Karakteristik utama kurikulum merdeka adalah pembelajaran fleksibel untuk pengembangan karakter dan soft skills peserta didik. Selain kapasitas akademis, pendidikan karakter menjadi investasi krusial bagi generasi muda. Pendidikan karakter diterapkan melalui penanaman kebiasaan baik untuk membentuk peserta didik menjadi individu mandiri, beretika, berkepribadian kuat, unggul dan siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
Peserta didik SMP merupakan masa remaja awal yang mengalami perubahan yang dinamis dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Di SMP Negeri 5 Magelang, karakteristik tersebut terlihat jelas dari observasi sikap sebagian peserta didik yang cenderung susah diatur, tidak disiplin dan kurang bertanggung jawab. Pengendalian sosial oleh sekolah menjadi penting untuk menyikapinya.
Pengendalian sosial dapat diterapkan melalui penerapan peraturan represif untuk membentuk jiwa disiplin, budaya antri, tanggung jawab dan berani berpendapat. Merujuk pada kondisi dan tantangan tersebut, SMP Negeri 5 Magelang (Spenama) menginisiasi pendidikan karakter melalui inovasi Simpreswa (Sistem Pesensi Siswa). Tidak hanya sebagai instrumen digital yang menciptakan efisiensi kinerja, Simpreswa Spenama juga mampu menjadi media pembentukan karakter positif peserta didik khususnya dalam peningkatan disiplin, tanggung jawab, budaya antri, berani berpendapat dan saling menghargai.
Inovasi ini telah diterapkan sejak September 2023 dengan pilot kelas VII sejumlah 250 orang. Hasil polling dari 50 peserta didik menyatakan bahwa 96% puas dengan adanya Simpreswa Spenama. Beberapa dampak telah terlihat sebagai akibat penerapan Simpreswa diantaranya, terbiasa berbudaya antri, tanggung jawab siswa meningkat dan tumbuhnya sikap saling menghargai dan berani berpendapat di kalangan siswa. Selain itu hasil data presensi dapat digunakan untuk menganalisa permasalahan peserta didik dan diberikan treatment sesuai dengan kondisi peserta didik.
Saat ini dunia pendidikan di Indonesia, tak luput di Kota Magelang dituntut untuk mampu menerapkan penerapan kurikulum merdeka sebagai bentuk pembelajaran intrakulikuler untuk peningkatan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajar. Karakteristik utama kurikulum merdeka adalah pembelajaran fleksibel yang berfokus pada materi esensial untuk pengembangan karakter dan soft skills peserta didik.
Pembiasaan budaya positif di SMP Negeri 5 merupakan salah satu program unggulan yang bertujuan membentuk karakter peserta didik yang sesuai visi dan misi sekolah. Pendidikan karakter akan mampu membentuk mental dan kepribadian peserta didik. Selain kapasitas akademis, pendidikan karakter tentunya akan menjadi investasi sumber daya manusia yang sangat krusial khususnya bagi generasi muda.
Di lingkup peserta didik, pendidikan karakter diterapkan melalui penanaman kebiasaan baik dengan tujuan untuk membentuk peserta didik menjadi individu yang mandiri, beretika, berkepribadian kuat, unggul dan siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Ki Hajar Dewantara (2013), menyebutkan bahwa pendidikan secara umum berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Lebih lanjut dalam aliran convergentie theorie bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam memberikan pembelajaran untuk menghaluskan rasa dan watak.
Peserta didik SMP merupakan masa remaja awal yang sangat aktif dan relatif mengalami perubahan yang dinamis dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Di SMP Negeri 5 Magelang, karakteristik tersebut terlihat jelas dari observasi sikap sebagian peserta didik yang cenderung susah diatur, tidak disiplin dan kurang bertanggung jawab. Misal, peserta didik acuh saat terlambat masuk sekolah, lari berhamburan dan tidak tertib meninggalkan gedung sekolah, menyepelekan teguran guru saat tidak memakai atribut lengkap dan sebagainya.
Pengendalian sosial menjadi hal penting sebagai salah satu strategi pendidikan karakter pada kelompok usia tersebut. Pengendalian sosial dapat diterapkan di lingkup sekolah melalui pembelajaran dan atau penerapan peraturan yang bersifat represif untuk membentuk jiwa disiplin, budaya antri, tanggung jawab dan berani berpendapat. Merujuk pada kondisi dan tantangan tersebut, SMP Negeri 5 Magelang (Spenama) kemudian menginisiasi salah satu pendidikan karakter melalui penerapan inovasi Simpreswa (Sistem Pesensi Siswa). Simpreswa merupakan salah satu komitmen SMP Negeri 5 Magelang dalam memanfaatkan teknologi digital dalam menunjang pendidikan karakter untuk penerapan kurikulum merdeka.
