BUKU LITNUM (Literasi dan Numerasi) Berbasis Kearifan Lokal

Hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 telah diumumkan pada 5 Desember 2023, dan Indonesia berada di peringkat 68 dari 81 negara. Sejak keikutsertaan pada PISA mulai dari tahun 2000 sampai dengan 2022, belum terjadi peningkatan kualitas secara signifikan. Temuan dari analisis hasil tes PISA Indonesia, hanya 18% siswa yang dapat memperoleh kemahiran matematika pada level menafsirkan dan mengenali kalimat direpresentasikan secara matematis. Kondisi serupa ditemukan pada bidang sains dan membaca. Rendahnya perubahan skor perolehan anak-anak Indonesia usia 15 tahun pada penilaian PISA, menunjukkan masih rendahnya kompetensi anak-anak usia 15 tahun pada keterampilan abad ke-21 yang meliputi kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Apabila tidak diatasi anak-anak Indonesia keterampilan berpikirnya akan selalu tertinggal dibandingkan negara-negara lain.

Buku pengayaan literasi dan numerasi berbasis kearifan lokal merupakan jendela bagi anak-anak untuk menjelajahi dan memahami warisan budaya mereka sejak usia dini. Buku-buku yang mengangkat tema-tema lokal memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak karena mereka dapat merasakan kedekatan dengan cerita dan karakter yang diceritakan. Dengan melibatkan elemen-elemen yang akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka, anak-anak akan merasa lebih termotivasi untuk membaca dan belajar. Minat yang tumbuh dari buku-buku ini akan membantu meningkatkan keterampilan membaca dan menulis mereka secara alami

Dalam rangka memastikan bahwa anak-anak tumbuh menjadi individu yang berpengetahuan luas dan terhubung dengan akar budaya mereka, penting bagi pendidikan untuk mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum, termasuk melalui pengembangan buku-buku pengayaan literasi dan numerasi. 

HASIL penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2022 diumumkan pada 5 Desember 2023, dan Indonesia berada di peringkat 68 dari 81 negara yang berpartisipasi serta. Perolehan skor; matematika (379), sains (398), dan membaca (371). Informasi yang dihasilkan oleh PISA memberikan landasan bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan reformasi sistem pendidikan, demi menciptakan masa depan yang lebih cerah dan lebih berhasil secara finansial. PISA tidak hanya menjadi alat evaluasi semata, tetapi juga menjadi sumber daya berharga yang dapat membimbing perubahan kebijakan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat global. Hasil tes PISA ini lah yang menjadi landasan KEMDIKBUDRISTEKDIKTI untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pendidikan nasional.

Secara khusus PISA didesain untuk mengukur sejauh mana siswa dipersiapkan oleh sistem pendidikan mereka, dalam mengaplikasikan konsep dan keterampilan yang mereka pelajari. Konsep ini mendorong ide learning for transfer, yang mana siswa tidak hanya menguasai materi pembelajaran untuk tes, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam situasi kehidupan nyata.Oleh karena itu, hasil PISA tidak hanya mencerminkan tingkat pemahaman siswa terhadap kurikulum, tetapi juga kemampuan mereka untuk berpikir kritis, menafsirkan informasi, dan memecahkan masalah dalam berbagai konteks kehidupan.

Sejak keikutsertaan Indonesia pada PISA mulai dari 2000 sampai dengan 2022, belum terjadi peningkatan kualitas secara signifikan sepanjang 2000-2022.Yang mencemaskan adalah ternyata hanya 18% siswa kita yang dapat memperoleh kemahiran matematika minimal level 2 

(siswa dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi sederhana dapat direpresentasikan secara matematis).

 

Kondisi serupa ditemukan pada bidang sains dan membaca. Enam negara maju Asia yang memperoleh level 5 dan 6, meliputi Singapura (41%), Taiwan (32%), Makau (29%), Hong Kong (27%), Jepang (23%), dan Korea (23%).Pada level 5 dan 6 ini, siswa sudah mampu memodelkan situasi yang kompleks secara matematis, dan dapat memilih, membandingkan dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menghadapinya. Rendah dan rentan terjadinya perubahan skor perolehan anak-anak Indonesia usia 15 tahun pada penilaian PISA, menunjukkan masih rendahnya kompetensi anak-anak usia 15 tahun pada keterampilan abad ke-21 yang meliputi kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan higher-order thinking skills (HOTS).

Salah satu sarana yang efektif dalam memperkenalkan kearifan

lokal kepada anak-anak adalah melalui buku-buku pengayaan literasi dan numerasi. Dalam konteks anak sekolah dasar, buku-buku ini tidak hanya membantu meningkatkan kemampuan membaca dan berhitung, tetapi juga memperkaya pengetahuan mereka tentang budaya, tradisi, dan nilai- nilai lokal. Buku pengayaan literasi dan numerasi berbasis kearifan lokal merupakan jendela bagi anak-anak untuk menjelajahi dan memahami warisan budaya mereka sejak usia dini.

Buku-buku yang mengangkat tema-tema lokal memiliki daya tarik tersendiri bagi anak-anak karena mereka dapat merasakan kedekatan dengan cerita dan karakter yang diceritakan. Dengan melibatkan elemen- elemen yang akrab dalam kehidupan sehari-hari mereka, anak-anak akan merasa lebih termotivasi untuk membaca dan belajar. Minat yang tumbuh dari buku-buku ini akan membantu meningkatkan keterampilan membaca dan menulis mereka secara alami.

Menurut penelusuran dari berbagai sumber melalui wawancara, internet, marketplace maupun media social. Buku LITNUM berbasis kearifan lokal ini menjadi satu-satunya atau pionir dalam buku pengayaan literasi dan numerasi berbasis kearifan lokal dan keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah dalam berbagai konteks kehidupan

Nama : Slamet Hariyadi, M.Pd
Alamat : Dk. Balong RT 1 RW 2, Desa Kulu Kecamatan Karanganyar
No. Telepon : '085642852711