“FINGER FOOD KAKI NAGA” SEBAGAI INOVASI PMT BAHAN PANGAN LOKAL 2 HEWANI 1 NABATI UNTUK PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING KABUPATEN KUDUS

Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang mengakibatkan gagal tumbuh pada Balita. Masalah gizi ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U). Prevalensi stunting di Indonesia masih diatas rata-rata global. Berdasarkan hasil penelitian tahun 2021 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 24,4%. 

Kabupaten Kudus merupakan salah satu daerah yang memiliki prevalensi stunting cukup tinggi yaitu sebesar 2.120 dari 52.369 balita (4,05%). Hal inilah yang menjadi fokus Pemerintah Kabupaten Kudus untuk menurunkan angka prevalensi stunting pada Balita.

Beberapa upaya pemerintah telah dilakukan dalam menurunkan angka stunting, namun melalui inovasi ini yang memadukan bahan pangan lokal 2 hewani 1 nabati dengan komoditi terbanyak di Kabupaten Kudus yang nantinya akan dikomersialkan inverstor yang tertarik dengan produk unggulan ini. Suatu penelitian menunjukkan mengkonsumsi ikan gabus dapat mencegah terjadinya stunting. Penelitian lain berupa pengolahan ikan gabus menjadi nugget yang menunjukkan dampak peningkatan tinggi badan pada anak stunting.

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya inovasi produk makanan dengan berbasis dua protein hewani dan satu protein nabati. Inovasi produk tersebut dapat mendukung program terbaru pemerintah untuk menurunkan angka stunting. Finger Food dapat menjadi alternatif produk fungsional PMT Pemulihan melalui substitusi daging ikan lele, gabus, dan tahu. Metode kegiatan ini adalah Pemberian Makanan Tambahan dalam bentuk Finger Food. Hasil kegiatan berupa pelatihan pembuatan PMT berbasis pangan lokal. Kesimpulan:Modifikasi berbasis kearifan lokal yang dapat menjadi alternatif program pencegahan stunting, serta menjadi produk unggulan di Kabupaten Kudus dengan harapan masyarakat bisa mengolah secara mandiri PMT dengan nilai gizi seimbang yang bisa diperjualbelikan untuk meningkatkan perekonomian.

Masalah gizi di Indonesia yang masih menjadi perhatian adalah masih tingginya angka stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Hasil penelitian tahun 2022 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 21,6%. Kabupaten Kudus merupakan daerah yang memiliki prevalensi stunting cukup tinggi (4,05%). Hal inilah yang menjadi fokus Pemerintah Kudus untuk menurunkan angka prevalensi stunting pada Balita. Pemerintah mencanangkan program mengenai percepatan penurunan stunting yaitu dengan konsumsi bahan makanan bersumber protein hewani maupun nabati. Salah satu sumber protein hewani dapat diperoleh dari ikan. Kabupaten Kudus yang sebagian merupakan daerah komoditi sumber protein hewani yaitu lele dan ikan gabus dapat mendukung program tersebut dengan pemanfaatan hasil olahan ikan . Jenis ikan yang dapat dimanfaatkan adalah ikan lele dan gabus. Ikan lele memiliki kandungan protein cukup tinggi yaitu 18 gram dalam 100 gram daging ikan lele. Protein merupakan zat gizi makro yang berfungsi sebagai reseptor dalam fungsi DNA yang mengendalikan proses pertumbuhan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa konsumsi jenis ikan salah satunya ikan lele dapat mencegah terjadinya stunting. Penelitian lain yang melakukan pengolahan ikan lele menjadi nugget menunjukkan dampak peningkatan tinggi badan pada anak stunting. Udang juga merupakan salah satu jenis protein hewani yang memiliki kandungan tinggi protein. Kandungan protein pada gabus  adalah 425,2 gram dalam 100 gram daging gabus. Asam amino pada gabus adalah kandungan lisin (0,191%). Kandungan lisin dapat membantu memperbaiki pertumbuhan sel dan jaringan tubuh pada stunting. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pemberian nugget tempe dan ikan dapat meningkatkan status gizi anak sekolah dasar. Tahu adalah salah satu jenis protein nabati. Kandungan gizi dalam setiap 100 gr tahu yaitu 70-90% air, 5-15% protein, 408% lemak, dan 2-5% karbohidrat. Kandungan protein yang terdapat pada tahu tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif makanan untuk pencegahan stunting. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya inovasi produk makanan modifikasi dua protein hewani dan satu protein nabati. Inovasi produk tersebut dapat mendukung perogram terbaru pemerintah untuk menurunkan angka stunting. PMT Kaki Naga Lele dan gabus dapat menjadi alternatif produk fungsional melalui substitusi daging ikan lele, udang, dan tahu. Tujuan inovasi ini adalah untuk memberikan informasi dan edukasi pada Ibu Balita dalam membuat inovasi PMT modifikasi dua hewani satu nabati sebagai produk pangan lokal secara mandiri untuk penurunan angka stunting.

PMT inovasi berbahan dasar pangan lokal untuk usia balita dengan perpaduan 2 protein hewani dan 1 protein nabati yang digunakan sebagai PMT modifikasi percepatan pencegahan Stunting di Kabupaten Kudus dilengkapi dengan informasi nilai gizi sebagai berikut :

Finger Food Kaki Naga GaLe

No

Bahan

Berat

Energi

Lemak

Protein

Karbohidrat

1

Ikan Lele

100 gram

240

14,53

17,57

8,54

2

Ikan Gabus

100 gram

89

1,25

18,31

0

3

Tahu Putih

20 gram

16

0,99

1,59

0,42

4

Wortel

10 gram

4

0,02

0,09

0,96

5

Telur

1 butir sedang

65

4,37

5,54

0,34

6

Keju Cheddar

50 gram

150

12,5

5

5

7

Tepung Tapioka

20 gram

72

0

0

17,8

8

Tepung Maizena

20 gram

72

0

0,2

17,8

Jumlah

708

33,66

48,3

50,86

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa informasi nilai gizi pada PMT inovasi berbahan dasar pangan lokal untuk usia balita per porsi meliputi:

 

Energi

           708 Kkal

Karbohidrat

 50,86 gr

Protein

48,3 gr

Lemak

33,66 gr

Adapun uji daya simpan finger food tahap pertama selama 3 hari dengan rangkaian sebagai berikut:

1. Uji daya simpan suhu ruang

     Adapun uji daya simpan finger food di suhu ruang selama 3 hari adalah sebagai berikut:

  • Hari pertama : rasa ,warna ,aroma ,dan tekstur tidak ada perubahan
  • Hari kedua : rasa,warna,tekstur,  dan aroma tidak ada  perubahan
  • Hari ketiga : ada sedikit perubahan warna, aroma, rasa, dan tekstur tidak ada perubahan

2. Uji daya simpan dalam kulkas

    Uji daya simpan di kulkas selama 3 hari warna, rasa, aroma, dan tekstur aman tidak ada perubahan

3. Uji daya simpan dalam freezer

    Uji daya simpan di freezer tahapan pertama selama 3 hari tidak ada perubahan. Tahapan kedua selama 6 hari dan tahapan ketiga selama sebulan. Untuk tahapan kedua dan ketiga masih dalam progres berjalan, sedangkan untuk hasil uji pertumbuhan bakteri di laboratorium masih dalam progres berjalan.

 

 

 

 

 

Nama : Yulia Arifatul Chorida
Alamat : Dersalam GG Rejo Mulyo RT 003/RW 003, Dersalam, Bae, Kudus
No. Telepon : 082227162230