MEP4 (Mesin Penanam Padi Pembantu Petani)

Saat ini masih terdapat permasalahan serius di bidang ketenagakerjaan pertanian. Permasalahan utama yaitu perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian, yaitu petani berusia tua (lebih dari 55 tahun) jumlahnya semakin meningkat, sementara tenaga kerja usia muda semakin berkurang. MEP4 merupakan alat penanam padi otomatis yang dilengkapi oleh ESP 32 yang dapat menjadikannya mampu beroperasi secara online dan menjadikan energi listrik sebagai sumber daya utama yang menjadikan MEP4 termaksud dalam golongan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan hasil sisa pembakaran mesin. Pengerjaan lahan sawah seluas 300meter persegi dengan jarak tanam 20 cm menggunakan MEP4, a)1 orang pekerja = Rp. 150.000 2 jam, b) Lama pengerjaan = 2 jam, c) Menggunakan MEP4. Pengerjaan lahan sawah seluas 300meter persegi dengan jarak tanam 20 cm menggunakan cara manual., a) 2-6 orang pekerja = Rp. 150.000 perhari X 2 = Rp.300.000–Rp.900.000., b) Lama pengerjaan = 4 jam, c) Diberi jarak menggunakan batang pohon yang telah di beri tanda setiap 25 cm. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa MEP4 memiiliki keunggulan dalam aspek efisiensi kerja dan dapat mengatur finansial petani menjadi jauh lebih baik.

Kata kunci: Penuaan Petani, Penanaman Padi Otomatis ,  ESP 32.

       Sumber daya manusia pertanian mempunyai peran penting dalam membangun pertanian berkelanjutan. Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Kementerian Pertanian 2015) memfokuskan pembangunan pertanian melalui konsep pembangunan pertanian berkelanjutan. Permasalahan utama yaitu perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian, yaitu petani berusia tua (lebih dari 55 tahun) jumlahnya semakin meningkat, sementara tenaga kerja usia muda semakin berkurang. Fenomena semakin menuanya petani (aging farmer) dan semakin menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian tersebut menambah permasalahan klasik ketenagakerjaan pertanian selama ini. Berdasarkan hasil analisis terhadap data Sensus Pertanian 2003–2013 dan 2013-2024, dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja pertanian didominasi tenaga kerja usia tua lebih dari 40 tahun, tenaga kerja usia muda jumlahnya tidak banyak dan cenderung merosot dibandingkan 10 tahun sebelumnya. Demikian pula berdasarkan data Sensus Pertanian 1993–2003 komposisi pekerja sektor pertanian berdasarkan usia telah mengalami pergeseran yang menunjukkan semakin berkurangnya tenaga kerja muda di sektor pertanian. Data tersebut menunjukkan bahwa selama dua dekade, secara absolut dan relatif, jumlah petani muda mengalami penurunan relatif tajam, sementara yang tergolong usia tua semakin meningkat. Di sisi lain, pemuda yang bekerja di sektor nonpertanian juga meningkat dari waktu ke waktu. Jumlah petani usia tua yang dominan dan minat generasi muda bekerja di sektor pertanian yang merosot ternyata juga dialami oleh negara-negara lainnya, bukan hanya negara-negara di Asia yang memiliki keterbatasan lahan, namun juga di negara-negara Eropa dan Kanada (Murphy 2012; European Commission 2012; Wang 2014; Uchiyama 2014).

       Berbagai faktor yang menyebabkan sektor pertanian semakin ditinggalkan oleh tenaga kerja usia muda dan tenaga kerja muda berpendidikan. Faktor-faktor tersebut antara lain (a) rata-rata luas lahan sempit atau bahkan tidak memiliki lahan; (b) sektor pertanian dipandang kurang memberikan prestise sosial, kotor, dan berisiko; (c) kualitas pendidikan dan kesempatan kerja yang tersedia di desa, yang dicerminkan oleh semakin banyaknya pemuda di desa yang bersekolah ke jenjang pendidikan lebih tinggi sehingga makin selektif terhadap pekerjaan; (d) anggapan pertanian berisiko tinggi, kurang memberikan jaminan tingkat, stabilitas, dan keberlanjutan pendapatan; (e) tingkat upah dan pendapatan di pertanian rendah, terutama dengan status petani gurem.

