RHIZOCRAFTS: Upcycle Limbah Batang Empon-Empon for Export Markets sebagai Upaya Pemberdayaan Potensi Lokal Boyolali Jawa Tengah

Empon-empon merupakan tanaman seribu manfaat yang sudah terpercaya sejak zaman dulu dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan merupakan rumpun biofarmaka. Selain rimpangnya, batang empon-empon memiliki potensi kegunaan yang cukup tinggi apabila diolah dapat menghasilkan pendapatan. Rhizocrafts merupakan usaha yang dilakukan untuk dapat memanfaatkan potensi besar dari pengolahan limbah batang empon-empon melalui pengolahan menggunakan metode upcycle. Sehingga, limbah batang empon-empon memiliki nilai manfaat baik secara penggunaan maupun secara ekonomi. Kabupaten Boyolali memiliki potensi yang besar untuk dapat memaksimalkan potensi yang besar pada hasil panen empon-empon yang tentu membuang batang empon emponnya. Sehingga, upaya ini merupakan cara untuk memanfaatkan batang empon-empon melalui pembuatan kerajinan yang memiliki kualitas terstandar internasional untuk export. Adapun produk yang dikembangkan oleh Rhizocrafts adalah produk hanging lamp (bimo bungkus, ontreng-ontreng, ndut, mbarep, kalkum).

Kata Kunci: Batang empon-empon, Hanging lamp, Upcycle limbah

Empon-empon berasal dari kata empu (Bahasa Jawa) berarti rimpang induk atau akar tinggal. Empon-empon juga disebut dengan temu-temuan merujuk pada tanaman diawali dengan kata temu. Empon-empon merupakan bagian dari tanaman hortikultura (tanaman kebun) dengan jenis biofarmaka (tanaman obat-obatan). Jenis tanaman empon-empon antara lain; Temu Lawak (Curcuma Xanthorrhiza), Temu Putih (Curcuma zedoaria), Temu Mangga (Curcuma Amada), Temu Kunci (Boesenbergia Rotunda), Temu Hitam (Curcuma Aeruginosa), Temu Giring (Curcuma Heyneana), Lengkuas (Alpinia Galanga), Lempuyang (Zingiber Zerumbet), Kunyit (Curcuma Longa), Kencur (Kaempferia Galanga), Jahe (Zingiber Officinale), Jahe Aromatik (Kaempferia Galanga), Jahe Bangle atau Ungu (Zingiber Perpereum Roxb). Tanaman empon-empon merupakan tanaman yang mudah tumbuh liar dan dapat dibudidayakan di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia.
Terdapat banyak manfaat dan beragam istilah dalam menyebut empon-empon, dikenal sebagai toba, semak, tanaman rimpang, tanaman akar, tanaman pekarangan, dan rempah-rempah. Perkembangan terbaru mengungkapkan bahwa empon-empon saat ini telah mulai dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah, baik melalui metode monokultur maupun polikultur. Sejak dahulu, rimpang empon-empon telah banyak dimanfaatkan baik sebagai obat-obatan, bumbu, kecantikan, dan pewarna. Pemanfaatan empon-empon untuk kesehatan dan obat-obatan paling mendominasi. Oleh karena itu empon-empon dikategorikan sebagai tanaman cukup penting untuk keperluan masyarakat di Indonesia. Budaya pemanfaatan empon-empon untuk berbagai keperluan jamu, kosmetik untuk kecantikan mencapai puncaknya pada masyarakat tradisional. Perkembangan terkini empon-empon kembali digali dan dikembangkan untuk obat herbal, kecantikan seiring dengan kesadaran untuk kembali ke alam. Seluruh bagian tanaman empon-empon pada dasarnya memiliki manfaat.
Manfaat tanaman merujuk pada bagian atau morfologi tanaman di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Akar tanaman empon-empon memungkinkan untuk diolah menjadi pupuk kompos.
b) Daun bagian ujung atau pupus dapat dimasak untuk lalap atau urap, lembaran daun dapat dimanfaatkan sebagai bungkus makanan, daun kering diolah dapat sebagai pupuk kompos.
c) Bunga yang berbentuk seperti kemoceng dapat dimanfaatkan sebagai dekorasi dan mainan anak-anak.
d) Batang kering lembab dapat dimanfaatkan sebagai tali atau ikat.
Rimpang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan obat-obatan atau jamu, pewarna alami, dan bahan kecantikan.

