Pirolisis Mudikal

Sampah merupakan masalah besar bagi kita, khususnya sampah yang tidak dapat terurai seperti plastic. Sampah plastic akan bertahan selamanya didalam tanah sehingga akan membuat tanah rusak dan sukar ditanami. SMK Muhammadiyah sejak tahun 2011 melakukan penelitian tentang daur ulang sampah plastic menjadi BBM. Hal ini akan menjadi alternative penyelesaian masalah sampah terutama sampah plastic.

Sampah merupakan benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi atau tidak dapat digunakan lagi. Sampah yang paling banyak dihasilkan oleh manusia adalah sampah plastik. Plastik merupakan salah satu bagian dari polimer. Menurut Hart (dalam Wega Trisunaryanti, 2018:13) menyebutkan bahwa polimer (poly = banyak, meros = bagian) adalah molekul raksasa yang biasanya memliki bobot molekul tinggi, dibangun dari pengulangan unit-unit dan akan membentuk rantai yang sangat panjang. Molekul sederhana yang membentuk unitunit ulangan ini dinamakan monomer, yakni rantai yang paling pendek. Menurut Kumar dkk (dalam Untoro Budi S, 2013: 33) plastik  adalah  salah  satu  jenis makromolekul  yang  dibentuk  dengan  proses polimerisasi. Penggunaan plastik sendiri karena memiliki keunggulan-keunggulan dibanding material yang lain diantaranya kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, dan isolator panas yang baik (Reni Hiola dan Nur Ayini S. Lalu, 2017). 

Wega Trisunaryanti (2018: 14) menyatakan bahan kemasan plastik disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Monomer plastik biasanya terdiri atas beberapa unsur kimia seperti karbon, hidrogen, klor, flour, dan sulfur. Ketika terjadi polimerisasi, tiap monomer ini sembung-menyambung dan dapat mencapai ribuan monomer yang tersusun (Maimunah Hindun Pulungan dkk, 2018: 13). Selain itu menurut Mochamad Syamsuro (2015: 48) Plastik adalah salah satu produk turunan dari minyak bumi. Oleh karena itu, plastik mempunyai kandungan energi yang tinggi seperti bahan bakar pada umumnya seperti bensin,solar dan minyak tanah. Menurut Budiyantoro (dalam Sigit Haryadi, 2015: 10-11) Temperatur transisi adalah temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel

Disamping keunggulannya, plastik memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan. Bagi lingkungan plastik dapat membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing, mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah karena plastik  menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah, dan jika terbuang ke laut maka hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, serta anjing laut menganggap plastik sebagai makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Bagi kesehatan, plastik dapat menjadi racun bagi manusia jika kantong plastik bekas dijadikan wadah makanan, dan plastik yang dibakar akan menyebabkan pencemaran udara dan gangguan pernapasan. Dan secara tidak langsung sampah plastik yang terus-menerus digunakan akan menjadi timbunan sampah yang tak terurai. Dari segi ini diketahui bahwa plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit berulang. Rantai tersebut tersusun atas polimer hidrokarbon. Sehingga beberapa ahli mengatakan butuh waktu 50 tahun hingga 100 tahun untuk plastik dapat terurai.

Sampah plastik di Indonesia berada pada posisi kedua di dunia yang dibuang di laut. Berdasarkan pada keterangan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Ia menambahkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut (kompas.com, 2018). Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan penanganan terhadap sampah plastik baik berupa pembatasan penggunaan plastik hingga daur ulang sampah plastik. 

Daur ulang sampah plastik dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari mengubah sampah plastik menjadi berbagai macam aksesoris hingga kerajinan tangan yang menarik. Bahkan dengan kemajuan ilmu pengetahun, sampah plastik dapat diubah menjadi bahan bakar minyak (BBM). Mengingat bahwa bahan bakar minyak saat ini telah menjadi bahan energi langkah untuk ditemui dan memiliki harga yang mahal. Sehingga daur ulang yang dilakukan dengan  mengkonversi limbah plastik menjadi bahan bakar  mengingat bahwa bahan baku plastik berasal dari turunan minyak bumi, maka plastik dapat dikembalikan menjadi hidrokarbon sebagai bahan dasar energi. 

Mengkonversi limbah plastik menjadi bahan bakar dilakukan dengan metode pirolisis. Pirolisis merupakan proses peruraian suatu bahan pada temperatur tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses penguraian ini menggunakan suhu yang tinggi serta tekanan yang rendah. Suhu dan tekanan yang digunakan dapat mencapai 8000C dan 700 kpa (Wega Trisunaryanti, 2018: 27). Sri Suharti dan Irnia Nurika (2018: 100) menyebutkan bahwa pirolisis merupakan proses degradasi secara termal dari bahan berbasis karbon melalui penggunaan sumber panas eksternal yang tidak langsung. Elizabeth A. Williams dan Paul T. Williams (1997) menjelaskan pirolisis adalah proses daur ulang tersier dan memiliki kemampuan untuk menyediakan tiga produk akhir : gas, minyak, dan arang yang semuanya berpotensi untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Proses  pirolisis adalah termasuk thermal  cracking,  yaitu  dengan  cara memanaskan  bahan  polimer  tanpa  oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur antara 350°C sampai 900°C. Dari proses ini akan  dihasilkan  arang,  minyak  dari kondensasi  gas  seperti  parafin,  isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi (Untoro Budi, 2012: 36)

Berdasarkan uraian diatas, maka pirolisis sampah plastik merupakan suatu proses dekomposisi senyawa organik yang terdapat dalam plastik melalui proses pemanasan dengan sedikit atau tanpa melibatkan oksigen, di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas, minyak, serta residu berupa lilin dan arang. Pada proses pirolisis senyawa  hidrokarbon rantai panjang yang terdapat pada plastik diharapkan dapat diubah menjadi senyawa hidrokarbon yang lebih pendek dan dapat dijadikan sebagai bahan bakar minyak. Proses ini dilakukan dengan menggunakan sebuah alat yang terdiri dari dua komponen utama berupa tabung reaktor yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pemanasan. Dan tabung kondensor yang berfungsi sebagai pendingin yang akan mengubah gas hasil pemanasan menjadi minyak.

No

Pengolah Plastik menjadi BBM

Pengolah lain

1

Harga relative lebih murah

Harga lebih mahal

2

Intalasi membutuhkan tempat sempit

Instalasi membutuhkan tempat luas

3

Biaya operasional rendah

Biaya operasional lebih tinggi

4

Perawatan mudah (bisa mandiri)

Harus mendatangkan ahli

Nama : M. Husni Cholil
Alamat : Jl. AMD No 1 Pekalongan Barat
No. Telepon : 085601111731