TrashIQ : Smart Waste Separator Berbasis Arduino dan Infrared Technology untuk Mendukung Circular Economy Rumah Tangga

Pengelolaan sampah yang belum optimal masih menjadi tantangan besar di Indonesia, terutama akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumbernya. Untuk mengatasi masalah tersebut, dirancanglah sebuah inovasi teknologi berupa tempat sampah otomatis yang dapat membuka tutup secara mandiri serta memilah sampah organik dan anorganik secara otomatis.

Tempat sampah ini dilengkapi dengan sensor gerak (PIR) untuk membuka tutup tanpa sentuhan, serta sensor kelembapan, warna, dan berat yang terintegrasi dengan mikrokontroler untuk mengenali jenis sampah dan mengarahkannya ke wadah yang sesuai. Pengujian sistem menunjukkan tingkat akurasi pemilahan di atas 85% dalam berbagai kondisi lingkungan.

Inovasi ini selaras dengan beberapa poin Asta Cita Prabowo, antara lain revolusi mental dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui edukasi lingkungan dan teknologi, serta mendukung pembangunan ekonomi hijau dan kemandirian dalam pengelolaan limbah domestik.

TrashIQ ini diharapkan mampu menjadi solusi praktis yang dapat diterapkan di berbagai tempat seperti rumah tangga, sekolah, perkantoran, dan fasilitas umum. Selain membantu mengurangi beban TPA, teknologi ini juga diharapkan dapat membentuk kebiasaan masyarakat dalam memilah sampah dengan benar sejak awal. Dengan menggabungkan aspek teknologi, pendidikan, dan lingkungan, alat ini menjadi wujud nyata kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang bersih dan mandiri secara lingkungan. Selain itu, tujuan kami yaitu ingin menciptakan Sustainable Development Goals (SDG) yang berkualitas dan merata di Indonesia dan mendukung, di Circular Economy di mana sampah tidak menjadi beban melainkan potensi sumber penghasilan baru.

Sampah masih menjadi permasalahan serius di Indonesia, terutama sampah rumah tangga yang sering dibuang tanpa pemilahan. Data KLHK menunjukkan jutaan ton sampah dihasilkan setiap tahun, mayoritas dari rumah tangga. Minimnya kesadaran dalam memilah sampah menyebabkan peningkatan volume sampah campuran di TPA. Contohnya, Kabupaten Kudus sempat mengalami darurat sampah awal 2025 akibat penyegelan TPA Tanjungrejo. Produksi sampah harian mencapai 200 ton, sedangkan luas TPA hanya 5,25 hektare, menyebabkan penumpukan sampah di TPS. Hal ini diperparah dengan tidak adanya sistem pemilahan sampah yang praktis di tingkat rumah tangga.

Menanggapi masalah tersebut, kami mengembangkan TrashIQ: Smart Waste Separator Berbasis Arduino dan Infrared Technology yang dapat membuka tutup secara otomatis serta memilah sampah organik dan anorganik secara mandiri. Produk ini berbeda dari tempat sampah konvensional karena menggunakan sensor dan mikrokontroler, serta dibuat dari bahan daur ulang yang ramah lingkungan dan memiliki desain estetis. Berdasarkan survei Google Form, 80% responden usia 28–50 tahun menginginkan tempat sampah yang modern dan menarik. Dibandingkan kompetitor seperti CITIHOME, TrashIQ unggul dari sisi teknologi, desain modular, dan daya tarik visual.

Inovasi ini bertujuan mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, sekaligus mendukung tujuan SDGs dan ekonomi sirkular di tingkat rumah tangga. TrashIQ diharapkan menjadi solusi praktis, edukatif, dan berkelanjutan, sekaligus mendukung visi pembangunan nasional dalam peningkatan kualitas SDM dan lingkungan melalui teknologi tepat guna.

Produk tempat sampah resin dengan sensor otomatis memiliki berbagai keunggulan yang menjadikannya inovatif dan bermanfaat dalam berbagai aspek. Dari segi lingkungan, produk ini ramah lingkungan karena memanfaatkan sampah bekas sebagai bahan utama, sehingga mengurangi limbah sekaligus melakukan upcycle mengubah sampah tak terpakai menjadi barang fungsional dan bernilai estetik. Secara fisik, panel resin yang dicampur dengan sampah menghasilkan material yang kuat, dan tidak mudah untuk rusak. Dari sisi desain, tampilannya modular dan estetik, dengan pilihan warna-warni atau transparan dari campuran sampah yang memberikan efek dekoratif. Selain itu, struktur panel bisa dibongkar pasang, cara membuatnya fleksibel dan mudah diatur.

            Produk ini juga hemat energi karena sistem sensornya menggunakan daya kecil dan dapat disambungkan ke baterai atau panel surya mini. Proses perakitannya pun 

sederhana, cukup menggunakan alat tangan biasa tanpa perlu alat berat. Selain itu TrashIQ menggunaan teknologi sensor pintar yang mampu membedakan antara sampah organik dan non-organik secara otomatis. Berikut sensor yang terdapat di TrashIQ:

1.  Sensor ir proximity → Sensor ini bekerja tanpa kontak fisik, sehingga cocok     untuk sistem deteksi otomatis.

2. Sensor capasitive proximity → mampu mendeteksi objek non-logam seperti      plastik, air, kaca, atau tubuh manusia dengan sensitivitas tinggi terhadap           perubahan medan listrik di sekitarnya

3. sensor induktif proximity → Sensor induktif proximity dirancang khusus untuk   mendeteksi logam dengan tingkat presisi tinggi.

Dengan adanya sensor tersebut dapat menarik perhatian semua kalangan Masyarakat terutama anak-anak untuk membuang sampah pada tempatnya. Lebih dari itu, TrashIQ ini juga dapat menjadi media edukasi media edukasi bagi masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja, untuk belajar memilah sampah dan mengenal teknologi ramah lingkungan, TrashIQ sangat cocok dijadikan proyek kreatif bagi siswa, komunitas, hingga startup yang bergerak di bidang lingkungan. TrashIQ juga dapat dijadikan peluang usaha baru yang mendukung circular economy, di mana sampah bisa menjadi sumber penghasilan baru

Nama : RISA LOMANTI
Alamat : BULUNG KULON 05/03 JEKULO KUDUS
No. Telepon : 085876455509