Selama ini media pembelajaran bagi disabiltas masih menjadi pekerjaan rumah yang serius. Bukan hanya pada pembelajaran formal, namun juga pada media pembelajaran informal. Bagi pembelajaran formal pemberian media pembelajaran telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Sehingga guru maupun pamong belajar dapat mengembangkan secara mandiri berdasarkan ketentuan. Namun untuk pembelajaran yang bersifat non formal belum ada perhatian khusus baik dari pemerintah maupun instansi terkait. Sehingga perlu adanya inovasi guna mendukung proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang juga optimal. Sementara lain pembelajaran huruf hijaiyah bagi tunanetra masih ditemukan adanya tantangan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh keterbatasan jumlah guru pengajar serta media yang digunakan dalam pembelajaran. LATHI hadir sebagai solusi untuk merealisasikan media pembelajaran huruf braille hijaiyah digital bagi penyandang tunanetra. LATHI merupakan media pembelajaran berbasis teknologi yang menggunakan huruf Braille Hijaiyah dengan input push button serta output audio. Penelitian ini menggunakan metode R&D (Research and Development) dengan model pengembangan ADDIE yang meliputi tahap Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi. Proses ini menghasilkan produk yang telah dikembangkan untuk membantu penyandang tunanetra belajar dan memahami huruf hijaiyah, dengan harapan meningkatkan angka tunanetra yang melek huruf hijaiyah. Inovasi Lathi diharapkan dapat berkontribusi positif dalam memfasilitasi pembelajaran Al-Qur'an bagi penyandang tunanetra dan mengurangi hambatan mereka dalam belajar huruf hijaiyah.Dengan prospek bisnis yang menjanjikan, Lathi dapat diterapkan secara luas melalui kerja sama dengan sekolah, panti asuhan, dan lembaga kesejahteraan sosial. Sehingga memberikan dampak sosial yang signifikan serta memperluas akses pendidikan agama bagi penyandang tunanetra di era digital.
Kata kunci: Braille Hijaiyah, Media Pembelajaran, Penyandang Tunanetra.
Pembelajaran al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Namun, bagi penyandang tunanetra, proses ini menjadi tantangan karena keterbatasan penglihatan. Mereka kesulitan membaca dan memahami isi al-Qur’an. Meskipun secara kognitif tunanetra memiliki kemampuan yang sama, dibutuhkan modifikasi dalam metode pembelajarannya. Salah satu kendala besar adalah kurangnya tenaga pengajar huruf braille hijaiyah. Rasio guru dan peserta didik tidak seimbang, menyulitkan tunanetra mendapatkan pendampingan belajar (Amrulloh & Najaah, 2022). Selain itu, keterbatasan media pembelajaran juga memperparah kondisi ini. Menurut (Arafat et al., 2025), perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus dalam mempelajari dan mendengarkan al-Qur’an masih rendah karena terbatasnya media pembelajaran yang tersedia.
Beberapa studi sebelumnya telah mengembangkan media bantu. Misalnya, penelitian oleh (Hilman, 2018) mengembangkan alat berbasis Arduino, namun tidak menggunakan huruf braille hijaiyah secara langsung. (Aprilianti et al., n.d.) menggunakan sensor sentuh yang menghasilkan suara, sedangkan (Abdi et al., 2021) hanya menyediakan 6 tombol, membuat pengguna tetap memerlukan pendamping. (Khairi & Hermana, 2023) menawarkan alat braille berbahan kayu, tetapi desainnya kurang praktis.
Lathi hadir sebagai Solusi cerdas dalam menyediakan media pembelajaran huruf braille hijaiyah berbasis push button dan audio. Alat ini dirancang minimalis dan kokoh, memudahkan pengguna belajar secara mandiri. Penelitian menggunakan metode R&D dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Inovasi ini bertujuan membantu tunanetra mempelajari huruf hijaiyah sebagai langkah awal memahami al-Qur’an, sekaligus memperkenalkan teknologi asistif untuk mengurangi hambatan belajar.
Penelitian ini dirancang berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dapat menjadi acuan dalam topik penelitian ini.
Desain minimalis dan praktis, pembahasan dari peneliti (Khairi, 2023) memiliki persamaan dalam mengembangkan inovasi braille huruf hijaiyah. Akan tetapi, pada penelitian (Khairi, 2023) menggunakan material kayu jati dengan desain yang kurang minimalis dan praktis. Sedangkan, pada penelitian penulis menggunakan alat dengan desain yang lebih minimalis sehingga praktis serta fleksibel untuk digunakan belajar dimanapun dan kapanpun.
Menggunakan teknologi masa kini, Pembahasan dari peneliti (Alfionita & Irdamurni, 2022) memiliki kesamaan terhadap peneliti penulis, yakni berkontribusi penggunaan papan braille huruf hijaiyah dengan ukuran ramah travelling serta praktis dibawa kemana pun. Namun, memiliki perbedaan cara penggunaannya, penulis (Alfionita & Irdamurni, 2022) menggunakan sistem papan berbentuk balok secara manual yang memerlukan pendamping atau orang mahir ketika hendak menggunakan papan huruf hijaiyah. Sedangkan penulis peneliti menggunakan sistem digital yang lebih modern dan dapat digunakan tanpa pendamping serta memudahkan penyandang tunanetra belajar huruf hijaiyah dimanapun dan kapanpun.
Mudah digunakan, pada Penelitian yang dilakukan oleh (Amrulloh & Najaah, 2022) menghasilkan alat huruf braille hijaiyah digital yang serupa dengan alat penulis. Namun, kurang praktis dalam penggunaannya, alat yang dihasilkan (Amrulloh & Najaah, 2022) digunakan dengan cara meraba suatu huruf/teks braille pada kertas atau media lain, kemudian menginputkan huruf tersebut ke dalam alat, sehingga alat tersebut mengeluarkan suara vokal dari huruf yang diinputkan. Sedangkan pada alat inovasi lathi, cukup menekan tombol yang sudah dilengkapi dengan huruf braille hijaiyah sehingga lebih mudah dan praktis digunakan.
Nama | : | Nada Kamilia Azzahra |
Alamat | : | JL. Bukit Beringin Lestari Blok F No. 158 RT 03 RW 05 Gondoriyo, Ngaliyan Kota Semarang. |
No. Telepon | : | 087726996685 |