EDIBLE SPOON “SENTUL” (SENDOK BEKATUL)

Indonesia sebagai negara agraris berpotensi dalam bidang pertanian agribisnis dengan komoditas utamanya padi. Pada proses penggilingan terakhir padi menjadi beras, limbah hasil dari kulit ari beras yang terlepas menjadi serbuk halus merupakan bekatul. Pemanfaatan limbah bekatul masih sangat terbatas, secara umum hanya sebagai pakan ternak. Padahal
terdapat banyak nutrisi dari bekatul berupa serat, protein, vitamin B, dan mineral. Sementara itu, salah satu limbah yang banyak dihasilkan seiring meluasnya kedai yang menjual berbagai makanan atau minuman adalah sendok plastik yang sulit terurai di lingkungan (non-biodegradable). Oleh karena itu diperlukan sebuah produk ramah lingkungan (eco-friendly) yang dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Karya tulis ini berfokus pada pembuatan edible spoon dari bekatul sebagai produk bidang pertanian pangan non digital, dan berkontribusi meningkatkan nilai komoditi bekatul dalam bidang agribisnis, serta mengurangi pencemaran limbah sendok plastik di lingkungan. Bahan utama produksi meliputi bekatul, putih telur, gula siwalan dan lilin lebah (beeswax). Hasil penelitian ini adalah “SENTUL” (Sendok Bekatul) dengan struktur berupa sendok dengan karakteristik diantaranya tidak berbau, terasa manis legit, dapat dimakan (edible), dapat dipindahkan (portable), serta sangat mudah terurai di lingkungan (biodegradable). Produk telah melalui uji hidrofobisitas, uji biodegradabilitas, serta diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah sebelum dipasarkan ke masyarakat. Hasil uji kelayakan produk (uji organoleptik & pasar) sebesar 85,31% untuk aspek penampilan, aspek rasa 86,25%, aspek aroma 90,00%, serta 86,63% untuk aspek efektivitas dan kebermanfaatan. Dengan demikian, Edible Spoon “SENTUL” (Sendok Bekatul) dikategorikan sangat layak untuk digunakan dan dimakan.

Kata Kunci: Bekatul, Edible Spoon, Biodegradable

Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi dalam industri pertanian mengingat tingginya tingkat kesuburan tanah dan lahan yang luas. Salah satu komoditas utama pertanian yaitu padi. Menurut data Kementerian Pertanian yang telah merilis daftar negara penghasil padi terbesar di dunia dalam kurun waktu 2014 sampai 2018, hasilnya Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara penghasil padi terbesar di dunia dengan rata-rata produksi mencapai 77,96 juta ton atau berkontribusi sebesar 10,28% terhadap total produksi padi di dunia.

Hasil penggilingan padi terdapat berbagai macam bentuk diantaranya berupa beras, gabah dan bekatul. Limbah bekatul atau sering juga disebut sebagai sekam padi merupakan limbah hasil dari kulit ari beras yang terlepas menjadi serbuk halus pada proses penggilingan terakhir padi menjadi beras. Kandungan gizi yang tinggi di dalam bekatul bermanfaat bagi kesehatan manusia. Nutrisi yang luas dari bekatul berupa serat, protein, vitamin B, dan mineral merupakan kombinasi ideal yang mendukung pertumbuhan optimal tubuh manusia. Serat dari bekatul dapat memperbaiki pencernaan manusia, proteinnya dapat membangun jaringan tubuh, vitamin serta mineralnya dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Bekatul yang dijadikan bahan makanan untuk dikonsumsi dapat membantu mencegah stunting pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun demikian limbah bekatul yang melimpah di Indonesia jarang dikonsumsi meskipun memiliki banyak nutrisi. Pemanfaatan bekatul masih sangat terbatas sebab mayoritas masyarakat hanya menggunakannya sebagai pakan ternak.

Dewasa ini, isu lingkungan seperti meningkatnya sampah plastik menjadi salah satu perhatian utama. Plastik menjadi bahan yang paling populer di dunia dengan penggunaan yang meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir sebab dianggap praktis dan ekonomis. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang mencapai 64 juta ton per tahun.

