Keamanan pangan dan pertanian berkelanjutan merupakan tantangan utama dalam menghadapi perubahan iklim dan pertumbuhan populasi global. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor pertanian sangat penting untuk mengamankan pasokan pangan di masa depan. Teknologi baru seperti penginderaan jarak jauh, pembelajaran mendalam, dan Internet of Things (IoT) menawarkan peluang besar untuk membuat pengelolaan lahan pertanian lebih efektif dan berkelanjutan. Masalah saat ini adalah kurangnya alat pemantauan yang efisien dan terpadu untuk mendeteksi ancaman terhadap kesehatan tanaman, seperti serangan hama, penyakit, dan kondisi lingkungan yang buruk. Mengandalkan metode tradisional memakan waktu dan sering kali tidak akurat, sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi petani. Ada kebutuhan mendesak akan sistem yang dapat memantau kesehatan aset secara real-time dan memberikan rekomendasi berdasarkan data. Inovasi yang ditawarkan adalah sistem kesehatan pertanian berbasis teknologi pintar yang mengintegrasikan data dari citra satelit Landsat-8, algoritma deep learning, dan Internet of Things. Citra satelit digunakan untuk memantau kondisi lahan pada tingkat makro, sementara perangkat IoT mengumpulkan data mikro seperti kelembapan tanah dan suhu sekitar. Algoritma pembelajaran mendalam digunakan untuk menganalisis data ini untuk deteksi ancaman dini.
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencarian utama. Namun, banyak petani menghadapi kesulitan dalam mendeteksi penyakit atau hama pada tahap awal, yang sering kali berdampak pada hasil panen dan produktivitas pertanian. Selain itu, perubahan iklim juga menjadi ancaman serius dengan memicu cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan suhu yang tidak menentu sehingga menciptakan lingkungan yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman.
Akibatnya, petani cenderung menggunakan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan sebagai solusi instan untuk melindungi tanaman dan mengendalikan hama dengan cepat. Akan tetapi, penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan justru menimbulkan dampak negatif terhadap petani, konsumen, mikroorganisme non-target, maupun lingkungan. Pestisida merupakan bahan kimia bioaktif yang dapat membahayakan kesehatan manusia karena mengandung racun. Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida dalam pekerjaan pertanian, dengan angka kematian mencapai 220.000 jiwa, di mana 80% kasus berasal dari negara berkembang yang hanya menggunakan 25% dari total pestisida global (Sinambela, 2024, hlm.179). Selain itu, pestisida juga merusak mikroorganisme non-target seperti bakteri pelarut fosfat dan pengikat nitrogen (misalnya Rhizobium dan Azotobacter) yang berdampak pada tingkat kesuburan tanah.
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencarian utama. Namun, banyak petani menghadapi kesulitan dalam mendeteksi penyakit atau hama pada tahap awal, yang sering kali berdampak pada hasil panen dan produktivitas pertanian. Selain itu, perubahan iklim juga menjadi ancaman serius dengan memicu cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan suhu yang tidak menentu sehingga menciptakan lingkungan yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman.
Akibatnya, petani cenderung menggunakan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan sebagai solusi instan untuk melindungi tanaman dan mengendalikan hama dengan cepat. Akan tetapi, penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan justru menimbulkan dampak negatif terhadap petani, konsumen, mikroorganisme non-target, maupun lingkungan. Pestisida merupakan bahan kimia bioaktif yang dapat membahayakan kesehatan manusia karena mengandung racun. Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida dalam pekerjaan pertanian, dengan angka kematian mencapai 220.000 jiwa, di mana 80% kasus berasal dari negara berkembang yang hanya menggunakan 25% dari total pestisida global (Sinambela, 2024, hlm.179). Selain itu, pestisida juga merusak mikroorganisme non-target seperti bakteri pelarut fosfat dan pengikat nitrogen (misalnya Rhizobium dan Azotobacter) yang berdampak pada tingkat kesuburan tanah.
Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan analisis data dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi tantangan ini. Teknologi ini dapat menganalisis data secara real-time dan prediktif untuk mengidentifikasi potensi masalah sejak dini dan memberikan rekomendasi berbasis data. Sistem pemantauan kesehatan tanaman berbasis AI mampu memberikan informasi yang akurat dan cepat kepada petani untuk mengambil tindakan pencegahan secara tepat waktu (Pandey, K. et al., 2024, hlm. 4) Dengan demikian, penggabungan teknologi dengan praktik pertanian tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga mengurangi penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Fokus alat ini untuk tanaman padi yang menjadi sumber pangan, diketahui masalah terbesar tanaman padi adalah kekeringan. Mayoritas akan mati apabila terkena kekeringan maka dari itu alat ini membantu petani untuk mengetahui kekeringan yang akan muncul sehingga bisa cepat diatasi dengan mengalirkan air bendungan atau air embung ke lahan persawahan.
Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan analisis data dapat menjadi solusi inovatif untuk mengatasi tantangan ini. Teknologi ini dapat menganalisis data secara real-time dan prediktif untuk mengidentifikasi potensi masalah sejak dini dan memberikan rekomendasi berbasis data. Sistem pemantauan kesehatan tanaman berbasis AI mampu memberikan informasi yang akurat dan cepat kepada petani untuk mengambil tindakan pencegahan secara tepat waktu (Pandey, K. et al., 2024, hlm. 4) Dengan demikian, penggabungan teknologi dengan praktik pertanian tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga mengurangi penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Fokus alat ini untuk tanaman padi yang menjadi sumber pangan, diketahui masalah terbesar tanaman padi adalah kekeringan. Mayoritas akan mati apabila terkena kekeringan maka dari itu alat ini membantu petani untuk mengetahui kekeringan yang akan muncul sehingga bisa cepat diatasi dengan mengalirkan air bendungan atau air embung ke lahan persawahan.
1. Integrasi Teknologi Mutakhir:
Menggabungkan farther detecting, profound learning, dan IoT dalam satu stage terpadu.
Memanfaatkan citra satelit dan ramble untuk pemantauan lahan secara luas dan detail
2. Deteksi Dini yang Akurat:
Mampu mendeteksi penyakit, hama, dan kekurangan nutrisi pada tanaman sejak dini dengan
akurasi tinggi.
Menggunakan show profound learning yang terus belajar dan meningkatkan performa seiring waktu.
Rekomendasi Tindakan Otomatis:
Memberikan rekomendasi pemupukan, irigasi, dan pengendalian hama berbasis information real- time.
Membantu petani mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
Pemantauan Real-Time:
Memungkinkan pemantauan kondisi tanaman dan lingkungan secara real-time melalui sensor IoT.
Information dapat diakses kapan saja melalui aplikasi versatile atau web.
Penghematan Biaya dan Sumber Daya:
Mengoptimalkan penggunaan discuss, pupuk, dan pestisida sehingga mengurangi biaya operasional.
Mencegah kerugian akibat gagal panen melalui deteksi dini masalah.
Skalabilitas dan Adaptabilitas:
Dapat diterapkan di berbagai skala, mulai dari lahan kecil hingga besar.
Kompatibel dengan berbagai jenis tanaman dan kondisi geografis.
Ramah Lingkungan:
Mendukung pertanian berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia berlebihan.
Mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam seperti discuss dan tanah.
Antarmuka Pengguna yang Mudah Digunakan:
Dilengkapi dengan aplikasi versatile dan web yang user-friendly.
Menyediakan dashboard visualisasi information yang intuitif untuk memudahkan pemantauan.
Nama | : | DICKY ARDIANSYAH |
Alamat | : | Pladen rt4/5, Jekulo kab Kudus |
No. Telepon | : | 083837247151 |