Menurut BPS, Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah penghasil empon-empon yang cukup besar di Jawa Tengah. Terbukti dengan data luas lahan tanam empon-empon luas tersebar di 22 Kecamatan di Kabupaten Boyolali. Produksi terbesar dalam satu tahun terakhir (2023) adalah kencur (1.769.500 m2), berturut turut diikuti oleh Jahe (789.500 m2), Lengkuas (78.500 m2), Kunyit (43.450 m2), Lempuyang (15.000 m2), Temulawak (8.600 m2), Temuireng (3.000 m2), Temukunci (1.200m2). Data diatas merupakan data empon-empon yang dibudidayakan, belum ditambah dengan data empon-empon yang tumbuh liar di bawah pohon jati di perkebunan di daerah Boyolali.

Secara lebih spesifik pengembangan produk hasil dari pengolahan limbah batang empon-empon menjadi benda yang bernilai guna akan difokuskan di wilayah Kecamatan Simo sebagai pusat produksi. Alasan memilih Kecamatan Simo sebagai lokasi untuk pengembangan produk atau inovasi produk ini adalah karena Kecamatan Simo merupakan tempat penghasil empon empon berbatang tinggi tertinggi di Kabupaten Boyolali berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS,2024). Empon-empon yang ditanam di Kecamatan Simo pada tahun 2022-2023 dengan luas lahan tanam sebagai berikut; Kunyit (25.000 m2), Laos/ Lengkuas (65.000 m2), Temuireng (3.000 m2), Temukunci (1.200 m2), Temulawak (8.500 m2), dan Lempuyang (15.000 m2). Selain itu, daerah ini merupakan daerah dataran rendah dibawah ketinggian 700 mdpl sangat cocok digunakan sebagai tempat untuk mengeringkan batang empon-empon yang telah melalui proses penebangan.

Pemanfaatan empon-empon sampai saat ini masih cenderung pada rimpangnya saja. Secara masif bagian-bagian lain pada tanaman empon-empon belum dimanfaatkan bahkan tanpa nilai jual. Bahkan hanya dibakar ketika panen rimpangnya sebab dianggap sebagai limbah. Hasil tanaman non rimpang antara lain bunga, daun, batang, dan akar dikategorikan sebagai limbah. Tentu, melimpah ruah dan belum diidentifikasi secara spesifik kuantitasnya yang melimpah di alam.

Tanaman empon-empon tersusun dari pelepah daun, berserat, dan mempunyai ciri khas yang melekat pada aromanya. Tanaman empon-empon memiliki karakteristik batang yang lunak, bulat, tegak, panjang, ulet, dan berwarna hijau kekuningan dengan rata-rata tinggi mencapai 1,5 m. Penelitian pemanfaatan batang empon-empon telah dilakukan menghasilkan tali dan produk kerajinan khususnya box dan basket. Batang empon-empon dapat dimanfaatkan sebagai tali atau ikat karena memiliki karakteristik serat yang ulet. Jenis tanaman empon-empon yang dimanfaatkan yakni sebagaimana tabel berikut dibawah.

Batang empon-empon dapat dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai guna menggunakan metode upcycle (daur naik) dapat digunakan untuk mengurangi limbah organik yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sesuatu hal yang dapat mendatangkan pendapatan. Upcycle dimaknai sebagai proses pengolahan limbah menjadi produk yang terbarukan, memiliki kualitas yang lebih tinggi serta memiliki manfaat yang baru. Kegiatan upcycle dapat dikaitkan dengan potensi yang cukup tinggi pada rumah tangga usaha hortikultura di Kabupaten Boyolali tahun 2018 menunjukkan bahwa Kabupaten Boyolali berkontribusi sebesar 3,7% terhadap jumlah rumah tangga usaha hortikultura di Provinsi Jawa Tengah atau peringkat ke-2 se-Eks Karisidenan Surakarta. Kebutuhan serat alam untuk industri kreatif, bahkan terus mengalami peningkatan dan kekurangan pasokan dalam industri kreatif.

Potensi yang tinggi dimiliki oleh Kabupaten Boyolali, untuk dapat memanfaatkan melimpahnya tanaman empon-empon yang tumbuh subur. Ide untuk mengembangkan potensi kearifan lokal yang ada di Kabupaten Boyolali menjadi langkah yang tepat untuk dapat memaksimalkannya. Usaha dalam meningkatkan ekonomi masyarakat melalui sektor industri kecil menengah dan kerajinan sangat potensial. Melalui upaya pembuatan produk-produk kreatif dari tali batang empon-empon ini dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari batang empon-empon yang saat ini belum dimanfaatkan secara massif untuk dikomersialisasikan. Selain itu, potensi inovasi pengembangan produk batang empon-empon ini memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan bahan-bahan yang sudah umum ditemui seperti bambu, rotan, eceng gondok maupun rumput mendong. Sebab, batang empon-empon memiliki karakteristik bau aromatik yang khas membawa ciri khas tersendiri yang membedakan dari produk-produk olahan yang lain.