Solusi dari fenomena tersebut adalah memajukan teknologi di bidang pertanian, hal ini dapat menjadi penyelesaian dari salah satu faktor penyebab ditinggalkannya sektor pertanian, yaitu pandangan kurang memberikan prestise sosial, kotor, dan beresiko. Memajukan teknologi di bidang pertanian ini juga dapat memudahkan petani dalam menanam padi dan mengatur keuangan upah petani gurem. Memajukan teknologi pertanian juga dibutuhkan dana yang tidak sedikit, banyaknya alat penanam padi yang di tawarkan oleh perusahaan perusahaan memiliki harga yang bervariatif dan tinggi, sedangkan petani muda hanya memiliki modal yang terbatas, maka dibutuhkannya alat yang memiliki harga yang terjangkau dengan efisiensi kerja yang serupa dengan alat penanam padi sejenis. MEP4 merupakan alat penanam padi yang memiliki harga terjangkau dengan efiiensi kerja serupa dengan alat penanam padi sejenis dan menjadikan listrik sebagai sumber daya utama yang menjadikannya alat yang tergolong ramah lingkungan, dikarenakan tidak mengeluarkan polutan dan hasil sisa kerja alat.

       Mensejahterakan petani merupakan sebuah tujuan awal MEP4 dirancang. Awal mula ditemukanya inovasi alat ini, dikarenakan banyaknya data dari berbagai sumber yang menyatakan bahwa, terjadinya telah banyaknya fenomena penuaan petani (aging farmer). Para golongan tua yang bekerja di bawah teriknya matahari dan membutuhkan waktu yang lama hanya untuk menanam sepetak lahan menjadikan kinerja pertanian kurang maksimal. MEP4 juga memiliki prospek pengembanagan kedepan. MEP4 1.0 merupakan generasi pertama yang ditemukan dalam membantu mensejahterakan petani, dilengkapi dengan ESP 32 yang menjadikan MEP4 dapat dioperasikan secara online dan dilengkapi juga dengan energi listrik yang menjadikan MEP4 tergolong dalam golongan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan hasil sisa pembakaran mesin. Prospek pengembangan MEP4 1.0 menjadi 2.0 akan menjadikan MEP4 memiliki elektabilitas yang lebih tinggi. ESP 32 Cam akan menjadi komponen terbaru yan menjadikan MEP4 lebih mudah dalam pengoperasian jarak jauh, dikarenakan memberikan fitur visual, sehingga mempermudah pengguna MEP4 dalam mengoperasikan. Roda depan juga akan menjadi komponen terbaru yang menjadikan MEP4 dapat bergerak hanya dengan menggunakan hp sebagai remot control.

 

  1. Harga terjangkau, MEP4 memiliki harga komersil sebesar Rp. 2.500.000., sedangkan alat penanam padi sejenis memiliki harga komersil sebesar Rp. 3.000.000.- Rp. 82.000.0000. atau lebih dengan efisiensi kerja serupa.
  2. Efisinsi kerja yang cukup tinggi, sistem penanaman 4 benih padi sekali tanam menjadikan efisiensi kerja MEP4 lebih tinggi dibandingkan alat penanam padi serupa. Alat penanam padi serupa ada yang memiliki efisiensi kerja lebih rendah, karena alat tersebut memiliki sistem penanaman 2 benih padi sekali tanam dengan harga alat yang lebih tinggi dan masih dioperasikan secara manual.
  3. Listrik sebagai sumber energi, listrik merupakan energi terbarukan yang tidak akan pernah habis dan listrik juga merupakan energi ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan polutan atau hasil sisa pembakaran. Alat penanam padi sejenis menjadikan solar sebagai sumber daya utama, sedangkan solar merupakan energi yang bersifat terbatas atau tidak dapat diperbarui dan tidak ramah lingkungan, karena menghasilkan polutan atau mengeluarkan hasil sisa pembakaran.

Nama : Muhammad Hanif Al Falah
Alamat : Garut RT.4 Dwung, Garut 1, Dawung, Kec. Sambirejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57293
No. Telepon : +62 858-7839-5878