukai konsumen karena rasanya yang enak. Pulen, wangi dan tetap empuk ketika nasi sudah dingin.
Sri Kawung diambil dari nama sungai yang mengalir di daerah perakit padi tersebut yaitu Sungai Kawung dusun Sribit Desa Wonolelo Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo
Saat ini sri kawung tengah dilakukan seleksi dan pemurnian untuk mendapatkan galur murni, yang dilakukan secara swadaya oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sri Handayani Kecamatan Wonosobo dan Kontak Tani Nelayan Andalan Kecamatan Wonosobo.
Beras adalah makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi manusia terutama di kawasan Asia. United States Departement of Agriculture (USDA) mencatat Indonesia merupakan negara konsumen beras terbesar keempat didunia setelah Bangladesh. India dan Cina sebagai negara terbanyak mengkonsumsi beras. Istilah belum kenyang bila belum makan nasi, masih kental melekat pada masyarakat Indonesia.
Menurut Augstburger et al. (2002), spesies Oryza sativa terbagi menjadi tiga subspesis yaitu Japonica, Indica dan Javanica. Japonica merupakan subspesies yang memiliki ukuran gabah yang pendek dan tekstur nasi yang lebih lengket yang berasal dari daerah subtropis (Jepang, Korea dan Cina Utara), sedangkan subspesies Indica ukuran gabah yang panjang dan tekstur nasi yang tidak lengket berasal dari daerah tropis. Subspesies Javanica memiliki ukuran gabah yang sedang, tekstur nasi lengket dan hanya dapat tumbuh di Indonesia.
Dalam penelitiannya, Mardiah et al (2016), mengatakan bahwa orang Jawa (Jawa Tengah dan DIY) cenderung menyukai beras yang putih dan pulen. Beras pulen ditandai dengan kandungan amilosa yang rendah, konsistensi gel sedang dan suhu gelatinisasi. Semakin tinggi kadar amilosa beras maka nasi cenderung pera,sebaliknya apabila kadar amilosa rendah maka tekstur nasi akan lengket dan pulen. Sementara konsistensi gel berkontribusi pada cepat keras atau tidaknya nasi ketika dingin.
Dari preferensi konsumen di Jawa Tengah yang menginginkan tekstur nasi yang pulen, wangi dan empuk Ketika dingin, maka seorang petani Bernama Pak Tukijap yang berasal dari Dusun Sribit desa Wonolelo mencoba merakit padi ketan mas yang dikenal pulen dan lengket dengan padi mentik wangi yang wangi dan empuk. Dengan harapan padi baru nanti punya idiotipe pulen, wangi, dan empuk.
Sejak disilangkan di tahun 2020 sri kawung sudah banyak diterima oleh masyarakat kecamatan wonosobo terutama di daerah sekitar tempat tinggal pak tukijap. Bahkan sampai ke kecamatan kretek dan kecamatan Selomerto Demikian pula berasnya sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat wonosobo. Konsumen merasa cocok dengan rasa dan kualitas berasnya, sehingga terus memesan beras sri kawung yang peredarannya masih terbatas.
Dengan demikian, patut kiranya Sri kawung menjadi salah satu varietas unggulan milik kabupaten Wonosobo. Meskipun kita memililiki lahan sawah yang luas dan juga konsumen beras dari jenis beras yang premium, tetapi belum ada satupun varietas padi yang bersertifkat yang dimiliki oleh kabupaten Wonosobo
Deskripsi varietas padi Sri Kawung
Asal Usul |
: |
Mentik Wangi dan Ketan Mas |
Golongan |
: |
Cere |
Umur Tanaman
|
|
+/- 85 hst 130 hst |
Bentuk tanaman |
|
Tegak |
Tinggi tanaman |
|
120 cm |
Jumlah Gabah isi permalai |
|
+/- 100 |
Anakan produktif |
|
21 |
Warna Kaki |
|
Hijau |
Warna Batang |
|
Hijau |
Warna Helai Daun |
|
Hijau |
Permukaan Daun |
|
Sedang |
Posisi Daun Bendera |
|
Tegak |
Bentuk Gabah |
|
Bulat |
Warna Gabah |
|
Kuning Jerami |
Warna Ujung Gabah |
|
Kuning Jerami |
Warna beras pecah kulit |
|
Cokelat muda |
Warna beras sosoh |
|
Putih |
Bentuk beras |
|
Kecil |
Kerontokan |
|
Sedang |
Kerebahan |
|
Sedang |
Potensi hasil |
|
8 ton/ha GKG |
Rata-rata hasil |
|
6,82 ton GKG |
Tekstur nasi |
|
Pulen |
Rendemen beras pecah kulit |
|
70 % |
Rendemen beras giling |
|
47-50 % |
Rendemen Beras kepala |
|
97,5 % |
Butir kapur beras/beras mengapur |
|
2,5 % |
Aroma |
|
Pandan |
Ketahanan terhadap hama |
|
Wereng batang coklat |
Ketahanan terhadap penyakit |
|
Blas Hawar daun bakteri Tungro |
Sri Kawung secara anatomi memiliki malai yang lebih panjang dibandingkan padi varietas lain. Sehingga produktivitasnya lebih tinggi. Dari rata-rata hasil ubinan yang dilakukan oleh BPP Sri Handayani pada kurun waktu tahun 2023 sampai dengan tahun 2024 didapatkan hasil yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel Perbandingan Produktivitas Sri Kawung dengan Padi Varietas lain
No |
Varietas |
Ubinan (kg) |
GKP (ton/ha) |
GKG (ton/ha) |
1 |
Sri Kawung |
5,12 |
8,192 |
6,820 |
2 |
Bengawan |
4,75 |
7,567 |
6,300 |
3 |
Ciherang |
4,22 |
6,752 |
5,940 |
4 |
Mentik Wangi |
4,46 |
7,136 |
5,620 |
5 |
Sri Begaluh |
4,3 |
6,880 |
5,720 |
Sumber : Data Primer BPP Sri Handayani
Nama | : | Tukijap |
Alamat | : | Jalan Lingkar Selatan No 17 Rojoimo Wonosobo |
No. Telepon | : | 082314311137 |