Permasalahan pengelolaan sampah di indonesia semakin kompleks seiring dengan meningkatnya jumlah sampah, terutama sampah plastik, akibat pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan pola hidup konsumtif. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang sering kali menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat, seperti yang terjadi di Desa Tanjungrejo, Kudus. Penumpukan sampah yang tidak terkendali berkontribusi pada berbagai masalah, seperti penyebaran penyakit, pencemaran udara, dan banjir. Oleh karena itu, diperlukan inovasi pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah pengembangan tempat sampah pintar SMART RECYCLE BIN yang dilengkapi sensor untuk memilah sampah organik dan anorganik. Setelah sampah dipisahkan didalam SMART RECYCLE BIN, sampah anorganik diolah menjadi paving block ramah lingkungan, sementara sampah organik diubah menjadi pupuk kompos dengan bantuan cairan EM4. Inovasi ini diharapkan mampu mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA, mendukung ekonomi sirkular, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah sejak dari sumbernya.
Kata kunci: paving block, pupuk kompos, Sampah, SMART RECYCLE BIN
Sampah merupakan bahan padat buangan dan hasil sampingan dari kegiatan manusia yang berasal dari berbagai sumber seperti rumah tangga, pasar, perkantoran, hotel, rumah makan, industri, puing bahan bangunan, dan besi tua bekas kendaraan bermotor. Dengan meningkatnya produksi sampah setiap hari, terutama dari rumah tangga dan industri, pengelolaan sampah yang efektif menjadi kebutuhan mendesak (Sucipto C. D., 2012). Sampah plastik terus meningkat setiap tahun di Indonesia sebagai akibat dari pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan gaya hidup konsumer yang bergantung pada kemasan plastik sekali pakai. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sekitar 6,8 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun di Indonesia, dengan lebih dari 60 persen di antaranya tidak didaur ulang. Sampah plastik ini hanya akan pergi ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau mencemari lingkungan (Putra, dkk, 2025).
Warga Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, menggelar aksi demonstrasi menuntut penutupan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tanjungrejo yang dianggap telah melebihi kapasitas dan mencemari lingkungan sekitar. Mereka menyegel pintu masuk TPA dengan spanduk sebagai bentuk protes terhadap pengelolaan sampah yang dinilai tidak sesuai standar, menyebabkan tumpukan sampah meluber hingga menutup akses jalan, pencemaran aliran sungai, dan peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di kalangan warga. Kasus ini menunjukkan pentingnya inovasi dalam pengelolaan sampah sejak dari sumbernya, seperti penggunaan tempat sampah yang dapat mengolah sampah secara mandiri untuk mengurangi ketergantungan pada TPA (Aji D. U.,2025).
Sampah yang tidak dikelola dengan baik memberikan dampak negatif yang signifikan bagi masyarakat. Penumpukan sampah di lingkungan pemukiman dapat menjadi sumber berbagai penyakit, seperti diare, demam berdarah, dan infeksi pernapasan akibat bakteri serta virus yang berkembang biak di sampah. Selain itu, bau tak sedap dari sampah mencemari udara dan menurunkan kualitas hidup warga sekitar. Sampah yang menyumbat saluran air juga memicu banjir, merusak infrastruktur, serta mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Dari sisi estetika, lingkungan yang kotor dan penuh sampah menurunkan daya tarik wilayah tersebut, bahkan bisa menghambat sektor pariwisata dan investasi. Oleh karena itu, pengelolaan sampah yang baik menjadi kunci menjaga kesehatan, kebersihan, dan kesejahteraan masyarakat.
Inovasi dalam pengolahan sampah menjadi solusi yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi dampak lingkungan sekaligus memberikan nilai tambah. Salah satu pendekatan inovatif adalah menciptakan tempat sampah pintar (SMART RECYCLE BIN) yang mampu memilah dan mengolah sampah anorganik dan organik secara lebih efektif. Dengan adanya sensor infrared dan sensor capacitive pada SMART RECYCLE BIN sehingga dapat membantu masyarakat dalam proses pemilahan sampah organik dan anorganik.
Sampah anorganik diolah menjadi paving blok yang kuat dan ramah lingkungan. Sampah plastik akan dilelehkan melalui seng panas yang sudah dialiri tegangan listrik, yang kemudian lelehan plastik ini akan dialirkan ke setiap cetakan paving yang tersedia. Sampah organik diubah menjadi pupuk kompos yang bermanfaat bagi pertanian dan penghijauan. Sampah organik yang sudah tertampung akan dicampur dengan cairan EM4, untuk mempermudah proses pembusukan sampah.
Penggunaan teknologi dalam SMART RECYCLE BIN ini bertujuan memudahkan masyarakat dalam memilah sampah sejak dari sumbernya. Selain itu, pengolahan langsung di tingkat lokal dapat mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta mendukung ekonomi sirkular dengan menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan kembali. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga mendorong pemanfaatan sampah menjadi produk bernilai guna. Upaya ini diharapkan mampu membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab demi menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan
KEUNGGULAN PRODUK
Mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dan meminimalkan polusi lingkungan dengan mendaur ulang sampah secara langsung.
Menggunakan sensor infrared dan sensor capacitive proximity yang dapat mempermudah proses pemilahan sampah secara otomatis tanpa perlu intervensi manusia.
Menghasilkan produk bernilai ekonomi yaitu pupuk dari olahan sampah organik untuk kebutuhan pertanian dan paving blok dari olahan sampah anorganik untuk kebutuhan konstruksi.
Bisa dapat digunakan di berbagai tempat seperti rumah, sekolah, kantor, hingga tempat umum.
Nama | : | Muhammad Rifqi Fawwaznajib |
Alamat | : | Purwosari Sekaran Kec. Kota Kab. Kudus |
No. Telepon | : | 082134980532 |