Inovasi Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Binder Pembuatan Briket Tempurung Kelapa

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada deposit minyak dan gas bumi, semula ditambang di daratan lalu bergerak ke pantai, dan saat ini berkembang ke dasar laut menggunakan teknologi yang sarat modal sehingga biaya produksi minyak dan gas bumi semakin meningkat. Tentu lonjakan ini berpengaruh terhadap harga jual derivasi minyak dan gas bumi yang sampai di masyarakat, terutama produk Liquified Petroleum Gas (LPG) yang penggunaannya dalam masyarakat sangatlah tinggi bahkan tidak jarang terjadi ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat dengan ketersediaan di pasaran.

Di indonesia, plastik juga masih menjadi barang konsumsi setiap hari. Berdasarkan data dari Making Ocean Plastic Free (2017) menyatakan rata-rata ada 192,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, berat total sampah plastik mencapai 1.278.900 ton pertahunnya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa belum seluruh limbah plastik tertangani dengan baik.

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengguanakan briket plastik. Briket ini dapat digunakan sebagai pengganti LPG. Kalor yang dihasilkan dari briket ini kurang lebih 6971,866 kal/gram yang mana jauh lebih tinggi dibanding dengan briket arang kayu. Selain itu harganya yang setara dengan gas LPG, briket plastik ini dapat digunakan selama 11 hari dengan rata rata pemakaian 2 jam/hari.

Kata kunci: briket, briket plastik, sumber energi baru.

Kebutuhan akan sumber energi di dunia ini mayoritas bersumber dari energi fosil, termasuk Indonesia. Minyak bumi dan gas menjadi salah satu sumber utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat ini di Indonesia hampir seluruh derivasi minyak bumi dan hasil olahannya banyak digunakan untuk keperluan industri, transportasi, dan rumah tangga. Berbagai jenis aktivitas kehidupan sehari-hari hampir selalu berkaitan dengan produk-produk yang berasal dari minyak bumi, seperti Liquified Petroleum Gas (LPG), bensin, aviation turbine fuel (avtur), bahan bakar diesel, minyak pelumas, aspal, kerosin, dan sebagainya.

Kelemahan dari minyak bumi adalah sifatnya yang tidak bisa diperbaharui. Proses pembentukan minyak bumi dalam perut bumi sangat membutuhkan waktu yang lama, berjuta juta tahun. Padahal sebaliknya, eksploitasi minyak bumi dilakukan setiap hari. Pengambilan minyak bumi dilakukan terus menerus dengan tingkat kebutuhan yang semakin meningkat setiap waktu.

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan minyak bumi Indonesia hanya tersedia untuk 9,5 tahun dan gas bumi untuk 19,9 tahun dengan asumsi tidak ada penemuan baru cadangan sumber energi. Jika ditinjau dari kapasitas produksi, rata-rata minyak dan gas bumi dalam dua tahun terakhir menunjukkan terjadinya penurunan akibat adanya penurunan performance reservoir secara alami dan belum ditemukannya cadangan besar yang dapat menggantikan bahan yang terus diproduksi. Hal ini berarti bahwa terdapat penurunan dari segi kuantitas minyak dan gas bumi dan dalam jangka waktu tertentu akan habis (Kementerian ESDM, 2019)

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada deposit minyak dan gas bumi, semula ditambang di daratan lalu bergerak ke pantai, dan saat ini berkembang ke  dasar  laut  menggunakan  teknologi  yang  sarat  modal  sehingga  biaya produksi minyak dan gas bumi semakin meningkat. Tentu lonjakan ini berpengaruh terhadap harga jual derivasi minyak dan gas bumi yang sampai di masyarakat, terutama produk Liquified Petroleum Gas (LPG) yang penggunaannya dalam masyarakat sangatlah tinggi bahkan tidak jarang terjadi ketidakseimbangan antara permintaan masyarakat dengan ketersediaan di pasaran. Maka tidak dapat dihindari jika setiap tahun terjadi loncatan loncatan harga di  masyarakat  yang  tidak  jarang  menimbulkan  gejolak  yang  cukup dahsyat. Bahkan kerap produk tersebut menghilang dari peredaran dan kemudian hadir kembali dengan harga yang fantastis akibat dari kelangkaan yang terjadi.

