ABH (Anak Bunda Hebat) : Efektifitas Pengunaan Aplikasi Berbasis Android dalam Memberikan Psikoedukasi kepada Orang Tua yang Memiliki Anak ADHD dan Autis untuk Pola Asuh yang Tepat

Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, sehingga pemahaman mengenai pola asuh yang tepat sangat diperlukan, terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti autisme dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Minimnya pengetahuan orang tua tentang kedua kondisi ini dapat menghambat perkembangan anak dan berdampak negatif pada masa depan mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyediakan media edukasi bagi orangtua, agar mereka dapat memahami autisme dan ADHD dengan lebih baik melalui sebuah aplikasi berbasis Android.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Research and Development (R&D) dan memanfaatkan platform Kodular, yang memungkinkan pembuatan aplikasi ABH menggunakan bahasa pemrograman visual berbasis blok. Sejumlah 10 orangtua anak autis dan ADHD dari salah satu pusat terapi anak berkebutuhan khusus di Kudus terlibat dalam penelitian ini. Mereka diminta untuk mengisi kuisioner setelah mencoba aplikasi ABH selama satu minggu.

Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil kuisioner, yang dihitung berdasarkan kriteria perhitungan SUS (System Usability Scale) dengan menggunakan skala Likert, serta bantuan dari Microsoft Excel. Hasil dari pengujian kegunaan dan perbandingan rata-rata skala Likert dengan skor SUS menunjukkan bahwa aplikasi yang dirancang berada dalam kategori yang dapat diterima. Dengan hasil grading scale C dan nilai ‘Good’ untuk adjective ratings sebesar 67,25, dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini cukup mudah digunakan, memenuhi kebutuhan, dan dapat membantu orangtua dalam mengasuh anak-anak mereka.

 

Kata kunci: ADHD, Autis, Aplikasi Android, Psikoedukasi.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kondisi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat berbeda dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya (Amanullah, 2022). Perbedaan yang signifikan ini dapat berupa keterbatasan fisik, mental, atau sosial emosional yang dialami oleh anak (Sesa dan Yarni, 2022). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pengasuhan yang khusus agar ABK dapat mengembangkan potensinya secara optimal (Amanullah, 2022).

Salah satu tantangan yang dihadapi ABK adalah kesulitan dalam mengontrol emosi, yang dapat berakibat buruk bagi diri mereka sendiri maupun lingkungan sekitar (Anjani dkk. , 2019). Simatupang dkk. (2021) menyatakan bahwa kesulitan mengontrol emosi ini dapat memengaruhi kepribadian dan interaksi sosial individu yang bersangkutan jika tidak ditangani dengan baik hingga dewasa.

Penerapan diet GFCF (Gluten Free and Casein Free) pada anak dengan autisme dan ADHD dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan membantu adaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Diet ini dilakukan dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung gluten dan kasein, mengingat bahwa usus anak-anak ini tidak dapat memproduksi enzim yang diperlukan untuk mencerna kedua zat tersebut, yang dapat menyebabkan akumulasi racun dalam tubuh mereka (Permanasari, 2022). Selain itu, penerapan diet SF (Sugar Free) juga dapat bermanfaat bagi pola makan anak dengan autisme dan ADHD.

Diet SF dicapai dengan mengeliminasi gula dan karbohidrat kompleks lainnya, serta meningkatkan asupan protein. Gula diketahui dapat meningkatkan risiko peradangan, memicu aktivitas otak yang berlebihan, dan bahkan menimbulkan ketergantungan. Anak-anak dengan autisme dan ADHD sering mengalami kesulitan dalam memproses komponen gula, sehingga mereka harus menghindarinya. Hal ini disebabkan oleh kekurangan enzim dalam tubuh mereka yang berfungsi untuk memecah gula. Makanan tanpa gula atau sugar-free terbukti dapat meningkatkan konsentrasi anak, mengurangi frekuensi gejala mendadak, dan menenangkan mereka (Restyana, 2021).

Dalam penelitian ini, kami akan memfokuskan perhatian pada dua kategori anak berkebutuhan khusus (ABK), yaitu autis dan ADHD. Kategori pertama, autis, menurut Yahya dkk. (2023), adalah gangguan yang terjadi pada otak, sehingga menjadikannya tidak berfungsi seperti otak normal. Hal ini berimplikasi pada perilaku penyandang autisme. Autisme merupakan salah satu klasifikasi ABK, di mana anak yang terdiagnosis juga mengalami gangguan intelektual (Sari dan Rahmasari, 2022). Autisme sering diartikan sebagai gangguan perkembangan yang ditandai oleh kesulitan dalam berinteraksi sosial dan cenderung hidup dalam dunianya sendiri (Andriyani dan Amalia, 2021).

Kategori kedua dalam Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah ADHD, yang merupakan singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. ADHD diartikan sebagai Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Anak yang didiagnosis dengan ADHD mengalami gangguan perkembangan dan neurologis, yang menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi, rasa gelisah, kesulitan belajar, serta masalah dalam pengaturan emosi (Irma, 2022). Secara umum, ADHD ditandai dengan ciri-ciri seperti kurangnya konsentrasi, hiperaktivitas, dan impulsif yang dapat mengganggu keseimbangan aktivitas anak serta memengaruhi proses interaksi, akademik, dan aktivitas fungsional mereka (Rahayu, 2019). Penanganan ADHD dapat dilakukan melalui pendekatan pola asuh orangtua yang tepat, dengan melibatkan strategi atau cara penanganan yang sesuai (Silitonga dkk. , 2023).

Perkembangan informasi dan teknologi yang semakin cepat telah memberikan dampak signifikan di berbagai bidang. Penggunaan aplikasi di smartphone dapat membantu orang tua dalam mengasuh anak yang mengalami autisme dan ADHD dengan cara yang lebih efektif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat dalam memperdalam pemahaman kita tentang berbagai hal. Salah satu platform yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan ini adalah Kodular, sebuah situs web yang menyediakan alat serupa MIT App Inventor untuk membangun aplikasi Android menggunakan pemrograman berbasis blok. Ini berarti para programmer tidak perlu menulis kode secara manual untuk membuat aplikasi Android.

Penelitian ini menghasilkan aplikasi Android bernama ABH, yang memiliki beberapa keungulan diantaranya:

1. Menyajikan edukasi mengenai pengasuhan anak autisme dan ADHD secara komprehensif.

Dalam aplikasi ini, terdapat artikel yang membahas cara menangani berbagai tantangan yang mungkin dihadapi saat mengasuh anak dengan autisme dan ADHD, serta panduan diet GFCFSF yang bisa diterapkan untuk keduanya. Konten yang ada di dalam aplikasi ini disusun berdasarkan sumber yang kredibel dari internet, pakar di bidangnya, serta berbagai buku referensi.

2. Dilengkapi dengan dua opsi konsultasi melalui chatbot dan konsultasi dengan pakar.

Chatbot ABH memungkinkan orang tua untuk mengajukan berbagai pertanyaan, terutama seputar pengasuhan anak dengan autisme dan ADHD. Menu ini terintegrasi dengan API OpenAI (ChatGPT-3. 5-Turbo). Sementara itu, jika orang tua membutuhkan konsultasi dengan pakar, mereka dapat menghubungi Ibu Heni Mustikaningati, S.Pd.I, S.Psi., melalui nomor WhatsApp dan rekening yang telah disediakan.

Nama : Fatmawati
Alamat : Jl. Kyai H. Raden Asnawi Jl. KH Moh. Arwani, Pejaten, Krandon, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59314
No. Telepon : 081391741121