Simpreswa Spenama merupakan sistem presensi siswa digital yang dibangun secara mandiri oleh guru SMP Negeri 5 Magelang pada Juli 2023 dan telah diimplementasikan sampai saat ini. Tidak hanya sebagai instrumen yang menciptakan efisiensi kinerja, mekanisme kerja Simpreswa Spenama juga mampu menjadi media pembentukan karakter positif peserta didik khususnya dalam peningkatan nilai disiplin, tanggung jawab, budaya antri, berani berpendapat dan saling menghargai.
Setiap siswa otomatis akan menerima kartu pelajar pada saat penerimaan peserta didik baru. Di SMP Negeri 5 Magelang, kartu pelajar ini dilengkapi dengan kode batang (barcode). Dengan adanya kode batang tersebut, penggunaan kartu pelajar tidak hanya sebagai tanda identitas, tetapi juga sebagai kartu presensi. Pemakaian kartu pelajar sebagai instrumen presensi dimaksudkan untuk mendorong kebiasan bertanggung jawab melalui kesadaran peserta didik akan pentingnya membawa tanda pengenal. Selain itu pemantauan dalam impementasi penerapan presensi sebagai media pembentukan karakter positif peserta didik khususnya dalam peningkatan disiplin, tanggung jawab, budaya antri, berani berpendapat dan saling menghargai.
Inovasi Simpreswa Spenama melakukan pemindaian kode batang dari kartu pelajar dan mampu merekam identitas peserta didik berupa Nomor Induk Siswa (NIS), nama, kelas dan asal domisili (kota/luar kota). Proses bisnis inovasi ini tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Alur Kerja Simpreswa Spenama
Lokasi perangkat presensi diletakkan di depan pintu masuk dengan sistem satu pintu agar memudahkan peserta didik untuk melaksanakan presensi dan memudahkan guru dalam memantau disiplin serta budaya antri peserta didik. Kontrol disiplin dalam hal ini tidak hanya dari sisi ketapatan waktu kedatangan namun juga meliputi pemantauan kepatuhan peserta didik terhadap tata tertib penggunaan atribut sekolah.
Gambar 2. Dashboard dan Fisik Simpreswa Spenama
Gambar 3. Kegiatan presensi pagi
Sementara itu pelaksanaan presensi dilakukan pada waktu pagi dan siang hari, untuk memantau berapa lama peserta didik melaksanakan kegiatan di dalam lingkungan sekolah. Hal ini penting mengingat tidak jarang wali murid yang menanyakan ke guru terkait keberadaan anak sepulang sekolah, sehingga guru dapat segera menginformasikan dengan tepat kapan waktu anak meninggalkan sekolah.
Penggunaan kode batang yang hanya bisa dipindai satu per satu dalam jarak dekat mengharuskan peserta didik untuk berbaris rapi menunggu giliran presensi dan tidak memungkinkan untuk berebut. Hal tersebut mendorong penanaman kebiasaan positif dan kepekaan peserta didik untuk mengikuti budaya antri.
Gambar 4. Penggunaan presensi siang
Gambar 5. Budaya Antri Sebagai Dampak Simpreswa Spenama
Gambar 6. Tanggung Jawab dan Kesadaran Peserta Didik Atas Pentingnya Tanda Pengenal
Hasil rekap dari Simpreswa Spenama diarsipkan setiap hari dan dievaluasi setiap minggu sebagai acuan guru dalam memotret disiplin, tanggung jawab dan kepekaan peserta didik. Dari hasil analisis rekap presensi, diperoleh data yang menunjukkan tingkat kedisiplinan siswa, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu penunjang penilaian sikap. Selain penunjang penilaian sikap, data presensi digunakan untuk menganalisa lebih dalam untuk mempelajari permasalahan peserta didik untuk kemudian diberikan treatment sesuai dengan kondisi peserta didik. Dokumentasi ini merupakan bagian penting dari data dukung yang dimiliki SMP Negeri 5 Magelang untuk menilai keberhasilan pendidikan karakter.
Gambar 8. Rekap Simpreswa Spenama Sebagai Bahan Evaluasi
Tindak lanjut hasil analisa yang menunjukkan kurangnya kesadaran peserta didik dalam penggunaan Simpreswa Spenama, selanjutnya dilakukan pendekatan lebihlanjut mengenai faktor yang mempengaruhi sikap yang menyebabkan peserta didik tidak disiplin. Berbagai faktor permasalahan yang melatarbelakangi sikap tidak disiplin dalam melaksanakan presensi dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Masalah dan tindak lanjut
Pembinaan dan pendampingan dilakukan oleh guru bimbingan konseling, tim kesiswaan, bekerja sama dengan wali kelas. Strategi yang dilakukan dengan cara mengelompokkan per kasus sehingga dalam pembimbingan dan pendampingan tepat sasaran. Materi bimbingan dilakukan di luar jam pelajaran dengan struktur materi penguatan mental dan motivasi.
Gambar 7. Pembinaan Peserta Didik yang Tidak Menerapkan Simpreswa Spenama
Nama | : | Rizky Tri Murwani, M.Pd. |
Alamat | : | Jl. Pramuka no.25 Panca Arga I RT 05 RW14 Banyurojo Mertoyudan Kab. Magelang |
No. Telepon | : | 08122564787 |