RANCANG BANGUN FILTER KONTAMINAN MIKROPLASTIK SECARA REAL-TIME BERBASIS ARDUINO UNTUK PERAIRAN INDONESIA

Pencemaran mikroplastik di perairan global semakin meningkat akibat aktivitas industri dan limbah domestik. Mikroplastik yang tidak terfilter dengan baik dapat mencemari ekosistem air dan masuk ke rantai makanan manusia yang dapat membahayakan bagi kehidupan manusia. Di Indonesia, keterbatasan alat deteksi dan filtrasi yang efektif menjadi tantangan dalam upaya mitigasi pencemaran ini. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi berupa alat filtrasi mikroplastik berbasis Arduino, menggunakan kombinasi sensor GP2Y1010AU0F dan sensor kekeruhan untuk mendeteksi mikroplastik sebelum dan sesudah proses filtrasi. Sistem ini mengutamakan efisiensi energi dengan menerapkan metode deteksi sebelum aktivasi pompa, di mana sensor bekerja lebih dahulu untuk menganalisis air sebelum pompa menyala. Sistem terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk sensor GP2Y1010AU0F untuk mendeteksi partikel berdasarkan hamburan cahaya, sensor kekeruhan untuk mengukur total partikel tersuspensi, serta pompa air DC 12V yang dikontrol menggunakan Arduino uno dan relay module. Air yang terdeteksi mengandung mikroplastik akan diproses melalui filter bertingkat (kasar, mikro, dan nano) dengan material seperti membran polypropylene atau PVDF. Setelah filtrasi, sensor kembali mengukur kejernihan air untuk menilai efektivitas penyaringan. Sistem ini dapat dikembangkan dengan fitur tambahan seperti notifikasi LED/buzzer, data logging, atau koneksi IoT untuk pemantauan jarak jauh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi sensor ini dapat meningkatkan deteksi mikroplastik secara sederhana dan biaya rendah. Dengan rancangan yang modular dan otomatis, alat ini berpotensi digunakan untuk pemantauan kualitas air di sungai, laut, maupun limbah industri, serta membantu upaya mitigasi pencemaran mikroplastik di Indonesia. 

 

Kata kunci: Mikroplastik, Filtrasi, Arduino, GP2Y1010AU0F, Sensor Kekeruhan, Deteksi Real-Time.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari berbagai sumber, termasuk degradasi plastik besar dan produk-produk konsumen seperti kosmetik dan tekstil. Mikroplastik telah ditemukan di berbagai lingkungan, termasuk lautan, perairan tawar, tanah, dan bahkan udara, sehingga menjadi ancaman bagi ekosistem dan kesehatan manusia. Partikel ini dapat masuk ke dalam rantai makanan melalui organisme air yang tidak sengaja mengonsumsinya, yang berpotensi menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan biota dan manusia yang mengonsumsinya (Hermana et al., 2023).

Partikel plastik berukuran mikroskopis yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Pencemaran mikroplastik di perairan merupakan masalah lingkungan global yang berdampak pada ekosistem laut dan kesehatan manusia. Mikroplastik dapat berasal dari berbagai sumber, seperti limbah rumah tangga, industri, dan aktivitas perikanan. Di Indonesia, sebagai negara maritim dengan garis pantai yang panjang, pencemaran mikroplastik menjadi perhatian serius, terutama di daerah pesisir dan perairan yang padat aktivitas manusia. 

Penelitian di berbagai wilayah perairan Indonesia menunjukkan tingginya kandungan mikroplastik dalam air, sedimen, dan biota laut. Misalnya, di Teluk Jakarta ditemukan kelimpahan mikroplastik dalam air mencapai 2.881–7.473 partikel per meter kubik, dengan jenis dominan berupa fragmen hitam dan putih serta serat berwarna biru, hitam, dan merah (Manalu et al., 2017). Mikroplastik juga ditemukan dalam jumlah besar pada sedimen dan pencernaan ikan, yang menunjukkan bahwa polusi plastik telah masuk ke rantai makanan laut di kawasan tersebut (Manalu et al., 2017). 

Di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, penelitian juga menunjukkan adanya pencemaran mikroplastik yang signifikan. Konsentrasi mikroplastik di perairan berkisar antara 1 hingga 40 partikel per meter kubik, dengan tipe dominan berupa serat (fiber) berukuran 100–5.000 μm (Suhartin, 2021). Mikroplastik juga ditemukan dalam saluran pencernaan ikan, yang menunjukkan bahwa polusi plastik dapat mempengaruhi organisme laut dan pada akhirnya berdampak pada manusia yang mengonsumsi ikan dari perairan tersebut (Suhartin, 2021). 

Melihat dampak yang ditimbulkan, diperlukan solusi inovatif untuk mengurangi pencemaran mikroplastik di perairan Indonesia. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan alat filtrasi berbasis Arduino yang mampu mendeteksi dan menyaring mikroplastik secara real-time. Dengan penggunaan sensor GP2Y1010AU0F dan sensor kekeruhan, alat ini diharapkan dapat menjadi solusi efektif dan terjangkau dalam mengatasi pencemaran mikroplastik di perairan Indonesia.

  1. Mengurangi mikroplastik diperairan indonesia
  2. Mencegah terjadinya penambahan mikroplastik
  3. Bekerja secara real-time sehingga menghemat tenaga
  4. Dilengkapi nylon mesh dan kain nilon sehingga dapat memfiltrasi mikroplastik.

 

Nama : Arif Noor Adiyanto
Alamat : Kauman RT 02 RW 09, Jekulo, Kudus
No. Telepon : 0895384233335