Perkembangan era digital telah memberikan kemudahan akses informasi melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Facebook. Namun, derasnya arus globalisasi menyebabkan generasi muda lebih akrab dengan budaya asing dibandingkan budaya lokal, termasuk di Kota Kudus, Jawa Tengah. Kota ini memiliki kekayaan warisan budaya dan kearifan lokal yang meliputi tempat bersejarah, tradisi tahunan, kuliner, bahasa, dan kesenian. Namun, minimnya minat generasi muda terhadap budaya lokal menyebabkan banyak tradisi dan praktik budaya mulai tersisih. Stigma bahwa budaya lokal adalah sesuatu yang "kuno" semakin menguat akibat dominasi budaya luar serta kurangnya inovasi dalam metode edukasi di sekolah. Maka perlu adanya inovasi edukatif yang interaktif dan modern untuk meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap budaya lokal. Kudus Arcade hadir sebagai solusi dengan mengembangkan kartu pintar berbasis teknologi Augmented Reality (AR) yang memperkenalkan budaya Kudus secara interaktif dan menarik. Dengan memindai kartu pintar menggunakan aplikasi Assemblr EDU, pengguna dapat melihat objek budaya dalam bentuk tiga dimensi, disertai penjelasan audio yang interaktif tentang sejarah, makna, dan keunikan budaya tersebut. Pengujian terhadap pengguna menunjukkan bahwa Kudus Arcade mampu meningkatkan pemahaman dan ketertarikan generasi muda terhadap budaya lokal secara signifikan. Inovasi ini diharapkan menjadi media edukasi yang efektif dalam pelestarian budaya lokal dengan pendekatan berbasis teknologi yang sesuai dengan tren digital saat ini.Terbukti ketika setelah menggunakan uji coba kepada kelas kontrol yang hanya diberi penjelasan dengan power point memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen menggunakan kartu KUDUS ARCADE yang mencakup warisan budaya lokal kota Kudus.
Keyword : Augmented reality, Kebudayaan, Kartu Pintar, Kota Kudus
Perkembangan zaman pada era digital saat ini telah memberikan kemudahan kepada manusia dalam mengakses berbagai informasi dari penjuru dunia. Fenomena ini didukung dengan adanya berbagai platform sosial media yang menyediakan informasi dan hiburan yang bersifat cepat dan langsung seperti Instagram, Tik Tok, You Tube, dan Facebook. Namun di sisi lain, Era Globalisasi yang semakin deras menjadikan generasi muda lebih akrab dengan tren dan kebudayaan asing dibandingkan dengan kebudayaan Indonesia. Kondisi ini telah banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia, termasuk kota kudus, Jawa Tengah.
Kudus merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki kekayaan peninggalan warisan budaya dan Kearifan lokal sebagai identitas. Kebudayaan dan kearifan lokal di kota kudus dapat beragam wujudnya seperti tempat bersejarah, tradisi tahunan, kuliner, Bahasa, karya seni dan masih banyak lagi. Namun minimnya minat generasi muda untuk mengenal kebudayaan dan kearifan lokal menyebabkan posisinya semakin tersisih dan terlupakan. Akibatnya, banyak tradisi, bahasa daerah, kesenian, serta praktik budaya yang lambat laun tergerus oleh arus globalisasi. Jika kondisi ini terus berlanjut, warisan budaya yang seharusnya menjadi identitas dan kebanggaan bangsa berisiko punah dan meninggalkan generasi mendatang tanpa akar sejarah yang kuat.
Banyak generasi muda sekarang yang masih menyematkan stigma “kuno” terhadap kebudayaan dan kearifan lokal di Indonesia. Stigma ini muncul dikarenakan adanya dominasi budaya luar dan globalisasi. Generasi muda yang terbiasa terpapar oleh budaya luar dan globalisasi akan membuat budaya lokal terasa “kurang keren” dibandingkan dengan budaya luar yang lebih modern dan viral. Selain itu, Minimnya inovasi dan edukasi pelestarian budaya di sekolah memperkuat stereotip sosial di kalangan generasi muda. Kegiatan pelestarian budaya yang dikemas secara tradisional tanpa sentuhan teknologi atau kreativitas baru cenderung dianggap membosankan, sehingga semakin menjauhkan minat mereka terhadap budaya dan kearifan lokal.
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam mengatasi permasalahan rendahnya kesadaran dan apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan lokal dibutuhkan inovasi edukatif yang bersifat enteraktif dan modern sebagai media pembelajaran pelestarian kebudayaan dan kearifan lokal. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah pengembangan KUDUS ARCADE, sebuah kartu pintar berbasis teknologi Augmented Reality (AR) yang bertujuan memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal Kota Kudus secara interaktif dan menarik bagi generasi muda. KUDUS ARCADE dirancang untuk menghadirkan pengalaman belajar yang imersif. Dengan memindai kartu pintar menggunakan aplikasi AR, pengguna dapat melihat objek budaya dalam bentuk tiga dimensi, disertai penjelasan interaktif tentang sejarah, makna, dan keunikan budaya tersebut. Teknologi ini diharapkan mampu menarik perhatian generasi muda yang akrab dengan dunia digital, sekaligus meningkatkan kesadaran mereka terhadap Pentingnya menjaga warisan budaya.
Berikut adalah beberapa keunggulan dari “KUDUS ARCADE”
Nama | : | Arif Noor Adiyanto |
Alamat | : | Dk. Kauman RT 02/ RW 09, Jekulo, Kudus |
No. Telepon | : | 0895384233335 |