Plastik merupakan bahan yang terbuat dari zat-zat petrokimia yang tidak layak kembali ke ekologi sekitar. Sebab zat kimia tersebut mudah larut ke tanah, air, dan udara, yang kemudian diserap oleh makhluk hidup. Selain itu, plastik membutuhkan waktu 1000 tahun agar dapat terurai oleh tanah secara sempurna. Saat terurai, partikel-partikel sampah plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika sampah plastik dibiarkan, plastik tersebut akan menjadi polutan yang signifikan. Namun jika dibakar, sampah plastik akan menambah kadar gas rumah kaca di atmosfer dan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan terutama pada sistem pernafasan.

Salah satu jenis sampah plastik yang sering kali ditemukan adalah sendok berbahan plastik. Sendok plastik sekali pakai menjadi limbah yang banyak dihasilkan seiring meluasnya kedai yang menjual berbagai makanan atau minuman. Dengan demikian, sendok plastik menjadi salah satu pemicu meningkatnya limbah plastik yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan makhluk hidup sebab sulit terurai (non-biodegradable). Berdasarkan permasalahan lingkungan tersebut maka diperlukan bahan yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti sendok plastik sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru. Bekatul merupakan bahan organik dengan sifat mudah terurai atau biodegradable dan dapat dimakan atau edible sehingga tepat digunakan untuk pembuatan produk ramah lingkungan (green product). Karya tulis ini berfokus pada pembuatan Edible Spoon yang dinamakan “SENTUL” (Sendok Bekatul) sebagai produk bidang pertanian pangan non digital yang berkontribusi untuk meningkatkan nilai komoditi bekatul dalam bidang agribisnis, serta alternatif pengganti sendok untuk mengurangi cemaran limbah sendok plastik di lingkungan.

Edible Spoon “SENTUL” (Sendok Bekatul) merupakan inovasi sendok yang memanfaatkan limbah bekatul sebagai bahan dasarnya, dimana memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

1. Produk terbaharukan (renewable)

Inovasi ini memodifikasi dari edible spoon berbahan organik seperti gandum dan sayuran. Namun “SENTUL” (Sendok Bekatul) merupakan inovasi yang belum pernah dipublikasikan, sehingga dalam pengembangannya disebut sebagai inovasi terbaharukan atau renewable.

2. Sendok dapat dimakan (Edible Spoon)

Sendok bekatul atau “SENTUL” dapat dimakan (edible) sebab berasal dari bahan organik sekam padi yang merupakan limbah hasil dari kulit ari beras yang terlepas menjadi serbuk halus pada proses penggilingan padi terakhir. Selain itu, sendok bekatul tidak menggunakan bahan pengawet tambahan dan telah teruji di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). SENTUL memiliki rasa yang manis karena campuran gula cair siwalan sehingga tidak berbau, terasa manis legit, dan dapat digunakan selayaknya sendok makan, seperti untuk menyendok es krim, jasuke, makaroni dan sebagainya.

3. Kandungan gizi/ nutrisi tinggi

Produk "SENTUL" memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Nutrisi yang luas dari bekatul berupa serat, protein, vitamin B, dan mineral dapat mendukung pertumbuhan optimal tubuh manusia. Serat dari bekatul dapat memperbaiki pencernaan manusia, proteinnya dapat membangun jaringan tubuh, vitamin serta mineralnya dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Selain itu, produk ini dapat membantu mencegah permasalahan kesehatan seperti stunting pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Daya simpan lama

Produk "SENTUL" (Sendok Bekatul) mempunyai daya simpan selama lebih dari tiga minggu dalam suhu ruang, sehingga apabila diperjualbelikan, produk akan tetap terjamin untuk dikonsumsi (edible) dan terjaga keawetannya.

Perbedaan produk “SENTUL” (Sendok Bekatul) dengan sendok plastik di pasaran sebagai berikut:

  1. Produk ramah lingkungan (eco-friendly) karena tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
  2. Produk menggunakan bahan organik sehingga mudah terurai dengan lingkungan (biodegradable).

Sementara sendok plastik di pasaran memiliki dampak negatif bagi lingkungan karena menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasarnya sehingga sangat sulit terurai secara alami (non-biodegradable), bahkan memerlukan waktu selama jutaan tahun untuk terdegradasi.

Nama : Arum Prabawani
Alamat : Jalan P Sudirman No 127 Rembang, Kabongan Lor, Rembang, Rembang
No. Telepon : (0295)691198