1.Masalah/Kebutuhan di Masyarakat yang ingin diselesaikan.
a)Batang empon-empon dikategorikan sebagai limbah dan potensi pemanfaatanya cukup besar dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai guna tinggi.
b)Kebutuhan akan pekerjaan alternatif untuk mengisi waktu luang bagi ibu-ibu rumah tangga, petani palawija, buruh tani, dan remaja freshgraduate.
c)Pemanfaatan pengolahan batang empon-empon sebagai bahan setengah jadi sebagai upaya peningkatan pendapatan alternatif petani palawija.
d)Pengolahan bahan setengah menjadi produk kreatif sebagai aktivitas produktif masyarakat remaja.
e)Potensi pengembangan produk kerajinan di Kecamatan Simo Boyolali.
f)Program pemberdayaan masyarakat desa belum maksimal dilaksanakan oleh pemerintah setempat.

2.Kondisi sebelum dan yang diharapkan setelah ada inovasi
a)Kondisi sebelum ada Inovasi
- Batang empon-empon sebagai hasil sisa panen umumnya oleh para petani hanya dibiarkan membusuk atau kering kemudian dibakar.
- Ibu-ibu rumah tangga, petani palawija, buruh tani, dan remaja freshgraduate belum memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan hal-hal produktif dan memiliki penghasilan dari aktivitas yang dilakukan. Menjadi kebiasaan, petani bekerja ketika musim tanam dan musim panen. Sebagian dari mereka menjadi buruh tani musiman dan sebagian dari mereka menganggur.
- Diwilayah Kecamatan Simo terdapat sentra kerajinan anyam bambu, dengan produk dihasilkan (kukusan, tumbu, tampah, keranjang, besek) dan sebagainya. Namun demikian minim inovasi dari sisi bentuk, fungsi maupun perpaduan bahan yang bertumpu pada potensi lokal.

b)Kondisi setelah ada Inovasi

- Melalui inovasi diharapkan, limbah batang empon-empon bermanfaat dan bernilai ekonomi sebagai pendapatan alternatif bagi petani palawija melalui penjualan batang empon-empon kering.
- Melalui inovasi diharapkan dapat memberdayakan (petani, generasi pemuda usia produktif yang belum bekerja tetap) melalui mengolah batang empon-empon menjadi tali sebagai bahan setengah jadi untuk pembuatan produk kreatif.
- Melalui inovasi diharapkan dapat menggerakkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat (pemuda, ibu-ibu PKK) melalui mengolah tali menjadi produk kreatif.
- Melalui inovasi sehingga tercipta sinergitas antara kerajinan bambu dan batang empon-empon sebagai limbah sisa panen.

1. Keunggulan Produk
- Ramah lingkungan.
- Bahan baku melimpah.
- Bahan baku murah.
- Produk beroma khas empon-empon.
- Produksi tidak memerlukan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan tinggi.
- Menciptakan konektivitas dan manfaat antara sektor, yakni petani empon-empon dan perajin bambu.
- Memiliki ketahanan tali yang lebih baik ketimbang bahan batang padi, batang pisang, maupun batang eceng gondok

- Pengembangan produk dari bahan limbah batang empon-empon relatif baru, sehingga sangat minim pesaing dari bahan baku pembuatan.

2.Kebaruan Inovasi
- Riset yang dilakukan oleh Sumarno (2024) mengembangkan produk inovasi dari hasil penelitiannya adalah produk-produk kriya yang mengembangkan industri mebel. Jika dari produk Rhizocrafts saat ini memanfaatkan tali empon-empon untuk memproduksi hanging lamp yang memiliki aromatik empon-empon yang khas.

3. Perbedaan dengan Penemuan Terdahulu
- Pengembangan teknik dalam melakukan pengolahan batang menjadi tali, dari riset sebelumnya tali tidak melalui proses pemilahan bahan yang memiliki umur yang cukup dan bagian ruas batang muda tidak dibuang. Sedangkan produk rhizocrafts memanfaatkan batang empon-empon yang sudah berdaun dan berusia diatas 8 bulan.
- Produk yang dihasilkan berbeda dengan riset yang dilakukan oleh (Sumarno; dkk, 2024). Produk yang dikembangkan oleh penelitiannya adalah produk kriya industri seperti kursi dan meja. Sedangkan Rhizocrafts emengembangkan hanging lamp.

 

Nama : Nawang Purbo Aji
Alamat : Dk. Randu, Ds. Temon, Kec. Simo, Kabupaten Boyolali.
No. Telepon : 085890383243