Sektor pertanian di Betahwalang, Kabupaten Demak, sangat bergantung pada penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan, yang berdampak negatif terhadap kualitas tanah dan lingkungan. Di sisi lain, limbah cangkang rajungan dari industri perikanan lokal belum dimanfaatkan secara optimal dan menimbulkan masalah penumpukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah cangkang rajungan menjadi produk bernilai tambah berupa pupuk organik cair berteknologi nano (NANOCRAB) sebagai upaya mendukung pembangunan Industri Hijau di Desa Betahwalang. Limbah cangkang rajungan yang melimpah mengandung kitin, suatu polimer pembuatan NANOCRAB yang melibatkan ekstraksi kitin dari cangkang rajungan yang diikuti dengan pembentukan nanopartikel kitosan. Nanopartikel kitosan mempunyai luas permukaan yang besar, sehingga mampu meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi oleh tanaman. Melalui proses nanoteknologi, nutrisi esensial seperti kitin, kalsium, dan mineral lainnya dari cangkang rajungan diubah menjadi partikel berukuran nano, meningkatkan efisiensi penyerapan oleh tanaman secara signifikan.
Pengembangan NANOCRAB bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan dan pertanian secara simultan. Uji coba awal menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas hasil panen pada berbagai jenis komoditas pertanian. Selain itu, NANOCRAB mendukung praktik industri hijau di Desa Betahwalang dengan mendorong sirkularitas sumber daya dan mengurangi jejak karbon. Inisiatif ini diharapkan dapat memberdayakan petani, menciptakan peluang ekonomi baru dari pengelolaan limbah, dan memposisikan Betahwalang sebagai pelopor dalam pengembangan pertanian berkelanjutan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NANOCRAB memiliki potensi yang sangat baik sebagai pupuk organik cair. Selain memberikan manfaat pertanian, produksi NANOCRAB juga dapat berkontribusi pada pengelolaan limbah yang berkelanjutan dan pengembangan ekonomi masyarakat di Betahwalang.
Kata kunci: limbah rajungan, nanopartikel kitosan, pupuk organik cair, industri hijau
Sektor pertanian di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir seperti Kabupaten Demak, menghadapi tantangan signifikan terkait keberlanjutan dan produktivitas. Salah satu masalah utama adalah ketergantungan pada pupuk kimia anorganik yang berlebihan. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dan tidak terkontrol telah terbukti menyebabkan degradasi kualitas tanah, pencemaran air, penurunan keanekaragaman hayati mikroba tanah, serta residu kimia pada hasil pertanian yang berpotensi membahayakan kesehatan konsumen. Akibatnya, keberlanjutan lahan pertanian terancam dan kesejahteraan petani dalam jangka panjang dapat menurun.Di sisi lain, Desa Betahwalang, Kabupaten Demak, sebagai daerah pesisir, memiliki potensi besar dari limbah cangkang rajungan (Portunus pelagicus). Industri pengolahan rajungan menghasilkan limbah cangkang dalam jumlah besar yang seringkali hanya dibuang atau belum termanfaatkan secara optimal. Penumpukan limbah ini menimbulkan masalah lingkungan berupa bau tidak sedap dan potensi pencemaran, serta menjadi peluang ekonomi yang terabaikan. Padahal, cangkang rajungan kaya akan kitin dan mineral esensial yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.Masyarakat dan petani di Desa Betahwalang membutuhkan solusi yang mampu menjawab kedua permasalahan ini secara simultan: mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang merusak lingkungan dan kesehatan, sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan limbah lokal yang melimpah. Kebutuhan akan pupuk organik yang efektif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan menjadi sangat mendesak untuk mewujudkan pertanian yang lebih hijau dan meningkatkan nilai tambah limbah perikanan.
Penelitian ini mengusulkan solusi inovatif melalui pengembangan NANOCRAB, yaitu produk pupuk organik cair yang diformulasikan dari limbah cangkang rajungan dengan aplikasi teknologi nano. Solusi ini berupaya menjawab kebutuhan masyarakat dengan beberapa keunggulan:
Penggunaan bahan organik sebagai pupuk telah dikenal sejak lama, namun inovasi terus berkembang seiring dengan pemahaman ilmiah yang lebih dalam. Awalnya, pupuk organik lebih banyak berbentuk padat dari kompos atau pupuk kandang. Seiring waktu, riset mengarah pada pengembangan pupuk organik cair (POC) untuk kemudahan aplikasi dan penyerapan yang lebih cepat. Namun, POC konvensional masih memiliki keterbatasan dalam hal stabilitas, konsentrasi nutrisi, dan efisiensi penyerapan oleh tanaman.
Inovasi selanjutnya muncul dengan pemanfaatan limbah biomassa. Limbah perikanan, termasuk cangkang krustasea, telah lama diketahui mengandung senyawa bioaktif seperti kitin, kitosan, dan mineral penting. Riset awal menunjukkan potensi ekstrasi senyawa ini untuk berbagai aplikasi, termasuk pertanian. Namun, proses konvensional seringkali belum mampu mengoptimalkan ketersediaan nutrisi ini bagi tanaman.
Sejarah inovasi pupuk mencapai titik baru dengan munculnya nanoteknologi di bidang pertanian (nano-agrikultur). Konsep pengaplikasian partikel berukuran nano untuk meningkatkan efisiensi pupuk, pestisida, atau agen pengendali hayati mulai banyak diteliti. Partikel nano memungkinkan pelepasan nutrisi secara bertahap (slow-release), perlindungan nutrisi dari degradasi, serta peningkatan penetrasi ke dalam jaringan tanaman.
NANOCRAB merupakan wujud dari evolusi inovasi ini, menggabungkan potensi sumber daya lokal (limbah cangkang rajungan) dengan kemajuan teknologi mutakhir (nanoteknologi) untuk menciptakan pupuk organik cair yang tidak hanya efektif dan ramah lingkungan, tetapi juga efisien dan berkelanjutan. Pengembangan produk ini berakar pada prinsip ekonomi sirkular dan komitmen terhadap pencapaian industri hijau, khususnya di Desa Betahwalang, Kabupaten Demak.
Prospek dari produk NANOCRAB ini sangat meyakinkan, disamping kepraktisan produk ini, penggunaannya juga mudah dipahami;
Produk ini menyasar pada semua elemen pertanian, dari para petani sudah berpengalaman sampai para petani yang masih pemula;
Pengaplikasian sangat mudah dipahami, sehingga bagi para petani pemula tidak perlu melakukan penakaran lagi;
Adanya NANOCRAB ini, diharapkan dapat menyerap limbah daripada industri yang bergerak dalam sektor olahan rajungan, karena bahan baku produk ini adalah cangkang rajungan itu sendiri;
Adanya produk ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dari petani sehingga meningkatkan pendapatan daripada petani itu sendiri, juga diharapkan dapat menyerap para tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran;
Terjadinya kesinambungan antar pelaku industri di Wilayah Bonang khususnya Wilayah Betahwalang.
Nama | : | Hannatun Nusroh |
Alamat | : | Jl. Moro-Demak, Desa Tridonorejo, Kec. Bonang, Kab. Demak |
No. Telepon | : | 088233414402 |