RANA (Ramuan Nanas)

Kulit nanas di Indonesia umumnya hanya dibuang begitu saja sebagai limbah, padahal dalam kulit nanas mengandung senyawa-senyawa kimia yang berpotensi sebagai agen antibakteri. Ekstrak Kulit nanas mengandung banyak senyawa kimia yang berpotensi sebagai anti inflamasi. Senyawa anti inflamasi tertinggi yang terdapat pada ekstrak kulit nanas yaitu bromelin dan flavonoid. Namun banyak masyarakat yang belum mengetahui dan membuang kulit nanas secara sia sia. Tujuan pembuatan karya kami untuk mengetahui manfaat ekstrak kulit nanas sebagai minuman anti inflamasi. Berbagai penelitian eksperimental yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak kulit nanas bermanfaat sebagai anti inflamasi, baik bakteri gram positif maupun gram negatif. Senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak kulit nanas yaitu bromelin, flavonoid, tanin, oxalat, dan pitat dengan kandungan terbesarnya yaitu bromelin dan flavonoid. Ekstrak kulit nanas memiliki aktivitas anti inflamasi  yang lebih kuat terhadap gram positif.

  1. Latar Belakang

Infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality). Tingginya angka kesakitan dan kematian pada penyakit infeksi saat ini bukan hanya di negara berkembang saja, namun juga di negara maju (Christensen Et  al, 2009). Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba yaitu anti inflamasi  atau antibiotik. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Setiabudy, 2012). Seiring ditemukannya antibiotik, sekarang banyak bakteri yang  mengalami resistensi antibiotik. Penyebab utama antibiotik yaitu penggunaannya yang luas dan irasional sehingga menyebabkan bakteri tidak mati secara keseluruhan namun masih ada yang bertahan hidup. Beberapa bakteri resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia, di antaranya: Penicillin-Resistant Pneumococci, Multiresistant Mycobacterium tuberculosis dan Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) (Asharina, 2017). Diperlukan adanya usaha agar terjadi resistensi antibiotik. Usaha-usaha tersebut antara lain mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan mekanisme resistensi, mengontrol penggunaan antibiotik, dan mengembangkan agen anti inflamasi baru baik sintetis maupun alami (WHO, 2018). Indonesia merupakan negara penghasil nanas terbesar kelima di dunia setelah Thailand, Costa Rica, Brazil, Filipina (UNCTAD, 2016) dan provinsi Jawa Tengah sendiri memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi nanas di Indonesia (Kementan RI, 2016). Industri makanan di Indonesia mengolah buah ini menjadi produk baru dan selanjutnya menghasilkan limbah yang menyebabkan masalah lingkungan. Kira-kira, satu berat total buah nanas adalah 1050 gram  dimana 229 gramnya (21,9%) adalah limbah kulit (Mulyono,2013). Untuk mengurangi limbah kulit nanas tersebut, pengolahan ke produk yang berharga menggunakan teknik yang ramah lingkungan sangat diperlukan (Saraswati Metal, 2016). Kulit nanas banyak mengandung flavonoid dan bromelin (Punbasayakulet  al,2018). Selain itu kulit nanas mengandung senyawa tanin, oxalat, dan pitat (Dabesoret al,2017). Flavonoid dapat menyebabkan penghambatan terhadap sintesis asam nukleat. Flavonoid dapat menyebabkan penghambatan terhadap sintesis asam nukleat. Selain itu flavonoid juga menghambat metabolisme energi dari bakteri. Oleh karena itu flavonoid merupakan komponen anti inflamasi yang potensial (Xie et al, 2015). Bromelin merupakan enzim proteolitik yang dapat memecah molekul protein. Bromelain dapat memutus ikatan protein pada bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Amini Et al, 2018). Aktivitas, spesifisitas dan produksi dari enzim bromelin lebih banyak pada bagian kulit nanas dibandingkan dengan buah dan batang (Mohapatra et al, 2013). Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa diperlukan adanya usaha yang dilakukan agar tidak menjadikan kulit sampah menumpuk sebagai limbah organik namun tetap memiliki kebermanfaatan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah mengembangkan anti inflamasi baik sintetis maupun alami. Penelitian ini penting dilakukan sebagai salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan minuman anti inflamasi  alami dan juga dari kandungan yang dimilikinya, kulit nanas berpotensi sebagai anti inflamasi.

Keunggulan inovasi minuman ramuan herbal nanas adalah bahwa minuman tersebut menggabungkan manfaat enzim bromelain, vitamin C, dan serat dari buah nanas dengan herbal lainnya yang mungkin memiliki sifat tambahan seperti meningkatkan energi, meningkatkan metabolisme, atau membantu detoksifikasi tubuh. Ini bisa menjadi alternatif sehat dan menyegarkan bagi minuman lain yang kurang sehat.

Nama : Naila Jauza Ramadhani
Alamat : Jalan Medang, No. 17, Rejowinangun Utara, Kota Magelang
No. Telepon : 0293363116