MIE LOW CAL

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi "Mie Low-Cal" yang dibuat dari tepung ampas tahu dan bubuk labu kuning (Cucurbita moschata Durch) serta untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap penderita diabetes melitus. Metode pembuatan mie low-cal melibatkan proses penggilingan ampas tahu yang bersih dan labu kuning yang direbus, dikeringkan, dan dihaluskan menjadi bubuk. Formulasi produk ditentukan dengan memperhitungkan perbandingan yang tepat antara kedua bahan utama untuk mencapai profil gizi dan tekstur yang diinginkan. Selain itu, mie low-cal juga diuji secara organoleptik untuk memastikan rasa, aroma, dan tekstur yang diterima oleh konsumen. Uji efek terapeutik dilakukan melalui uji klinis pada sekelompok penderita diabetes melitus, yang menunjukkan bahwa konsumsi mie low-cal dapat membantu dalam pengelolaan kadar gula darah dan meningkatkan parameter kesehatan lainnya. Dengan demikian, inovasi "Mie Low-Cal" ini menawarkan alternatif makanan yang sehat dan bergizi bagi penderita diabetes melitus, serta memberikan kontribusi positif dalam upaya pengelolaan penyakit ini

 

 

Kemenkes melaporkan bahwa Indonesia peringkat 5 Dunia tahun 2021 dalam kasus Diabetes melitus (DM) yaitu 19,5juta pada 2021. DM merupakan penyakit kelainan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa yang tinggi dalam darah) karena kekurangan insulin, resistensi insulin atau keduanya (Piero et al. 2014; Harikumar et al. 2015, Kharroubi dan Darwish 2015, Punthakee et al. 2018). Hubungan serat pangan terhadap penurunan gula darah dipengaruhi oleh penyerapan karbohidrat di dalam usus. Semakin rendah penyerapan karbohidrat di dalam tubuh maka kadar glukosa darah pun menjadi rendah, hal ini disebabkan oleh kerja dari serat pangan. Serat pangan baik serat pangan larut dalam air maupun serat tidak larut dalam air memiliki kemampuan untuk memperlambat pengosongan lambung dan mengubah gerakan peristaltik lambung yang akan menyebabkan rasa kenyang yang lebih lama. Pasien DM harus mengkonsumsi rendah kalori untuk menurunkan kadar gula darah.

Kandungan gizi Ampas tahu memiliki nilai gizi yang masih cukup baik karena masih mengandung protein, lemak, serat dan zat gizi lainnya. Dalam 100 gram tepung ampas tahu mengandung karbohidrat 66,24%, protein 17,72%, serat kasar 3,23% dan lemak 2,62% dan kandungan tersebut lebih tinggi dari tepung terigu dalam berat yang sama. Kelebihan lain dari tepung ampas tahu adalah adanya kandungan serat kasar lebih besar dari tepung terigu (0,4-0,5%) sehingga kandungan serat pada tepung ampas tahu ini dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan serat pada tubuh (Wati. 2013). Serat dari ampas tahu ini dapat membantu menyebabkan rasa kenyang yang lebih lama sehingga tidak mudah lapar dan mengkonsumsi makanan yang berkalori. Adapun ampas tahu yang merupakan sisa dari produksi tahu di Kudus dalam sebulan mencapai 400 ton sampai 500 ton. Jumlah tersebut untuk memenuhi 228 produsen tahu dan tempe di Kudus. Produsen ampas tahu Saat ini, mampu menjual ampas tahu sebanyak 480 kilogram dalam 40 masak per harinya. Perhitungan satu kali masak menghasilkan ampas tahu sebanyak 12 kilogram dan akan dijual dengan harga Rp 14 ribu/kg ampas. Jika berlebih, maka ampas akan langsung dibuang ke sungai. Hal ini menyebabkan pencemaran lingkungan dengan bau tidak sedap karena terdekomposisi. Suatu alasan digunakannya tepung sebagai bahan dasar mie yang berasal dari ampas tahu, selain mengandung serat lebih tinggi dari terigu juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata) merupakan salah satu tumbuhan sumber pangan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berserat halus sehingga mudah dicerna. Nutrisi dan senyawa bioaktif yang terkandung dalam buah labu antara lain pektin, fenolat, flavonoid, vitamin (vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin C, dan vitamin E), asam amino, karbohidrat dan mineral (kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, tembaga, dan seng (Kuncoro, 2019.). Tepung labu kuning dapat dikategorikan ke dalam pangan tinggi serat karena telah memenuhi persyaratan kategori bahan pangan tinggi serat yaitu minimal kandungan serat pangannya sebesar 6 g/100 g bahan pangan (Foschia et al., 2013). Simpson et al. (2014) melakukan penelitian pengaruh labu kuning terhadap hewan coba dan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polsakarida pada labu kuning berpotensi menurunkan kadar glukosa dan dapat menstimulasi regenerasi sel beta pankreas yang dapat menghasilkan insulin. Nurjanah dkk. (2020) malaporkan bahwa formula labu kuning berpotensi sebagai makanan alternatif untuk penderita diabetes karena memiliki serat tinggi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami membuat inovasi “MIE-LOW CAL” yang terbuat dari tepung ampas tahu dan difortifikasi dengan labu kuning bervitamin A. Mie ini dapat menjadi pilihan yang baik bagi pasien Diabetes Mellitus (DM), balita dan lansia, serta para pelaku diet seimbang. Inovasi ini dapat bermanfaat karena Rendah kalori, serat tinggi, indeks glikemik rendah, dapat dikonsumsi secara rutin.

Sebelum mengonsumsi atau merekomendasikan jenis makanan baru kepada pasien DM, selalu penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau profesional kesehatan untuk memastikan sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien. Dengan demikian, inovasi ini bisa menjadi langkah positif dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan pasien DM.

“MIELOW-CAL”ini diproritaskan untuk para pasien penderita diabetes mellitus karena dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan juga dapat meningkatkan produksi insulin dalam tubuh yang hal tersebut sangat bermanfaat pada pasien diaetes mellitus.

Produk ini juga sangat baik untuk balita dan lansia, serta para pejuang diet berimbang yang mana dapat memenuhi diet harian mereka.

 

Nama : Halimatus Sa'diyah S.Sos.I.
Alamat : Jln. KHM. Arwani Amin/ Kradon/ Kota/ Kudus
No. Telepon : 08112707720