“ALPA” ALAT PEREDUKSI LIMBAH KOMBINASI METODE FITOREMEDIASI-AERASI GANGGANG DAN ELEKTROKOAGULASI SKEMA IoT

Banyaknya industri rokok di Kabupaten Kudus dalam skala besar maupun kecil akan menghasilkan limbah, terutama limbah cair. Limbah cair industri rokok berasal dari limbah cengkeh (clove), limbah casing, dan limbah domestik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas elektroda sistem koloni ganggang hijau (Spirogyra sp.) berbasis elektrokoagulasi kombinasi EAPA (Electro Assisted Phytoremediation-Aeration) sebagai pereduksi limbah cair pabrik rokok. Ganggang hijau mengandung mineral sebesar 50 %, tumbuhan ini juga dapat bertahan hidup pada salinitas 7% pada air laut dan dapat juga bertahan pada range pH yang lebar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ADDIE. Parameter pengujian terhadap limbah cair pabrik rokok yang dilakukan meliputi BOD, COD, TSS, dan Total Fosfat. Adapun pengujian terhadap alat berupa uji sensor pH, TDS-40, dan turbidity. Penelitian pengolahan limbah cair dengan metode EAPA menggunakan tiga perlakuan yaitu F0 = limbah cair rokok sebelum perlakuan, F1= elektrokoagulasi 4 jam tegangan 6 volt, F2= elektrokoagulasi 2 jam tegangan 12 volt, F3 = elektrokoagulasi 4 jam tegangan 12 volt. Sensor pH untuk mengetahui tingkat kadar pH air pada limbah cair rokok. Rata- rata error pada pembacaan sensor pH adalah 0,488%. Sensor TDS-40 untuk mengetahui tingkat kadar padatan terlarut dalam limbah cair rokok. Rata-rata selisih pada tabel pembacaan sensor TDS-40 adalah 42,4 %. Serta sensor Turbidity untuk mengetahui tingkat kekeruhan dalam limbah cair rokok. Rata- rata error pada tabel pembacaan sensor Turbidity adalah 2,93%.

Kata Kunci : EAPA, Elektrokoagulasi, Fitoremediasi, IoT, Limbah cair pabrik rokok

Kabupaten Kudus merupakan daerah dengan industri rokok yang terbesar di Jawa Tengah (Saifuddin, 2023). Industri rokok di Kabupaten Kudus mulai dari skala menengah hingga skala besar. Secara total, pajak dari produksi rokok menyumbang sekitar 10% dari total pendapatan negara melalui pajak pertahun (Mahi, 2019). Namun demikian sebagaimana industri-industri lainnya yang sedang berkembang selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif, yaitu masalah limbah yang tidak dikelola dengan benar. Industri-industri rokok dengan skala menengah dan besar memerlukan instalasi pengolahan limbah yang memadai untuk limbah cair yang dihasilkan.

Industri rokok menghasilkan air limbah dengan tingkat beban pencemaran yang tinggi (Syaifi, 2017). Limbah cair industri rokok berasal dari limbah cengkeh (clove), limbah casing, dan limbah domestik. Standar baku mutu limbah cair industri rokok golongan I maksimal menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 yaitu 100 mg/l, pH 6,0-9,0, amoniak 3,0 mg/l, BOD5 150 mg/l, COD 300 mg/l, fenol 0,5 mg/l, minyak dan lemak sebesar 5,0 mg/l.2Hal itu berarti bahwa TSS limbah cair industri rokok yang diperbolehkan masuk ke badan air yaitu tidak boleh melebihi 100 mg/l.

Air bekas rendaman cengkeh langsung dibuang ke lingkungan yaitu melewati saluran air yang mengalir di tengah-tengah pemukiman dan mencemari sumur-sumur penduduk di sekitar industri kecil rokok kretek. Hal ini ditunjukkan dari warna air yang berwarna kecoklatan, berbau yang menyengat khas bau cengkeh, pH = 5,5; TDS 1200mg/l (Mulyati dan Mulyomo, 2014). Oleh karenanya diperlukan suatu strategi minimalisasi limbah yang efektif sehingga akan meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan masyarakat serta perbaikan kualitas lingkungan.

Peningkatan kesadaran masyarakat sebanding dengan perbaikan lingkungan yang terus diupayakan dalam mengembangkan metode pengolahan limbah cair rokok. EAPA (Electro Assisted Phytoremediation-Aeration) merupakan metode penggabungan antara elektrokinetik dengan fitoremediasi, metode ini merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kinerja proses fitoremediasi biasa (Syahputra et al, 2017). Selain menggunakan metode EAPA, untuk meningkatkan remediasi limbah cair pabrik rokok digunakanlah gabungan metode elektrokoagulasi- EAPA dengan sistem eletroda koloni ganggang hijau (Spirogyra sp.) sehingga dapat meremediasi limbah dengan lebih efektif.

Penggunaan Spirogyra sp. sebagai upaya menurunkan tingkat kekeruhan dan polutan organik pada limbah karena memiliki nutrisi penting seperti protein sebesar 52,11%, Omega 3 HUFAs sebesar 42,7%, lipid antara 31- 68%, dan Eicosapentaenoic Acid (EPA) sebesar 30,5% (Nabilah, 2020). Kelebihan dari proses fitororemediasi membuat kualitas limbah meningkat karena hasil penjernihan dan penurunan kadar polutannya

Pada penelitian ini akan dilakukan kajian tentang proses gabungan elektrokoagulasi dan EAPA untuk mengolah limbah cair pabrik rokok menggunakan ganggang hijau. Tanaman ganggang hijau (Spirogyra sp.) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanaman tropis yang mudah ditemukan dan bukan merupakan tanaman konsumsi sehingga tergolong aman untuk digunakan bagi proses EAPA.

Adapun keunggulan dari alat ini adalah

  1. Merupakan inovasi baru yang dapat digunakan untuk mempercepat pereduksian limbah cair pabrik rokok yang dilakukan oleh pengolah yang biasanya dilakukan secara manual.
  2. Memanfaatkan mengoptimalkan potensi ganggang hijau sebagai tanaman fitoremediasi.
  3. Merupakan inovasi yang ramah lingkungan

Pengembangan alat ini akan dikembangkan menjadi alat yang ruang lingkupnya besar, sehingga pemakai dapat merasakan menfaat yang lebih dari alat yang kami tawarkan. Alat ini akan sangat membantu pengguna karena sangat efisien waktu dan mengurangi tenaga yang dibutuhkan.

Nama : NURUL KHOTIMAH, S. Pd.
Alamat : Jalan Tambak Lulang, Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus
No. Telepon : 081392086919