Pop up book untuk siswa tunarungu mengenal lapisan bumi
Azizah Bilqis, Nadia Salsa, Maheswari
SMA Negeri 1 Brebes
Jl. dr. Setiabudi No. 11, Brebes
ABSTRAK
Latar Belakang : Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali anak anak disabilitas terutama penyandang tunarungu. Hak mendasar untuk menerima pendidikan yang berkualitas diberikan kepada setiap individu. Kehadiran sekolah inklusi menjadi solusi tepat bagi mereka agar terus memperoleh pendidikan. Dikarenakan adanya keterbatasan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa tunarungu, inventor peduli dan berinisiatif untuk membuat media pembelajaran yang dapat membantu siswa tunarungu dalam belajar.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui cara meningkatkan pembelajaran bagi siswa tunarungu, menjelaskan proses pembuatan pop up book, mengetahui deskripsi produk pop up book
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu wawancara secara langsung, melakukan eksperimen dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat, pencarian informasi dilakukan dengan membaca artikel di internet dan buku yang berkaitan dengan Pop up Book dan tunarungu.
Hasil Penelitian : Tunarungu tertarik terhadap buku yang memiliki efek visualisasi yang memperlihatkan bentuk nyata. SIBI merupakan bahasa Indonesia versi lisan yang dipindahkan ke dalam modalitas isyarat, yaitu gerakan tangan.
Kesimpulan : Media pembelajaran pop up book efektif dalam proses belajar mengajar.
Kata Kunci : Tunarungu, Media Pembelajaran, Pop Up Book, SIBI
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan sumber daya manusia unggul yang mampu bersaing di era globalisasi. Pengaruh pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan karakter seseorang dalam segala aspeknya.
Hal ini senada dengan apa yang ada dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar atau pembelajaran bahwa guru harus dapat melaksanakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didiknya secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta lainnya yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tidak terkecuali pelajar penyandang disabilitas. Hak mendasar untuk menerima pendidikan yang berkualitas diberikan kepada setiap individu. Kehadiran sekolah inklusi menjadi solusi tepat bagi mereka agar terus memperoleh pendidikan. Pendidikan inklusif dijalankan dengan prinsip yang memungkinkan anak-anak penyandang disabilitas untuk terlibat dalam upaya pembelajaran dan pendidikan tanpa melihat kesenjangan atau perbedaan yang mungkin mereka temui. Dengan mewujudkan hak atas pendidikan bagi penyandang disabilitas, mereka berkesempatan untuk mencapai kesetaraan dengan teman sebayanya dan melepaskan diri dari kungkungan marginalisasi. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) pasal 32 yang menyatakan bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi siswa yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Kata “media” berasal dari bahasa Latin “medium” yang memiliki arti “pengantar”. Pengajar menggunakan media sebagai alat untuk menyampaikan materi. Pop up book adalah sejenis buku yang memiliki unsur 3 dimensi (3D) yang didalamnya terdapat halaman kertas yang bisa dilipat dan ditarik. Dengan demikian, buku ini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menarik perhatian dan lebih efektif bagi siswa tuna rungu yang mengalami gangguan pendengaran dalam memahami materi yang terdapat dalam buku ini. Anak tunarungu lebih banyak menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan lingkungannya, berbeda dengan anak normal yang mana anak tunarungu kesulitan dalam memahami materi sehingga pembelajaran anak tunarungu memakan waktu lebih lama dari anak normal.
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang dibakukan itu merupakan salah satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas. Wujudnya adalah tataanyang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan, dan berbagai gerakan yang melambaikan kosa kata bahasa Indonesia.
Menurut Dewanti, dkk (2018:224) menyatakan media pop up book dapat mengembangkan kreativitas dan memudahkan menangkap makna melalui perwakilan gambar yang menarik, selain itu pop up book juga memunculkan keinginan untuk membaca. Kemampuan pop up book yaitu memperkuat kesan yang ingin disampaikan sehingga dapat terasa nyata.
Adanya keterbatasan guru dalam mengajar sehingga diperlukan lingkungan belajar yang efektif agar siswa dapat memahaminya dengan cepat karena siswa tunarungu mempunyai masalah pendengaran, maka hanya penglihatanlah yang menjadi titik acuannya. Pop-up book menjadi solusi kreatif untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif. Dengan buku pop-up dan gambar 3D, buku ini menarik perhatian anak-anak tunarungu dan mendorong mereka untuk membaca atau sekadar memahami. Dengan menyediakan alat pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa, kami dapat membantu mereka mencapai potensi maksimal di bidang akademik.
Oleh karena itu, tujuan dari karya ilmiah yang berjudul “Pop up book untuk siswa tunarungu mengenal lapisan bumi” untuk mengetahui respon siswa terhadap media penggunaan pop up book pada siswa SMALB (Tunarungu).
Nama | : | Azizah Bilqis Setiani |
Alamat | : | Jl. Jagalempeni, Desa Jagalempeni, Wanasari, Brebes |
No. Telepon | : | 082328626770 |