INTEGRASI SENSOR SUHU PADA THERMOSTAD SCT 1000 DENGAN SENSOR CAHAYA PADA FOTOSELL UNTUK OTOMATISASI BREDING BURUNG SISTEM RUANGAN TERTUTUP

Proposal Krenova 2024 "Integrasi Sensor Suhu pada Thermostad SCT 1000 dengan Sensor Cahaya pada Fotosell untuk Otomatisasi Breeding Burung Sistem Ruangan Tertutup" diajukan oleh Masayu Azalia Kirani dan Hudzaif Askarie dari SMA Negeri 3 Salatiga. Inovasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam proses breeding burung dengan mengintegrasikan sensor suhu dan cahaya untuk otomatisasi lingkungan ruangan breeding.

Alat yang dihasilkan dapat membantu peternak/breeder meningkatkan hasil breeding burung, terutama bagi peternak kecil, serta mendukung pengembangan home industri (UMKM) di sektor peternakan. Dalam proses produksi, inovasi ini menyerap tenaga kerja sebanyak 3 orang.

Selain manfaat ekonomi, inovasi ini memberikan dampak positif bagi lingkungan dengan penggunaan energi yang efisien, pengelolaan sumber daya yang lebih baik, dan kontribusi dalam pelestarian habitat burung. Kontrol yang lebih baik terhadap suhu dan pencahayaan memungkinkan pemantauan kondisi lingkungan secara real-time dari jarak jauh.

Uji coba aplikasi alat dilakukan di Kikania Birdfarm, Kabupaten Semarang, dengan hasil yang sukses. Inovasi ini siap untuk diterapkan dan telah mendapat respon positif dari peternak/breeder. Dengan adanya integrasi sensor suhu dan sensor cahaya, para peternak dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam kegiatan breeding burung sistem ruangan tertutup. Selain itu, inovasi ini juga mendukung peternak kecil untuk mengembangkan usaha ke dalam skala home industri (UMKM) dan mengurangi ancaman kepunahan.

Secara keseluruhan, inovasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas breeding burung, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar dan kontribusi dalam pelestarian habitat burung yang terancam punah. Proposal ini mencerminkan upaya inovatif dalam mengintegrasikan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan peternak, efisiensi produksi, dan pelestarian lingkungan.

Indonesia adalah negara yang kaya akan jenis satwa burung liar, khususnya yang endemik di setiap pulau. Namun demikian populasi burung endemik mulai mengalami kepunahan. Penyebab utama yang mengancam kepunahan adalah hilang atau rusaknya habitat dan perburuan untuk perdagangan (Metz, 2005). Perdagangan satwa liar menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan hidup satwa di alam karena sekitar 95% satwa yang diperdagangkan berasal dari tangkapan alam dan sisanya hasil penangkaran (ProFauna, 2009). Hasil survei yang dilakukan Burung Indonesia (2007) menunjukkan bahwa burung merupakan hewan peliharaan yang paling populer (35% dari jumlah sampel 1.781 keluarga) dibandingkan hewan lainnya seperti ikan, anjing (25%), kucing (10%), rodensia, reptilia, monyet dan lainnya (< 5 %) di enam kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Denpasar. Burung sangat diminati masyarakat sebagai hewan peliharaan karena keindahan warna bulu dan suaranya. Burung juga merupakan komoditas perdagangan internasional; tercatat lebih dari 2600 spesies burung liar di pasar internasional disuplai dari Afrika, Asia, Oceania dan Neotropic (Food and Agriculture Organization, 2008). Ada berbagai alasan dan latar belakang yang mendasari orang memelihara burung antara lain penghargaan dalam komunitasnya, aspek budaya, hiburan dan aspek ekonomi (Burung Indonesia, 2007). Kepunahan karena perburuan liar dapat dihindari dengan memperbanyak penangkaran oleh peternak. Peternak atau yang biasa disebut Breeder, dalam menangkarkan burung biasanya bisa menggunakan dua sistem kandang penangkaran yaitu sistem kandang aviari dan sistem kandang baterai. Penggunaan sistem kandang tergantung jenis burung yang ditangkarkan. Sistem kandang aviary biasanya imitasi dari habitat alaminya, sedangkan sistem kandang baterai domestikasi burung di dalam ruangan. Untuk meningkatkan hasil dari breeding maka para breeder perlu upaya khusus, baik dari segi pakan, perawatan dan kondisi lingkungan. Selama ini, secara umum para breeder yang berada di zona home industri hanya menangkarkan burung secara konvensional, hanya merawat yang penting menghasilkan anakan, tetapi kurang memperhitungan aspek efisiensi. Sehingga tidak menghasilkan produktivitas yang tinggi, yang penting ada hasil jual. Disisi lain langkah savety terhadap materi breeding kadang juga tidak diperhatikan, sehingga beternak hanya asalasalan. Para breeder cenderung di zona nyaman, tidak memiliki ekspansi ke arah yang lebih berkualitas. 4 Maka dalam rangka membantu para breeder burung, khususnya yang beternak dengan sistem kandang baterai pada ruangan tertutup perlu adanya suatu sistem otomatisasi perawatan burung. Otomatisasi dilakukan dengan mengintegrasikan sensor suhu yang terdapat pada Thermostad SCT 1000 dan sensor cahaya pada fotosell surya. Otomatisasi akan membantu pada breeder dalam pengaturan suhu breeding yang optimal dan pencayahaan di malam hari yang lebih aman.

Keunggulan yang Ditawarkan dan Perbedaan Bila Dibandingkan dengan Penemuan Sebelumnya yang Sejenis

Keunggulan dari integrasi sensor suhu pada Thermostad SCT 1000 dan sensor cahaya pada Fotosell dengan penambahan Termo Hygrometer adalah:

1. Secara otomatis akan terjadi pengaturan suhu ruangan breeding burung, alat secara otomatis akan memerintahkan udara panas untuk dilepas keluar memalui kipas hisap/exhaust, dan secara otomatis pula untuk akan memerintahkan lampu pijar/pemanas menyala untuk mengimbangi penurunan suhu ruangan, sehingga diperoleh suhu ruangan yang ideal stabil secara realtime.

2. Pencahayaan ruangan breeding khususnya pada sangkar baterai lebih hemat energi karena menggunakan lampu led daya rendah dengan tingkat kecerahan yang mencukupi.

3. Memberikan efisiensi kerja bagi subyek peternak/breeder karena tidak perlu lagi menyala hidupkan lampu ruangan breeding, apalagi jika ditinggal pergi keluar kota lampu otomatis menyala di malam hari dan padam di siang hari.

4. Memberikan rasa aman/savety bagi subyek peternak/breeder dari sengatan listrik dan menghindarkan bahaya kebakaran karena arus pendek.

5. Alarm Thermo Hygrometer HTC 2 di panel box dapat difungsikan sebagai pengingat waktu efektif proses mengawinkan materi breeding burung.

6. Deteksi parameter kelembaban/humidity yang terdapat pada Thermo Hygrometer HTC 2 di panel box membantu subyek peternak/breeder dalam pemberian air di dalam ruangan breeding Ketika humidity mengalami penurunan. Kelemahan: Alat ini belum dilengkapi sensor kelembaban/humidity secara otomatis sehingga masih terpengaruh oleh kembaban/humidity lingkungan.

Nama : Hudzaif Askarie
Alamat : Jl. Tirtoyoso No.1394, Nanggulan, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
No. Telepon : 081226977613