Dalam kondisi seperti ini, perlu dilakukan pengkajian secara cermat untuk memanfaatkan energi alternatif yang bisa ditawarkan kepada masyarakat kecil untuk meringankan bebannya dalam mencukupi bahan bakar. Usaha ini juga harus didukung dengan pola pikir masyarakat yang lebih senang menggunakan bahan bakar minyak disaat telah hadirnya energi alternatif yang dapat dimanfaatkan.

Selanjutnya kondisi yang masih perlu mendapat perhatian adalah masih melimpahnya limbah plastik. Di indonesia, kantong plastik juga masih menjadi barang konsumsi setiap hari. Berdasarkan data dari Making Ocean Plastic Free (2017) menyatakan rata-rata ada 192,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, berat total sampah plastik mencapai 1.278.900 ton pertahunnya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa belum seluruh limbah plastik tertangani dengan baik. Perlu ada optimalisasi penggunaan limbah plastik menjadi barang yang lebih tepat guna sekaligus sebagai langkah penanaman perilaku ramah lingkungan hidup.

Kelapa merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Tanaman ini memiliki banyak manfaat, begitu pula dengan buahnya. Bahkan tempurung kelapa nya masih dapat dimanfaatkan. Selain dapat digunakan sebagai kerajinan tangan, tempurung kelapa yang mengandung  banyak  karbon  dan  struktur yang  keras  karena  mengandung banyak  silikat.  Pada  penelitian  terdahulu menunjukkan bahwa nilai  kalor tempurung  kelapa  menunjukkan  angka  yang  sangat  tinggi  yaitu  rata-rata 6971,866 kal/gram.

Dengan demikian perlu adanya sebuah inovasi energi terbarukan menggunakan potensi yang dimiliki sehingga dapat menjadi salah satu jalan keluar permasalahan lingkungan. Beberapa hal tersebut yang mendorong kami untuk menciptakan sebuah inovasi berupa briket plastik dengan memanfaatkan bahan dasar tempurung kelapa. Besar harapan kami agar inovasi yang kami ciptakan dapat menjadi salah satu pilihan jalan keluar bagi masyarakat kecil dalam menggunakan sumber energi.

Beberapa keunggulan dari inovasi briket plastik adalah :

1.  Produk belum ada di pasaran.

Produk yang sejenis memang sudah ada, tetapi hanya menggunakan arang tempurung kelapa saja, sedangkan di produk kami menggunakan arang tempurung kelapa dan dicampur dengan perekat olahan limbah sampah plastik.

2.  Menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah diaplikasikan.

     Proses pembuatan briket plastik ini menggunakan alat yang mudah ditemukan disekitar kita, serta menggunakan bahan yang tersedia melimpah, tetapi tidak dimanfaatkan padahal jika dimanfaatkan akan memberikan keuntungan kepada kita.

3.  Bisa menjadi alternatif pengganti LPG

Briket plastik ini dibandrol seharga Rp 3.600. Apabila dikalkulasikan,  dengan membayar Rp 20.000 yang mana sebanding dengan harga isi ulang gas LPG, dapat membeli sebanyak 5,5 kg briket plastik yang berisi 20 briket/kg. Dengan menggunakan 5,5 kg briket plastik tersebut masyarakat dapat memasak selama 11 hari dengan lama pemakaian rata-rata 2 jam.

Nama : Thoyib Lukmansyah
Alamat : SMK NEGERI 2 SUKOHARJO (Jl. Solo - Wonogiri, Dusun 1, Begajah, Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57551)
No. Telepon : 085952456828